BMKG Ingatkan Risiko Tsunami di Underpass Bandara NYIA Saat Mudik Lebaran!
Tanggal: 15 Mar 2025 20:58 wib.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan mengenai ancaman potensi tsunami yang dapat terjadi di sekitar Bandara New Yogyakarta International (NYIA), Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta, terutama menjelang arus mudik Lebaran 2025. Informasi ini disampaikan oleh Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, yang menekankan bahwa kewaspadaan harus menjadi perhatian utama bagi semua pihak, terutama bagi mereka yang akan melintasi kawasan Jalan Underpass Bandara NYIA.
Dalam rapat kerja (raker) dan rapat dengar pendapat (RDP) yang digelar dengan Komisi V DPR RI di Jakarta pada Selasa, 11 Maret 2025, Dwikorita menjelaskan, "Salah satu titik risiko yang perlu diwaspadai adalah jalan underpass yang melintas di sebelah selatan Bandara Yogyakarta di Kulonprogo. Underpass tersebut termasuk dalam zona rawan tsunami." Pengetahuan mengenai titik rawan ini sangat krusial, terutama menjelang puncak arus mudik yang diprediksi akan meningkat secara signifikan.
Menyikapi potensi risiko ini, BMKG mendorong pemerintah untuk menerapkan skema buka tutup lalu lintas di ruas-ruas jalan yang mengarah ke area terowongan tersebut selama periode mudik Lebaran. Hal ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang potensi bahaya tsunami serta langkah-langkah evakuasi yang perlu diambil. Dwikorita menambahkan, informasi tersebut harus disosialisasikan secara dini agar masyarakat bisa lebih siap dan tidak dalam kondisi panik saat situasi darurat terjadi.
Sistem buka-tutup yang diusulkan oleh BMKG tentunya perlu dilaksanakan dengan sangat hati-hati. Dwikorita mengingatkan bahwa kebijakan ini berpotensi mengurangi volume kendaraan yang melintasi underpass sepanjang 1,4 kilometer itu. Pengaturan lalu lintas yang cekatan dan efektif sangat diperlukan untuk memastikan tidak terjadi kemacetan. "Kami berharap Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dapat memastikan bahwa sistem buka-tutup ini tidak menyebabkan kemacetan, karena situasi tersebut bisa berbahaya bagi pengguna jalan," ujarnya.
Lebih lanjut, Dwikorita menggarisbawahi pentingnya pengawasan dan pengaturan arus lalu lintas agar mobilitas kendaraan tetap lancar. Jika terjadi kemacetan, akan ada risiko bahwa kendaraan tidak bisa keluar dari terowongan saat evakuasi tsunami diperlukan. "Mohon pastikan bahwa ketika sistem buka-tutup ini diimplementasikan, jalur tidak macet. Jika macet, mobil-mobil bisa jadi terjebak saat terjadi tsunami," sambungnya.
Selain itu, peringatan yang dikeluarkan BMKG ini tidak hanya relevan untuk daerah Yogyakarta. Berdasarkan informasi terbaru dari Kementerian Perhubungan, jumlah pemudik yang diprediksi tahun ini akan mencapai 146,48 juta orang, yang berarti lebih dari setengah dari total penduduk Indonesia. Angka ini menunjukkan betapa pentingnya kesiapan dan kewaspadaan dalam menghadapi arus mudik yang besar seperti ini.
Semua daerah di Pulau Jawa juga diharapkan untuk bersiap menghadapi pergerakan besar-besaran para pemudik. Diperkirakan, puncak arus mudik akan terjadi pada 28 Maret 2025, dengan puncak arus balik yang diprediksi terjadi pada 6 April 2025. Ini harus menjadi perhatian seluruh lapisan masyarakat dan pemerintah dalam mengatur arus lalu lintas dan keamanan.
Dalam hal ini, BMKG juga menjamin keandalan distribusi informasi terkait peringatan dini tsunami dan deteksi gempa bumi. Mereka akan memaksimalkan semua sumber daya di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika untuk menyampaikan informasi terkini kepada masyarakat. Hal ini tentunya sangat penting untuk membangun kesadaran akan potensi bahaya yang dapat mengancam keselamatan saat arus mudik berlangsung.
Kemitraan antara BMKG, Kementerian PUPR, Polri, dan instansi terkait lainnya perlu ditingkatkan agar semua elemen dapat berkontribusi dalam menciptakan arus mudik yang aman. Penanganan yang terkoordinasi ini diharapkan mampu meminimalisir risiko-risiko yang dapat membahayakan pemudik, sehingga keselamatan masyarakat bisa terjaga dengan baik.
Dengan melihat prediksi dan data-data yang ada, kewaspadaan bersama sangat diperlukan dalam menyambut perayaan Lebaran 2025. Jangan sampai ketika momen mudik yang seharusnya membawa kebahagiaan, justru berisiko mengancam keselamatan para pemudik. Oleh karena itu, semua elemen masyarakat harus saling mendukung dan berpartisipasi dalam memastikan perayaan Hari Raya Idul Fitri kali ini berjalan aman.