BMKG Jelaskan Dampak Langit Cerah dan Berkurangnya Awan di Musim Kemarau 2024
Tanggal: 17 Jul 2024 20:04 wib.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan pernyataan mengenai kondisi cuaca di wilayah Indonesia, khususnya di bagian selatan yang sedang mengalami musim kemarau. Meskipun demikian, BMKG tetap memperingatkan bahwa potensi hujan dengan intensitas signifikan masih mungkin terjadi di beberapa wilayah di Indonesia dalam waktu dekat.
Dalam rilis Prospek Cuaca Mingguan periode 16-22 Juli 2024, BMKG mencatat bahwa cuaca cerah mendominasi hampir di seluruh pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sumatra bagian selatan, Kalimantan bagian selatan, dan Sulawesi bagian selatan (sejak 3 hari hingga prospek cuaca dirilis pada 15 Juli 2024).
Pusat Meteorologi Publik BMKG menjelaskan bahwa angin dominan dari arah timur membawa massa udara kering dan dingin dari daratan Australia ke Indonesia, yang menyebabkan langit menjadi cerah sepanjang hari. Akibatnya, kurangnya tutupan awan pada malam hari dapat menyebabkan radiasi panas dari permukaan bumi terpancar ke atmosfer tanpa hambatan. Hal ini mengakibatkan penurunan suhu yang signifikan di beberapa wilayah.
Selain itu, angin yang tenang di malam hari juga dapat menghambat pencampuran udara, sehingga udara dingin terperangkap di permukaan bumi. Dampaknya, daerah dataran tinggi atau pegunungan cenderung lebih dingin karena tekanan udara dan kelembaban yang lebih rendah.
Menurut BMKG, kondisi dingin ini merupakan fenomena umum yang terjadi di Indonesia saat musim kemarau. Pada sepekan ke depan, BMKG memproyeksikan bahwa cuaca cerah dan berawan akan tetap mendominasi wilayah Indonesia, terutama bagi bagian selatan.
Dampak dari langit cerah dan berkurangnya awan pada musim kemarau dapat dirasakan secara luas oleh masyarakat. Salah satunya adalah peningkatan suhu di siang hari akibat dari radiasi matahari yang tidak terhambat oleh awan. Hal ini memengaruhi kondisi cuaca dan iklim di beberapa wilayah Indonesia, seperti meningkatnya suhu udara dan penurunan kelembaban udara.
Selain itu, kurangnya hujan juga dapat berdampak pada kekeringan tanah dan potensi bencana kebakaran hutan di beberapa wilayah. Tingginya suhu udara dan kekeringan juga bisa memengaruhi sektor pertanian dan ketersediaan air bersih bagi masyarakat.
Meskipun demikian, langit cerah dan berkurangnya awan juga memiliki dampak positif, seperti peningkatan potensi untuk kegiatan pariwisata dan outdoor. Masyarakat dapat menikmati cuaca yang cerah dan cerah secara lebih lama, yang bisa meningkatkan kunjungan wisatawan, terutama bagi daerah pariwisata alam seperti pantai, dan pegunungan.
Selain itu, fenomena langit cerah dan berkurangnya awan juga dapat memberikan peluang bagi para petani untuk melakukan kegiatan pertanian yang lebih optimal, seperti panen dan pengolahan hasil tanaman. Dengan sinar matahari yang cukup, tanaman akan mendapatkan energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya.