Anda Harus Tahu Metode NATM di Terowongan Tol Cileunyi

Tanggal: 26 Mei 2025 12:15 wib.
Kembali terjadi kecelakaan lalu lintas di Jalan Tol Cileunyi pada KM 152 jalur B, menuju Bandung, pada Rabu pagi, 21 Mei 2025, sekitar pukul 06.45 WIB. Kepala Penegakan Hukum Direktorat Lalu Lintas Polda Jawa Barat, AKBP Wira Satya Triputra, menyatakan bahwa petugas langsung menangani insiden tersebut. "Dari informasi yang kami terima, telah terjadi tabrakan beruntun," ungkap Wira yang dikutip dari Antara.

Berdasarkan laporan awal, lima kendaraan berpartisipasi dalam kecelakaan itu, di antaranya adalah Toyota Innova, Daihatsu Xenia, Toyota Yaris, Toyota Avanza, dan Honda Brio. Meskipun terjadi tabrakan, Wira menegaskan bahwa tidak ada korban jiwa atau luka dalam insiden tersebut. Namun, beberapa kendaraan mengalami kerusakan akibat benturan yang terjadi. "Alhamdulillah, korban nihil," tegasnya.

Berbicara tentang infrastruktur yang mendukung perjalanan di wilayah tersebut, kita tidak bisa mengabaikan keberadaan Jalan Tol Cileunyi - Sumedang - Dawuan (Cisumdawu). Tol ini dioperasikan oleh PT Citra Karya Jabar Tol (CKJT), yang dimiliki oleh Jusuf Hamka, dan menghubungkan Bandung, Sumedang, serta Majalengka. Dengan panjang 62,60 kilometer, jalan tol ini memungkinkan akses lebih cepat ke Jalan Tol Trans-Jawa setelah terhubung dengan ruas Tol Cikopo-Palimanan.

Tol Cisumdawu diresmikan pada 11 Juli 2023 oleh Presiden Joko Widodo, di depan terowongan kembar yang ikonik. Terowongan ini, yang dibangun oleh Balai Geoteknik Terowongan dan Struktur (BGTS) Ditjen Bina Marga, menjadi yang pertama dan terpanjang di Indonesia dengan panjang 472 meter. Menurut Kepala BGTS, Fahmi Aldiamar, terowongan ini dirancang sebagai jalur alternatif mengingat kondisi topografi daerah yang bergunung-gunung. Jika alternatif lain dibangun mengikuti kontur bukit, maka kemungkinan jalannya akan curam, sempit, dan berisiko tinggi bagi keselamatan pengguna.

Pembangunan terowongan kembar ini mengadopsi teknologi canggih dengan menggunakan metode New Austrian Tunneling Method (NATM), yang dikenal sebagai metode penggalian bertahap. “Metode ini sangat cocok untuk kondisi material yang akan digali. Di Cisumdawu ini, kami menghadapi material vulkanik yang cenderung mudah runtuh ketika terkena air, dan terdapat pula bongkahan batu yang bercampur dalam tanah akibat aktivitas vulkanik,” kata Fahmi.

Metode NATM, seperti yang dilansir dari tunnelingonline.com, adalah teknik konstruksi terowongan yang mengedepankan prinsip geoteknik modern dengan memanfaatkan kekuatan alami tanah dan batuan di sekitarnya sebagai penopang utama. Berbeda dengan metode konvensional yang sering mengandalkan struktur pendukung statis dari awal, NATM bersifat fleksibel dan responsif terhadap kondisi geologis selama proses penggalian berlangsung.

Praktik metode NATM terdiri dari beberapa tahapan yang saling terkait:

1. Penggalian Bertahap 
   Proses penggalian dilakukan sedikit demi sedikit, bukan sekaligus, untuk menjaga kestabilan tanah. Biasanya, terowongan digali dalam bentuk tapal kuda yang mendistribusikan beban tanah secara alami.

2. Pemasangan Penyangga Awal  
   Setelah permukaan tanah atau batu sudah terbuka, langkah segera diambil dengan penyemprotan shotcrete (beton semprot) yang mengering cepat sebagai penahan longsor. Pemasangan rock bolt dan mesh baja juga dilakukan untuk mengikat massa tanah atau batuan secara struktural.

3. Monitoring
   Pemasangan alat sensor di dinding terowongan memungkinkan untuk memantau tekanan, pergerakan tanah, dan deformasi yang mungkin terjadi. Data dari monitoring sangat kritis untuk menentukan apakah dibutuhkan penguatan tambahan atau dapat melanjutkan ke tahap berikutnya.

4. Penyesuaian Desain  
   Desain akhir terowongan tidak bersifat kaku dari awal, melainkan disesuaikan dengan kondisi nyata di lapangan. Pendekatan ini membuat metode NATM lebih ekonomis karena meminimalisir risiko overdesign, tetapi juga menjaga aspek keselamatan dengan responsif terhadap potensi ancaman geoteknik.

5. Pembangunan Lapisan Akhir  
   Setelah kestabilan terowongan terkonfirmasi, tahap terakhir adalah pembangunan lapisan akhir dengan menggunakan beton bertulang atau bahan pelapis lain untuk memperkuat struktur secara permanen.

Dengan penerapan metode NATM, pembangunan infrastruktur seperti terowongan ini tidak hanya menjadi inovasi dalam teknik rekayasa, tetapi juga menjamin keamanan dan kenyamanan bagi pengguna jalan.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved