Sumber foto: Canva

Bandung Jadi Kota Termacet, Kalahkan Jakarta?

Tanggal: 14 Jul 2025 17:18 wib.
Dulu, Bandung itu identik sama udara sejuk, suasana santai, dan jalanan yang lumayan lancar. Orang dari Jakarta atau kota lain biasanya lari ke Bandung buat cari ketenangan, menghindari macet. Tapi belakangan ini, ada kabar yang bikin kaget: Bandung disebut-sebut jadi kota termacet, bahkan konon mengalahkan Jakarta. Benarkah begitu? Anggapan ini bukan isapan jempol belaka. Data dan pengalaman sehari-hari menunjukkan bahwa Bandung memang sedang menghadapi masalah kemacetan yang serius, mengubah citranya sebagai kota nyaman jadi arena perjuangan di jalanan.

Perangkap di Kota Kembang: Pertumbuhan dan Keterbatasan

Kenapa Bandung bisa jadi macet parah? Ada beberapa faktor yang main di sini. Pertama, pertumbuhan jumlah kendaraan yang jauh lebih cepat daripada pembangunan jalan baru. Populasi Bandung terus bertambah, begitu juga jumlah mobil dan motor pribadi. Setiap tahun, ribuan kendaraan baru membanjiri jalanan, sementara kapasitas jalan tidak ikut nambah secara signifikan. Jalan-jalan yang tadinya cukup kini terasa sempit dan sesak.

Kedua, urbanisasi dan daya tarik kota. Bandung itu punya banyak magnet. Sebagai pusat pendidikan, banyak mahasiswa berdatangan. Sebagai destinasi wisata, apalagi saat akhir pekan atau liburan panjang, wisatawan dari berbagai daerah tumpah ruah. Mereka bawa kendaraan sendiri atau menyewa, menambah beban jalanan yang sudah padat. Pertumbuhan pusat perbelanjaan, cafe, dan tempat nongkrong baru juga turut menyedot kendaraan ke titik-titik tertentu, menciptakan kemacetan di sana-sini. Tata kota yang belum sepenuhnya bisa menampung volume kendaraan ini jadi masalah besar.

Infrastruktur yang Terbatas dan Pola Pergerakan Unik

Salah satu penyebab lain kemacetan di Bandung adalah keterbatasan infrastruktur jalan. Topografi Bandung yang cekung (dikelilingi pegunungan) membuat pengembangan jaringan jalan baru jadi tantangan. Jalan-jalan yang ada seringkali merupakan peninggalan masa lalu yang tidak dirancang untuk menampung volume lalu lintas seperti sekarang. Banyak persimpangan yang tidak efisien, kurangnya jalan alternatif atau ring road yang memadai, serta bottleneck di beberapa titik membuat aliran kendaraan tersendat.

Selain itu, pola pergerakan masyarakat Bandung juga cukup unik. Masyarakatnya cenderung menggunakan kendaraan pribadi untuk jarak dekat sekalipun. Sistem transportasi publik yang belum terintegrasi sepenuhnya atau belum menjangkau semua area strategis membuat banyak orang enggan beralih dari mobil atau motor. Ditambah lagi, kebiasaan parkir sembarangan di pinggir jalan dan keberadaan pedagang kaki lima di trotoar semakin mempersempit ruang gerak kendaraan. Semua ini menciptakan lingkaran setan kemacetan yang sulit diputus.

Dampak Buruk Kemacetan: Tidak Hanya Buang Waktu

Kemacetan di Bandung punya dampak serius yang tidak cuma buang-buang waktu di jalan. Produktivitas menurun karena waktu yang seharusnya bisa dipakai untuk bekerja atau istirahat malah habis di perjalanan. Polusi udara juga makin parah. Asap kendaraan yang menumpuk di jalanan padat tentu saja berbahaya bagi kesehatan paru-paru penduduk.

Secara ekonomi, kemacetan juga merugikan. Biaya operasional kendaraan jadi lebih tinggi karena boros bahan bakar. Waktu pengiriman barang terhambat, yang berujung pada kerugian bisnis. Stres akibat kemacetan juga bisa memicu masalah kesehatan mental bagi pengendara dan penumpang. Citra Bandung sebagai kota nyaman pun ikut terkikis, mungkin membuat calon wisatawan berpikir dua kali untuk berkunjung, apalagi menetap.

Solusi Bukan Sekadar Pelebaran Jalan

Mengatasi kemacetan di Bandung butuh solusi yang komprehensif, bukan cuma sekadar memperlebar jalan. Pengembangan transportasi publik yang masif dan terintegrasi adalah kunci. Angkutan umum yang nyaman, aman, dan tepat waktu bisa mendorong banyak orang meninggalkan kendaraan pribadi. Penataan ulang lalu lintas, penerapan smart traffic lights, dan penegakan aturan parkir juga perlu diperketat.

Selain itu, pengembangan kota-kota satelit atau sentra ekonomi di luar pusat kota bisa membantu menyebarkan kepadatan. Perencanaan tata ruang yang lebih visioner, yang mempertimbangkan pertumbuhan penduduk dan kendaraan di masa depan, sangat mendesak. Pendidikan tentang pentingnya menggunakan transportasi publik dan mengubah pola pikir masyarakat juga menjadi bagian dari solusi jangka panjang. Bandung punya potensi besar, tapi tanpa penanganan serius terhadap kemacetan, pesonanya bisa memudar.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved