BMKG: Gempa M5,2 Guncang Selatan Sukabumi, Akibat Aktivitas Subduksi Lempeng
Tanggal: 24 Des 2024 09:12 wib.
Tampang.com | Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan adanya gempa bumi dengan kekuatan M5,2 yang mengguncang wilayah Selatan Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, pada Senin, 23 Desember 2024, dini hari sekitar pukul 00.05.49 WIB.
Menurut hasil analisis BMKG, gempa bumi tersebut memiliki parameter update dengan magnitudo M5,2. Episenter gempa berada pada koordinat 9,54° LS ; 106,56° BT, atau tepatnya berlokasi di laut dengan jarak 198 km arah Selatan Kota Pelabuhan Ratu, Jawa Barat, pada kedalaman 23 km.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menyatakan bahwa gempa bumi ini merupakan jenis gempa dangkal yang disebabkan oleh aktivitas subduksi lempeng. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi ini memiliki mekanisme pergerakan geser (strike-slip).
Berdasarkan hasil analisis pengukuran percepatan tanah dan pemodelan peta guncangan (shakemap), gempa bumi ini menyebabkan guncangan dengan skala intensitas I-II MMI (Getaran dirasakan sedikit orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang) di daerah Sukabumi.
Daryono menegaskan bahwa sampai saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi tersebut. Pemodelan juga menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami.
Masyarakat diminta untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang mungkin tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Selain itu, disarankan untuk menghindari bangunan yang retak atau rusak akibat gempa.
"Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal Anda cukup tahan gempa, serta tidak mengalami kerusakan akibat getaran gempa yang dapat membahayakan kestabilan bangunan sebelum Anda kembali ke dalam rumah," imbau Daryono.
Gempa bumi merupakan salah satu fenomena alam yang kerap terjadi di wilayah Indonesia, terutama yang berada di zona gempa seperti Pulau Jawa. Wilayah Indonesia sendiri berada di jalur Cincin Api Pasifik yang terkenal dengan aktivitas gempa bumi dan letusan gunung berapi.
Menurut data dari BMKG, rata-rata Indonesia mengalami sekitar 8.000 hingga 10.000 kali gempa bumi setiap tahunnya. Dari jumlah tersebut, sebagian kecil di antaranya dapat dirasakan oleh manusia dan memiliki potensi untuk menimbulkan kerusakan.
Aktivitas subduksi lempeng yang terjadi di sekitar wilayah Indonesia memicu terjadinya gempa bumi dengan berbagai magnitudo. Dengan kecanggihan teknologi yang dimiliki, BMKG terus berupaya untuk memberikan informasi yang akurat terkait dengan gempa bumi sehingga masyarakat dapat mengambil tindakan yang tepat dalam mengantisipasi dampaknya.
Sebagai negara kepulauan, Indonesia juga rentan terhadap bencana alam lainnya seperti tsunami, letusan gunung berapi, dan banjir akibat curah hujan yang tinggi. Oleh karena itu, peran BMKG dalam memberikan peringatan dini dan informasi terkait bencana alam sangatlah penting untuk keselamatan masyarakat.
Selain itu, dalam upaya meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana alam, edukasi kepada masyarakat juga perlu terus dilakukan. Pelatihan-pelatihan terkait evakuasi, pertolongan pertama, dan tindakan tanggap darurat dapat membantu masyarakat untuk lebih siap menghadapi situasi darurat saat bencana alam terjadi.
Penggunaan teknologi canggih dalam monitoring gempa bumi dan aktivitas alam lainnya juga menjadi hal yang krusial dalam upaya pencegahan dampak bencana. Data akurat dan pemetaan wilayah yang rentan terhadap bencana alam dapat menjadi dasar untuk pengambilan kebijakan dalam rangka mitigasi risiko bencana.
Sebagai langkah preventif, pemerintah juga perlu memperhatikan perencanaan tata ruang dan pembangunan infrastruktur yang mempertimbangkan aspek kebencanaan. Bangunan-bangunan publik dan rumah tinggal yang tahan gempa serta adanya jalur evakuasi yang memadai perlu menjadi perhatian utama dalam upaya meminimalkan kerugian akibat bencana alam.
Kesadaran masyarakat akan pentingnya kewaspadaan terhadap bencana alam juga menjadi faktor kunci dalam mengurangi risiko dan kerugian yang dapat ditimbulkan. Penyuluhan dan sosialisasi mengenai tindakan yang perlu dilakukan sebelum, saat, dan setelah bencana alam terjadi juga perlu terus dilakukan untuk meningkatkan kesiagaan masyarakat.
Dengan dukungan serta kerja sama yang solid antara pemerintah, lembaga terkait, masyarakat, dan sektor swasta, upaya pencegahan dan penanggulangan bencana alam di Indonesia dapat terus ditingkatkan. Pembentukan sinergi dalam upaya mengurangi dampak bencana alam merupakan langkah yang sangat krusial dalam membangun ketahanan bencana di Indonesia. Dengan demikian, potensi risiko bencana alam dapat diminimalkan, serta keselamatan dan kesejahteraan masyarakat dapat terjaga dengan baik.
Dalam menghadapi bencana alam, kesiagaan dan persiapan yang matang menjadi kunci utama untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan. Oleh karena itu, peran BMKG dalam memberikan informasi yang akurat serta upaya pencegahan dan mitigasi risiko bencana alam oleh seluruh pihak menjadi sangat penting dalam menjaga keselamatan dan keamanan masyarakat di tengah ancaman bencana alam yang selalu potensial terjadi di Indonesia.