Asing Ramal Indonesia di Tangan Prabowo, Begini Nasibnya
Tanggal: 7 Okt 2024 05:20 wib.
Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka akan segera dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia yang terpilih untuk periode 2024-2029. Berbagai pihak, termasuk lembaga ekonomi asing, memberikan pandangan terkait kondisi ekonomi Indonesia di bawah kepemimpinan Prabowo. Salah satu lembaga yang memberikan pandangannya adalah perusahaan pemeringkat kredit dari Amerika, Fitch Rating.
Menurut Fitch dalam rilis terbarunya yang dimuat melalui situs webnya, kebijakan ekonomi Indonesia kemungkinan besar tidak akan berubah di bawah kepemimpinan Prabowo. Namun demikian, terdapat ketidakpastian seputar kebijakan fiskal jangka menengah yang telah meningkat. Fitch menyebut bahwa kejelasan arah ekonomi Indonesia terkait kebijakan fiskal pemerintahan berikutnya akan didapat setelah Prabowo mulai menjabat pada Oktober 2024.
Fitch memperkirakan bahwa Prabowo akan tetap fokus pada pembangunan infrastruktur, termasuk pembangunan ibu kota baru, serta mempertahankan upaya pemerintah saat ini untuk mendukung hilirisasi komoditas dan memperluas manufaktur baterai dan kendaraan listrik. Laporan Fitch juga memperkirakan pertumbuhan PDB riil Indonesia akan tetap atau sedikit di atas 5% pada tahun ini dan tahun depan, sejalan dengan kondisi sebelum pandemi.
Namun demikian, Fitch juga menyoroti risiko fiskal jangka menengah yang meningkat, terkait dengan janji-janji kampanye Prabowo, termasuk program makan siang dan susu gratis di sekolah yang dapat menghabiskan biaya sekitar 2% PDB setiap tahunnya. Selain itu, pernyataan Prabowo mengenai kemampuan Indonesia untuk mempertahankan rasio utang pemerintah/PDB yang jauh lebih tinggi juga menunjukkan adanya risiko terhadap proyeksi fiskal dasar Fitch.
Di samping Fitch Rating, laporan mingguan Pratinjau Ekonomi Asia Pasifik dari Moody's Analytics juga menyoroti kemenangan Prabowo. Analisis ini memperkirakan bahwa Partai Gerinda yang mengusung Prabowo akan menjadi bagian dari pemerintahan koalisi. Dari segi kebijakan ekonomi, Prabowo diindikasikan akan tetap berpegang pada kebijakan presiden sebelumnya, Joko Widodo.
Selain itu, media asal Singapura, Channel News Asia (CNA), juga turut memuat analisis terkait kemenangan Prabowo. Laman tersebut mengutip opini pakar Andree Surianta yang pertama kali dimuat Lowy Institute, The Interpreter. Analisis ini menyoroti janji Prabowo untuk melanjutkan program infrastruktur besar yang diusung Jokowi, termasuk peningkatan belanja pertahanan dan bantuan sosial. Analisis tersebut juga menyinggung potensi perubahan dalam kabinet pemerintahan, terutama terkait jabatan Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Channel News Asia menyoroti bagaimana utang pemerintah mungkin bertambah, serta potensi pelonggaran disiplin utang publik yang dapat memicu kekhawatiran investor. Prabowo diharapkan memilih menteri pengganti dengan hati-hati untuk meredakan kekhawatiran investor internasional dan menyampaikan pesan kesinambungan. Kehadiran Prabowo sebagai presiden terpilih memang menimbulkan pro dan kontra terkait arah ekonomi Indonesia ke depan.
Dilihat dari berbagai pandangan lembaga ekonomi asing, terdapat ekspektasi terkait kesinambungan kebijakan ekonomi yang telah ditempuh sebelumnya. Namun, adanya ketidakpastian terkait kebijakan fiskal jangka menengah dan risiko terhadap proyeksi fiskal menjadi perhatian utama dalam menilai nasib ekonomi Indonesia di masa depan di bawah kepemimpinan Prabowo. Hal ini akan menjadi pekerjaan rumah yang besar bagi pemerintahan yang akan datang. Penanganan ekonomi yang bijaksana dan berkelanjutan perlu menjadi fokus utama untuk menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depannya.