Alasan Kades Samabahari Kecewa Terhadap Turis Denmark yang Memperbaiki Jembatan di Wakatobi
Tanggal: 26 Jul 2024 11:24 wib.
Sebuah berita viral belakangan ini menyebutkan bahwa seorang turis asal Denmark, Kristian Hansen, telah melakukan aksi perbaikan terhadap jembatan yang rusak di Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Namun, aksi tersebut disayangkan oleh kepala desa (Kades) Samabahari, Kecamatan Kaledupa, Kabupaten Wakatobi, yang bernama Gamis.
Menurut informasi yang dilansir melalui akun Instagram @terang_media, Gamis menyatakan kekecewaannya karena aksi Kristian dilakukan tanpa sepengetahuan pemerintah desa setempat. Dia juga menegaskan bahwa jembatan yang diperbaiki oleh Kristian bukanlah jembatan umum, melainkan jembatan penghubung ke penginapan.
Gamis menjelaskan bahwa Kristian hanya mengganti sebuah papan atas jembatan, yang sebenarnya masih layak untuk digunakan selama satu atau dua tahun ke depan. Namun, Kristian memutuskan untuk memperbaiki jembatan tersebut dan berhasil mengumpulkan donasi dari warganet senilai Rp 75 juta. Hal ini menuai kritik dari Gamis, karena menurutnya jembatan tersebut bukanlah jembatan umum yang memerlukan perbaikan.
Di sisi lain, Kristian Hansen membela tindakannya dengan alasan bahwa kondisi jembatan tersebut sangat memprihatinkan. Melalui unggahan Instagram pribadinya, Kristian menceritakan pengalamannya saat pertama kali tiba di perkampungan Sampela, Bajo, di mana ia melihat jembatan yang rusak parah. Krisis ekonomi dan infrastruktur di daerah tersebut membuatnya merasa tergerak untuk turut serta membantu memperbaiki jembatan tersebut.
Menurut Kristian, donasi yang berhasil ia kumpulkan telah memungkinkannya untuk membeli bahan-bahan seperti kayu, paku, dan gergaji mesin yang dibutuhkan untuk memperbaiki jembatan. Ia juga mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada lebih dari 300 orang yang ikut berdonasi serta warga setempat yang turut serta bergotong royong dalam pembangunan ulang jembatan tersebut.
Kristian Hansen dianggap sebagai seorang turis baik hati yang peduli dengan kondisi masyarakat lokal di Wakatobi. Meskipun demikian, kejadian ini memunculkan perbedaan pendapat antara Kristian Hansen dan kepala desa setempat mengenai proses perbaikan jembatan yang telah dilakukannya.
Peristiwa ini juga membuka diskusi tentang hubungan antara turis asing dan masyarakat lokal dalam konteks pembangunan atau perbaikan infrastruktur di daerah wisata. Sejauh mana seorang turis dapat turut serta dalam upaya pembangunan masyarakat setempat tanpa melanggar regulasi atau ketentuan yang berlaku? Apakah tindakan Kristian Hansen telah melanggar aturan lokal atau justru memiliki dampak positif bagi masyarakat di sekitar?
Hal ini menunjukkan pentingnya kolaborasi antara pihak eksternal, seperti turis atau donatur, dengan pemerintah dan masyarakat lokal dalam melakukan proyek pembangunan. Dalam hal ini, Pemerintah desa setempat diminta untuk membuka ruang dialog dengan pihak-pihak terkait guna menemukan solusi yang memuaskan semua pihak, sehingga potensi konflik serupa dapat dihindari di kemudian hari.