Badan Geologi Ungkap Penyebab Gempa Garut M6,2
Tanggal: 30 Apr 2024 05:31 wib.
Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah mengungkap penyebab gempa berkekuatan magnitudo 6,2 yang mengguncang Kabupaten Garut, Jawa Barat, Sabtu (27/4).
Muhammad Wafid, Kepala Pelaksana Tugas Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, mengungkap hasil analisis berdasarkan data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Lembaga Peninjau Geologi AS (United States Geological Survey/USGS), dan GFZ Jerman.
Menurut Wafid, kejadian gempa bumi ini disebabkan oleh aktivitas penujaman atau gempa bumi intraslab dengan mekanisme sesar naik, berdasarkan posisi lokasi pusat gempa bumi, kedalaman, dan data mekanisme sumber dari BMKG, USGS, dan GFZ.
Badan Geologi melaporkan wilayah pesisir Jawa Barat selatan umumnya berupa dataran pantai yang berbatasan dengan morfologi perbukitan bergelombang hingga perbukitan terjal pada bagian utara.
Lokasi pusat gempa bumi terletak di laut pada kedalaman menengah sehingga guncangan terasa pada daerah cukup luas di Jawa Barat.
Wilayah ini secara umum tersusun oleh endapan Kuarter berupa aluvial pantai, aluvial sungai, batuan rombakan gunung api muda (breksi gunung api, lava, tuff), dan batuan berumur Tersier berupa batuan sedimen dan batuan rombakan gunung api.
Gempa berkekuatan magnitudo 6,2 tersebut mengguncang wilayah Samudera Hindia pada Sabtu (27/4) sekitar pukul 23.29 WIB. Gempa tersebut berpusat pada 8,42 derajat lintang selatan, 107,26 derajat bujur timur atau 151,7 kilometer barat daya Kabupaten Garut dengan kedalaman 70 km.
Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), total rumah yang terdampak gempa itu mencapai 110 unit, dengan rincian 3 unit rumah rusak berat, 21 unit rumah rusak sedang, 34 unit rumah rusak ringan, 11 unit rumah terdampak, dan 41 unit rumah rusak.
Kerusakan terbanyak terjadi di Kabupaten Garut dengan 41 unit rumah, Kabupaten Bandung 24 unit rumah, Kabupaten Sukabumi 17 unit rumah, Kabupaten Tasikmalaya 7 unit rumah, dan Kota Tasikmalaya 5 unit rumah.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menjelaskan bahwa gempa berkekuatan magnitudo 6,2 tersebut bukan merupakan gempa megathrust. Data penampang melintang hiposenter menunjukkan hiposenter gempa terletak di dalam slab Lempeng Samudra Indo-Australia.
Pemicunya adalah deformasi batuan dalam Lempeng Indo-Australia yang tersubduksi di bawah Lempeng Eurasia di selatan Jawa Barat, dengan mekanisme sumber gempa pergerakan geser-naik.
Gempa ini disebut sebagai gempa dalam lempeng (intra-slab earthquake) akibat pecahnya batuan dalam slab lempeng. Gempa intra-slab memiliki kemampuan meradiasikan guncangan gempa yang lebih dahsyat dari gempa dengan sumber lain.
Sebagai tambahan informasi, gempa bumi merupakan fenomena alam yang tak terduga dan dapat menyebabkan kerusakan yang serius. Oleh karena itu, penting untuk terus meningkatkan kewaspadaan dan pengetahuan tentang gempa bumi serta mempersiapkan langkah-langkah mitigasi bencana yang tepat.