Sumber foto: Google

Anggrek Tak Berdaun Pertama di Sumatera Ditemukan di Aceh

Tanggal: 30 Mar 2025 12:02 wib.
Tampang.com | Para peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berhasil menemukan spesies anggrek baru yang unik di Aceh. Spesies ini diberi nama Chiloschista tjiasmantoi, menjadi anggrek tak berdaun pertama dari genus Chiloschista yang ditemukan di Pulau Sumatera.

Nama Chiloschista tjiasmantoi diberikan sebagai penghormatan kepada Wewin Tjiasmanto, seorang filantropis lingkungan yang telah banyak berkontribusi dalam pelestarian flora di Indonesia.

Keunikan Anggrek Chiloschista tjiasmantoi

Anggrek ini memiliki karakteristik yang berbeda dari anggrek pada umumnya. Sepanjang daur hidupnya, spesies ini hampir tidak memiliki daun. Jika pun muncul, jumlahnya sangat sedikit, hanya satu hingga dua helai kecil yang cepat gugur. Sebagai gantinya, anggrek ini mengandalkan akar fotosintetik yang menempel pada batang pohon untuk bertahan hidup.

Selain bentuknya yang unik, bunga Chiloschista tjiasmantoi memiliki ciri khas:



Ukuran kecil, hanya sekitar 1–1,2 cm


Warna kuning cerah dengan pola bintik jingga atau kemerahan


Dalam satu tangkai, bisa tumbuh hingga 30 kuntum bunga yang mekar bersamaan


Habitatnya berada di ketinggian 700–1.000 meter di atas permukaan laut



Karena warnanya yang menyerupai kulit pohon, anggrek ini sulit dikenali di alam liar kecuali saat berbunga.

Proses Penemuan dan Klasifikasi

Penemuan anggrek ini berawal dari survei botani yang dilakukan pada 2019 di Aceh. Spesimen yang dikumpulkan dan diteliti lebih lanjut menunjukkan perbedaan mencolok dibandingkan dengan spesies Chiloschista lainnya, seperti Chiloschista javanica dan Chiloschista sweelimii.

Setelah penelitian mendalam, para ahli mengonfirmasi bahwa spesies ini belum pernah dideskripsikan sebelumnya, sehingga menjadi penemuan pertama untuk Sumatera.

Terancam Punah, Perlu Perlindungan

Menurut kriteria IUCN Red List, Chiloschista tjiasmantoi masuk dalam kategori terancam punah (Endangered). Populasinya terbatas dan habitatnya semakin menyusut akibat ekspansi perkebunan serta perubahan iklim.

Destario Metusala, peneliti dari BRIN, menekankan pentingnya pelestarian habitat di Aceh guna melindungi spesies langka ini. Perluasan kawasan lindung dan kebijakan konservasi yang lebih ketat menjadi langkah yang harus segera dilakukan.

Penemuan ini tidak hanya memperkaya biodiversitas Indonesia, tetapi juga membuka peluang penelitian lebih lanjut tentang mekanisme adaptasi anggrek tak berdaun yang unik ini.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved