BMKG Menerapkan Rekayasa Cuaca di IKN untuk Mengatasi Hujan dan Mendukung Proyek Bandara dan Tol
Tanggal: 2 Agu 2024 15:20 wib.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah melaksanakan rekayasa cuaca untuk memperlancar pembangunan Bandara VVIP dan jalan tol di Ibu Kota Nusantara (IKN). Hal ini merupakan upaya strategis untuk mengatasi dampak cuaca terhadap proyek infrastruktur yang sedang berjalan.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menegaskan bahwa operasi modifikasi cuaca (OMC) telah dijalankan secara resmi sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2024. Sebelum program ini diimplementasikan, curah hujan bulanan di IKN memiliki kategori menengah antara 200-300 milimeter.
"Rekayasa cuaca dilaksanakan untuk mendukung percepatan pembangunan infrastruktur," ujar Dwikorita melalui keterangan tertulis pada Senin, 29 Juli 2024.
Proyek pembangunan jalan tol menuju IKN dipercepat untuk mendukung perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia atau HUT RI ke-79 pada 17 Agustus mendatang. Dengan mengatur curah hujan, diharapkan aktivitas konstruksi tidak terganggu sehingga proyek pembangunan dapat diselesaikan tepat waktu.
Rekayasa cuaca telah diterapkan beberapa kali di IKN sejak Juni 2024. Penggunaannya yang luas juga diharapkan dapat membantu mengatasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla), yang telah menjadi salah satu metode mitigasi bencana sejak tahun 2015.
Salah satu teknik yang digunakan adalah pengisian kubah air gambut. Menurut Dwikorita, berdasarkan data Pemantau Air Lahan Gambut (SIPALAGA), ketinggian air dalam tanah lahan gambut tidak boleh kurang dari 40 sentimeter, sebagai batas status rawan kebakaran. Hasilnya menunjukkan bahwa penggunaan hujan hasil OMC lebih efektif dalam memadamkan titik api atau hotspot jika dibandingkan dengan metode water bombing dan terestrial dalam mengatasi karhutla.
Di area IKN, Pelaksana tugas Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG, Tri Handoko Seto, menyatakan bahwa timnya telah menyasar area pembangunan infrastruktur yang berpotensi terkena hujan. Penyemaian awan di daerah upwind atau yang berlawanan dengan arah angin dilakukan untuk mencegah awan hujan masuk ke daerah target.
Selain itu, tim BMKG juga menggunakan senyawa garam dalam penyemaian awan untuk menebalkan dan menurunkan hujan di kawasan yang terdeteksi. Menurut Seto, skema OMC sangat penting untuk mengurangi curah hujan serta mengatasi berbagai fenomena iklim di Indonesia.
"Luasnya area karhutla di Indonesia pada 2023 mengalami penurunan hingga 29,6% jika dibandingkan dengan tahun 2019," ungkapnya. Pada periode yang sama, emisi karbon akibat kebakaran hutan juga berhasil diturunkan hingga 70,7%.