Antibisa Masih Diimpor, Dua Ular Hijau Mematikan Ini Mengintai Jawa Timur dan Barat
Tanggal: 18 Apr 2025 18:22 wib.
Tampang.com | Meski tergolong ular dengan bisa tinggi, dua jenis ular hijau berbisa yang banyak ditemukan di Pulau Jawa, yaitu Trimeresurus insularis dan Trimeresurus albolabris, hingga kini masih belum memiliki antibisa buatan dalam negeri. Penanganan korban gigitan kedua jenis ular ini pun masih bergantung pada antivenom impor.
Persebaran Ular Hijau di Pulau Jawa
Pendiri komunitas penyelamat ular Exalos Indonesia, Janu Wahyu Widodo, menjelaskan bahwa persebaran kedua spesies ini terbagi berdasarkan wilayah geografis.
Trimeresurus albolabris banyak ditemukan di bagian barat Pulau Jawa, seperti Semarang, Tegal, dan Cilacap.
Sementara Trimeresurus insularis mendominasi wilayah Soloraya hingga Jawa Timur.
Janu juga mengungkapkan adanya zona abu-abu seperti di Magelang, Yogyakarta, dan Semarang, di mana kedua jenis bisa ditemukan, tetapi tidak sampai bersinggungan langsung. "Albolabris tidak akan ke Timur dan Insularis tidak akan ke Barat," ujarnya.
Karakteristik dan Habitat
Ular-ular ini biasanya hidup di lokasi dengan vegetasi lebat seperti semak-semak, perkebunan, hingga pinggiran sungai. Meski memiliki bisa yang kuat, efek gigitan mereka umumnya lebih kepada pembengkakan, rasa nyeri ekstrem, dan dalam beberapa kasus bisa menyebabkan nekrosis atau bahkan amputasi.
Namun, tingkat fatalitas akibat gigitannya masih lebih rendah dibandingkan kobra. "Dari 100 kasus gigitan ular hijau, hanya sekitar 1 yang berujung kematian. Bandingkan dengan kobra yang bisa mencapai 10 dari 100 kasus," jelas Janu.
Ketiadaan Antibisa Lokal, Penanganan Masih Bergantung Impor
Sayangnya, Indonesia belum memproduksi antibisa khusus untuk Trimeresurus insularis maupun albolabris. Rumah sakit yang menangani kasus gigitan ular ini harus menggunakan antibisa impor, yakni green pit viper antivenom. Proses pengadaan pun memerlukan koordinasi antar dokter dan izin resmi, sehingga menyulitkan penanganan darurat.
Sementara itu, antibisa lokal BioSave yang tersedia saat ini hanya efektif untuk tiga jenis ular:
Kobra Jawa (Naja sputatrix)
Ular tanah/Malayan Pit Viper (Calloselasma rhodostoma)
Welang (Bungarus fasciatus)
Kasus Meningkat di Wilayah Soloraya
Dalam dua tahun terakhir, laporan temuan ular hijau meningkat signifikan, terutama di kawasan Soloraya. Menurut Janu, Trimeresurus insularis menjadi yang paling sering dilaporkan karena habitat alaminya di wilayah tersebut masih luas dan cocok.
Meski tidak seberbahaya kobra, gigitan ular hijau tetap membutuhkan penanganan serius dan cepat. Ketiadaan antibisa lokal menjadi tantangan besar yang perlu segera dijawab oleh sektor kesehatan dan penelitian di Indonesia.