BMKG Prediksi Musim Kemarau 2025: Mulai April-Juni, Waspada Kekeringan di Beberapa Wilayah!
Tanggal: 19 Mar 2025 20:39 wib.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) baru-baru ini mengumumkan prediksi terkait musim kemarau yang akan berlangsung di Indonesia pada tahun 2025. Menurut BMKG, musim kemarau tersebut diperkirakan akan dimulai pada periode April hingga Juni 2025, menjangkau sekitar 402 zona musim (ZOM) yang mencakup 57,7% dari total wilayah Indonesia.
Proses pergantian musim ini diperkirakan akan terjadi secara bertahap. Wilayah tenggara, termasuk sebagian wilayah Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT), dijadwalkan akan memasuki musim kemarau lebih awal, yaitu sekitar bulan Maret 2025. Sementara itu, wilayah barat Indonesia, termasuk Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Sumatera, akan menyusul masuk ke periode kemarau setelahnya. Selanjutnya, musim kemarau akan menjangkau wilayah utara, termasuk Kalimantan dan sejumlah area di sulawesi, sebelum akhirnya mencapai wilayah timur, seperti Maluku dan Papua, yang diperkirakan akan merasakan efek kemarau pada bulan Agustus 2025.
Sebanyak 409 ZOM, yang setara dengan 59% dari total ZOM yang ada di seluruh Indonesia, diprediksi mengalami transisi ke musim kemarau pada periode yang sama atau lebih lambat dari yang biasanya terjadi. Menurut informasi yang dilansir dari situs resmi BMKG pada tanggal 18 Maret 2025, mayoritas ZOM, yaitu sekitar 60%, diprediksi akan mengalami akumulasi curah hujan dalam kategori normal selama musim kemarau ini, berarti akan sama dengan kondisi biasanya.
Namun, BMKG juga memberikan perhatian khusus terhadap kondisi yang mungkin dihadapi oleh beberapa daerah selama musim kemarau ini. Sekitar 26% dari ZOM diprediksi akan mengalami musim kemarau dengan curah hujan yang lebih tinggi dari normal, yang berarti wilayah-wilayah tersebut berpotensi menerima akumulasi curah hujan yang melebihi jumlah rata-rata. Beberapa daerah yang diprediksi termasuk dalam kategori ini adalah sebagian kecil Aceh, sebagian besar Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, NTB, NTT, serta beberapa bagian kecil Sulawesi dan Papua bagian tengah.
Di sisi lain, ada juga daerah yang diprediksi akan mengalami musim kemarau dengan kondisi lebih kering dari rata-rata klimatologisnya, yaitu sekitar 14% dari total ZOM yang ada. Daerah-daerah tersebut termasuk Sumatera Utara, sebagian kecil Kalimantan Barat, sebagian Sulawesi Tengah, Maluku Utara, dan bagian selatan Papua. Dengan prediksi ini, BMKG mengimbau masyarakat terutama petani untuk tetap waspada dan bersiap menghadapi kondisi cuaca yang mungkin tidak sesuai harapan.
Puncak musim kemarau di tahun 2025 ini diperkirakan akan terjadi antara bulan Juni hingga Agustus di mayoritas ZOM di seluruh Indonesia. BMKG menyatakan bahwa puncak kemarau tahun ini kemungkinan akan terjadi lebih awal atau sama dengan waktu normalnya di hampir semua wilayah Indonesia. Selama periode ini, masyarakat diharapkan untuk mempersiapkan diri dan meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi kekeringan yang mungkin muncul sebagai konsekuensi dari musim kemarau yang berlangsung.
Durasi musim kemarau juga diprediksi akan bervariasi di berbagai wilayah. Sebagian besar daerah diperkirakan akan merasakan durasi musim kemarau yang lebih pendek dari yang biasanya terjadi. Sebagai contoh, sebagian daerah di Sumatera dan Kalimantan diprediksi akan mengalami durasi kemarau yang paling singkat, hanya berlangsung selama sekitar 6 dasarian atau setara dengan 2 bulan. Di sisi lain, wilayah tertentu di Sulawesi dapat mengalami kondisi musim kemarau yang lebih panjang, dengan durasi mencapai 24 dasarian atau sekitar 8 bulan.
BMKG juga memperhatikan fenomena yang berhubungan dengan siklus El Niño-Southern Oscillation (ENSO), yang mana La Niña saat ini sedang bertransisi menuju fase netral pada bulan Maret 2025. Fenomena La Niña ini sebelumnya dikenal mempengaruhi pola curah hujan, di mana suhu permukaan laut yang lebih dingin di Samudra Pasifik berkontribusi pada peningkatan curah hujan di beberapa daerah.
Dengan demikian, masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan diharapkan dapat memahami pola perubahan cuaca ini dengan baik, agar dapat mengambil langkah-langkah yang tepat dalam menghadapi musim kemarau yang akan datang. Deklarasi BMKG ini adalah panggilan untuk tetap waspada dan bersikap proaktif dalam menghadapi tantangan cuaca yang akan datang, terutama bagi sektor pertanian yang sangat bergantung pada kondisi cuaca untuk menghasilkan pertanian yang optimal.