Bangga Berkebaya di Prambanan: Perempuan Bangkit Lestarikan Budaya, Kebaya Jadi Simbol Identitas Nasional

Tanggal: 26 Jul 2025 09:15 wib.
Gelaran akbar bertajuk "Bangga Berkebaya" yang dilangsungkan di Lapangan Brahma, kawasan megah Candi Prambanan, Yogyakarta, bukan sekadar parade busana tradisional. Lebih dari itu, acara ini menjadi bukti nyata semangat perempuan Indonesia dalam merawat warisan budaya, memperkuat peran sosial, dan meneguhkan identitas kebangsaan di tengah arus modernisasi global.

Dalam keterangannya dari Jakarta, Kamis, Wakil Ketua Dewan Perempuan Internasional (International Council of Women/ICW), Giwo Rubianto Wiyogo, menegaskan bahwa peringatan ini menjadi momen penting karena digelar untuk pertama kalinya secara nasional oleh seorang pemimpin perempuan pada tahun 2024. Momen ini juga semakin istimewa karena kebaya telah resmi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh UNESCO, menandai pencapaian luar biasa dalam diplomasi budaya Asia Tenggara.

Kebaya Diakui Dunia, Perempuan Indonesia Jadi Penggeraknya

Pengakuan internasional tersebut bukanlah hasil kerja satu bangsa saja, melainkan buah dari kolaborasi lima negara Asia Tenggara: Indonesia, Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, dan Thailand. Inisiatif ini menjadi tonggak penting yang menunjukkan bahwa nilai-nilai budaya bisa menjadi jembatan solidaritas lintas bangsa—dan perempuan berada di garda depannya.

Melalui gerakan seperti "Selasa Berkebaya", masyarakat diajak untuk menjadikan kebaya bukan sekadar kostum acara, tetapi bagian dari keseharian yang membanggakan. Menurut Giwo, mengenakan kebaya berarti memelihara budaya sekaligus menyuarakan nilai-nilai luhur seperti kemandirian, keanggunan, dan jati diri perempuan Indonesia.

Perjuangan yang Tak Sekadar Simbolik

Peringatan Hari Kebaya Nasional bukan hanya tentang mengenang sejarah, tetapi juga tentang melanjutkan perjuangan. Ditandai dengan Keputusan Presiden RI Nomor 19 Tahun 2023, Hari Kebaya Nasional resmi jatuh pada 24 Juli—sebuah tanggal yang diambil dari momen bersejarah Kongres Perempuan Indonesia ke-10 di Istora Senayan, Jakarta.

Dalam kongres tersebut, seluruh peserta tampil dalam balutan kebaya, mencerminkan semangat kolektif perempuan untuk berperan aktif dalam pembangunan bangsa. Bahkan Presiden Soekarno kala itu menyatakan tegas: "Revolusi Indonesia tidak akan berhasil tanpa peran perempuan." Kalimat itu kini hidup kembali dalam semangat modern lewat kebaya.

Ribuan Perempuan Bersatu, Kebaya Jadi Pemersatu Bangsa

Sebagai bentuk konkret dari Keppres tersebut, Kowani (Kongres Wanita Indonesia) yang saat itu dipimpin oleh Giwo Rubianto menggelar perayaan besar pertama pada 24 Juli 2024 di lokasi yang sama—Istora Senayan. Dengan mengusung tema “Lestarikan Kebaya dengan Bangga Berkebaya,” acara ini berhasil menyatukan 9.250 perempuan dari seluruh Indonesia dalam satu panggung budaya yang memukau.

Warna-warni kebaya dari berbagai daerah menghidupkan keindahan dan kekayaan nusantara. Tak hanya rakyat, para pemimpin bangsa seperti Presiden Joko Widodo, Ibu Negara Iriana Joko Widodo, menteri-menteri, hingga para duta besar hadir dalam perayaan ini. Hal ini menjadikan kebaya bukan hanya simbol feminin, melainkan ikon persatuan dan filosofi perjuangan perempuan Indonesia.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved