Bos Astra Blak-Blakan Ungkap Biang Kerok Penurunan Laba
Tanggal: 30 Jul 2024 22:00 wib.
Bisnis Astra International (ASII) adalah salah satu konglomerasi terbesar di Indonesia yang memiliki sejumlah anak perusahaan di berbagai sektor. Namun, prestasi perusahaan ini tampaknya menurun, dengan melaporkan penurunan laba bersih sebesar 9,12% menjadi Rp 15,86 triliun di semester pertama tahun 2024. Angka tersebut menunjukkan penurunan dari periode yang sama tahun sebelumnya, di mana laba mencapai Rp 17,45 triliun.
Selain penurunan laba bersih, pendapatan perusahaan juga ikut turun 1,49% menjadi Rp 159,97 triliun dari Rp 162,39 triliun pada paruh pertama 2023. Hal ini memberikan gambaran yang kurang menguntungkan bagi kinerja keuangan Grup Astra secara keseluruhan.
Dalam menghadapi kondisi ini, Presiden Direktur ASII, Djony Bunarto Tjondro, mengungkapkan bahwa penurunan kinerja Grup Astra sebagian besar dipengaruhi oleh harga batu bara yang lebih rendah. Djony menyatakan, "Kinerja Grup pada semester pertama tahun 2024 turun dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, terutama merefleksikan penurunan kinerja dari bisnis alat berat dan pertambangan akibat harga batu bara yang lebih rendah. Terlepas dari tantangan-tantangan ini, dengan bisnis yang terdiversifikasi, Grup memperkirakan kinerja untuk sisa tahun ini akan tetap resilien. Grup tetap optimis terhadap pertumbuhan jangka panjang Indonesia dan kemampuan kami untuk mempertahankan posisi terdepan pada berbagai portofolio bisnis kami."
Selain ASII, anak usaha terbesar Grup Astra, PT United Tractors Tbk (UNTR), juga melaporkan penurunan laba yang cukup signifikan. Pada paruh pertama tahun 2024, laba UNTR turun 19,85% menjadi Rp 9,89 triliun, dari Rp 12,34 triliun pada tahun 2023. Dari sisi pendapatan, UNTR mencatatkan penurunan sebesar 6,07% menjadi Rp 64,51 triliun, turun dari Rp 68,68 triliun pada tahun sebelumnya.
Penurunan laba ASII dipengaruhi tidak hanya oleh penurunan kinerja bisnis alat berat dan pertambangan akibat harga batu bara yang lebih rendah, tetapi juga oleh kerugian yang belum direalisasi atas investasi di saham GoTo (Gojek Tokopedia) dan Medikaloka Hermina (HEAL). Kerugian investasi di kedua perusahaan tersebut mencapai Rp 817 miliar, berbalik dari keuntungan Rp 130 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
ASII memiliki investasi senilai Rp 1,5 triliun di GoTo dan Rp 926 miliar di HEAL. Angka-angka ini menunjukkan penurunan dari nilai investasi pada akhir Desember tahun sebelumnya yang mencapai Rp 1,7 triliun dan Rp 1,6 triliun berturut-turut.
Meskipun terjadi penurunan kinerja keuangan, aset ASII masih tercatat naik 4,79% menjadi Rp 466 triliun pada semester pertama tahun ini. Namun, liabilitas juga ikut naik 8,20% menjadi Rp 211 triliun, dengan ekuitas mencatat kenaikan yang relatif rendah, hanya mencapai Rp 254 triliun.
Berdasarkan data keuangan dan ungkapan dari Presiden Direktur ASII, terlihat bahwa Grup Astra memiliki proyeksi kinerja yang tetap resilien dan tetap optimis terhadap pertumbuhan jangka panjang Indonesia. Meskipun demikian, penurunan laba dan pendapatan yang signifikan serta kerugian dari investasi di perusahaan-perusahaan tertentu menunjukkan potensi tantangan yang harus dihadapi oleh Grup Astra di masa depan.
Kondisi ini semakin menandakan perlunya strategi yang lebih kuat untuk menghadapi perubahan harga komoditas seperti batu bara dan perubahan struktur pasar di sektor barang modal. Dengan mengandalkan bisnis yang terdiversifikasi, Grup Astra diharapkan mampu mempertahankan posisi terdepan pada berbagai portofolio bisnisnya dan menghadapi tantangan dengan lebih tangguh.