Sumber foto: Fort Rotterdam, Makassar, Kolonialisme

Benteng Fort Rotterdam: Saksi Bisu Perjuangan Sulawesi

Tanggal: 14 Mei 2025 20:39 wib.
Fort Rotterdam merupakan salah satu benteng bersejarah yang terletak di Makassar, Sulawesi Selatan. Benteng ini memiliki nilai sejarah tinggi dan menjadi saksi bisu perjuangan masyarakat Sulawesi melawan kolonialisme. Dibangun oleh Belanda pada tahun 1667, Fort Rotterdam awalnya dikenal dengan nama Benteng Ujung Pandang, kemudian diubah menjadi Fort Rotterdam untuk menghormati Raja Holland yang berkuasa.

Arsitektur benteng ini sangat mencolok dengan dindingnya yang tebal, berbentuk segi empat dan terletak strategis di pinggir pantai Makassar. Fort Rotterdam memiliki beberapa bangunan bersejarah di dalamnya, termasuk museum yang menyimpan koleksi objek-objek yang berkaitan dengan sejarah Sulawesi dan perjuangan rakyatnya melawan penjajahan. Di tengah era kolonialisme yang melanda Indonesia, keberadaan benteng ini menjadi simbol pertahanan yang gigih.

Kolonialisme Belanda di Sulawesi tidak hanya berdampak pada aspek politik, tetapi juga mengubah cara hidup masyarakat setempat. Rakyat Makassar berjuang keras untuk mempertahankan tanah air mereka dari penjajahan. Fort Rotterdam menjadi basis strategis bagi Belanda untuk mengawasi aktivitas perdagangan dan kekuatan lokal. Namun, di balik dinding-dindingnya, terjadi berbagai peristiwa penting di mana masyarakat lokal berusaha melawan dominasi Belanda.

Memasuki kawasan Fort Rotterdam, pengunjung akan segera merasakan aura sejarah yang kental. Dinding-dinding benteng yang kokoh menceritakan kisah perjuangan dan perlawanan rakyat Sulawesi. Di dalam benteng, terdapat juga miniatur kapal yang menggambarkan pentingnya pelayaran dan perdagangan bagi masyarakat lokal saat itu. Fort Rotterdam menjadi saksi bisu berbagai negosiasi dan konflik yang terjadi antara Belanda dan pemimpin lokal.

Artikel sejarah mencatat bahwa pada tahun 1660-an, pasukan VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) datang ke Makassar dan berseteru dengan Kesultanan Gowa, yang merupakan kekuatan dominan di Sulawesi saat itu. Perlawanan yang terjadi membuat Fort Rotterdam bukan hanya tempat yang dijadikan markas, tetapi juga sebagai ikon perjuangan melawan kolonialisme. Setelah melihat perlawanan keras dari rakyat Gowa, Belanda akhirnya menyadari pentingnya pendekatan diplomasi serta kerjasama dengan raja-raja lokal.

Guna mendukung upaya penyerapan kontrol sepenuhnya, Belanda juga mendirikan administrasi dan sistem perpajakan yang menyengsarakan rakyat. Benteng ini kemudian menjadi tempat pemantauan dan pengawasan terhadap aktivitas rentenir dan perdagangan. Selain itu, Fort Rotterdam juga dialokasikan sebagai pusat pendidikan untuk memberi pengaruh budaya Eropa di tengah masyarakat Sulawesi.

Sebagian besar koleksi di dalam museum yang terletak di kompleks Fort Rotterdam menceritakan sejarah perjuangan tersebut, yang menarik perhatian banyak wisatawan dan peneliti sejarah. Berbeda dengan gambaran romantis yang sering ditampilkan tentang penjajahan, Fort Rotterdam menawarkan perspektif yang lebih dalam mengenai kerentanan masyarakat lokal dan upaya mereka untuk mempertahankan identitas dan tanah air.

Makassar sebagai ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan sejatinya terus berkembang, tetapi kehadiran Fort Rotterdam tetap menjadi pengingat penting tentang sejarah panjang perjuangan melawan kolonialisme. Benteng ini tidak hanya merupakan situs sejarah, tetapi juga lambang kegigihan dan semangat juang masyarakat Sulawesi yang tidak kenal lelah dalam menghadapi penindasan. Bagi siapapun yang berkunjung ke Makassar, Fort Rotterdam adalah salah satu tempat yang wajib dikunjungi untuk memahami lebih dalam tentang sejarah perjuangan dan identitas budaya Sulawesi.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved