Sumber foto: google

Bos Telkom Buka-bukaan Soal Kelemahan dan Keunggulan Starlink

Tanggal: 12 Jun 2024 07:48 wib.
Direktur Utama Telkom Indonesia, Ririek Adriansyah, pada konferensi pers Digiland Run 2024, mengungkapkan pandangannya terhadap penggunaan teknologi satelit orbit rendah seperti Starlink di berbagai wilayah di Indonesia. Menurut Ririek, teknologi satelit seperti Starlink efektif digunakan di wilayah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T), sementara di daerah perkotaan yang padat permukiman, fiber optik menjadi pilihan yang lebih efisien.

Ririek menjelaskan bahwa wilayah 3T membutuhkan solusi telekomunikasi yang efektif dan ekonomis, mengingat biaya penggelaran Base Transceiver Station (BTS) di daerah tersebut sangat tinggi. Oleh karena itu, satelit seperti Starlink dianggap menjadi alternatif yang lebih efektif karena fleksibilitasnya dalam menjawab kebutuhan internet masyarakat di wilayah tersebut.

Di sisi lain, Ririek juga menyoroti kelemahan dari penggunaan teknologi satelit, terutama frekuensi tinggi yang rentan terhadap rintangan seperti pohon atau bangunan. Hal ini dapat menjadi gangguan dalam komunikasi antara receiver dengan satelit. Selain itu, pembangunan infrastruktur receiver untuk layanan rumahan juga harus mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat menghalangi koneksi dengan satelit.

Ririek juga melihat bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan membutuhkan tiga teknologi yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan telekomunikasinya, yaitu fiber optik, mobile, dan satelit. Setiap teknologi memiliki kekuatan dan kelemahannya masing-masing dan saling melengkapi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.

Menurutnya, teknologi fiber optik sangat bermanfaat di wilayah perkotaan yang penduduknya padat karena memiliki kapasitas yang besar. Namun, di wilayah dengan kepadatan penduduk yang rendah, penggunaan fiber optik menjadi tidak efisien secara finansial.

Ririek juga menyoroti pentingnya jaringan mobile untuk wilayah dengan kepadatan penduduk yang rendah. Kapasitas dari teknologi ini pun dinilai cukup besar, meski tidak sebesar fiber optik. Sementara itu, internet satelit dianggap sebagai solusi yang efektif untuk wilayah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T) di Indonesia. Penggunaan jaringan seluler di wilayah semacam ini dianggap tidak praktis karena berbagai kondisi yang ada di sana.

Komentar positif terkait kehadiran teknologi Starlink di Indonesia juga datang dari Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan. Luhut menyebut bahwa Starlink dapat membantu masyarakat dalam mendapatkan layanan internet, pendidikan, dan kesehatan yang lebih baik, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah 3T. Ia juga menegaskan bahwa layanan internet berbasis satelit dapat mengurangi kebutuhan akan menara Base Transceiver Station (BTS).

Dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dan kebutuhan akan konektivitas di seluruh wilayah di Indonesia, pembahasan mengenai kelebihan dan kelemahan dari berbagai jenis teknologi telekomunikasi akan menjadi semakin relevan. Perencanaan dan pengembangan infrastruktur telekomunikasi yang efisien dan berkualitas perlu dilakukan agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat di berbagai wilayah, baik perkotaan maupun pedesaan. Meskipun demikian, keterlibatan pihak-pihak terkait, termasuk pemerintah, operator telekomunikasi, dan penyedia layanan, akan sangat penting dalam menentukan arah pengembangan teknologi telekomunikasi di masa mendatang. Dengan demikian, setiap wilayah di Indonesia dapat terkoneksi dengan baik, mendukung pertumbuhan ekonomi, pendidikan, dan berbagai sektor lainnya secara merata.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved