Sumber foto: google

Airlangga Hartarto Melaporkan Perundingan Tarif Antara Indonesia dan Amerika Serikat Telah Sepakat Untuk Membentuk Lima Kelompok Kerja Atau Working Group

Tanggal: 25 Apr 2025 18:57 wib.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, baru-baru ini melaporkan bahwa perundingan mengenai tarif resiprokal antara Indonesia dan Amerika Serikat telah mengalami kemajuan signifikan dan kini memasuki tahap pembahasan teknis. Dalam rangka meningkatkan efektivitas negosiasi, kedua tim sepakat untuk membentuk lima kelompok kerja atau working group yang akan fokus pada penyelesaian isu-isu teknis dalam pembicaraan ini.

Dalam konferensi pers daring yang berlangsung pada Jumat, 25 April 2025, Airlangga menjelaskan bahwa pemerintah Amerika Serikat telah memberikan apresiasi terhadap strategi dan pendekatan yang diusulkan oleh Indonesia. “Kedua pihak sepakat untuk melanjutkan proses perundingan dengan intensif di tingkat teknis, dan telah dipersiapkan lima sektor khusus untuk bekerja sama agar proses pembahasan berlangsung lebih cepat,” ungkapnya. Penjelasan ini disampaikan setelah Airlangga dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melaporkan progres perundingan tersebut langsung dari Washington D.C.

Pembahasan teknis antara tim Indonesia dan AS direncanakan akan berlangsung selama dua pekan ke depan, dengan harapan dapat mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan. Dalam proses ini, Indonesia juga telah menandatangani perjanjian kerahasiaan, atau non-disclosure agreement (NDA), dengan kantor perwakilan dagang AS, yaitu United States Trade Representative (USTR). “Tandatangan NDA ini menunjukkan bahwa kita telah memasuki fase serius dalam negosiasi, dan Indonesia merupakan salah satu dari 20 negara yang telah memulai proses tersebut,” jelas Airlangga.

Lebih lanjut, Indonesia telah mengajukan tawaran kerjasama yang diharapkan dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi kedua negara. Tawaran-tawaran ini dikembangkan untuk memenuhi lima sasaran penting. Pertama, untuk memastikan kebutuhan dan menjaga ketahanan energi nasional, yang merupakan isu vital bagi kelangsungan ekonomi Indonesia. Kedua, memperjuangkan akses pasar untuk produk ekspor Indonesia ke Amerika Serikat dengan kebijakan tarif yang lebih kompetitif. Ketiga, melakukan deregulasi untuk meningkatkan kemudahan dalam berusaha, berdagangan, serta investasi, yang pada gilirannya diharapkan dapat menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Keempat, Indonesia berharap dapat memperoleh nilai tambah melalui kerjasama rantai pasok industri strategis dan mineral kritis, yang sangat dibutuhkan dalam konteks globalisasi saat ini. Terakhir, akses terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi dalam berbagai bidang—termasuk kesehatan, pertanian, dan energi terbarukan—juga menjadi salah satu tawaran yang dirumuskan dalam proses negosiasi ini.

Tak hanya berfokus pada aspek teknis, pemerintah Indonesia juga aktif menjaring masukan dari berbagai asosiasi pengusaha asal Amerika Serikat, seperti Semiconductor Industry Association, US-ASEAN Business Council, dan United States-Indonesia Society (USINDO). Selain itu, sejumlah korporasi besar seperti Amazon, Boeing, Microsoft, dan Google juga terlibat dalam diskusi ini. “Semua pemangku kepentingan tersebut memberikan dukungan terhadap upaya Indonesia dalam memperoleh keadilan dan kesetaraan dalam perjanjian perdagangan ini,” pungkas Airlangga.

Dengan langkah-langkah strategis ini, Indonesia berupaya memastikan bahwa perundingan yang sedang berlangsung tidak hanya menguntungkan kedua belah pihak, tetapi juga membawa dampak positif bagi perekonomian nasional serta kesejahteraan masyarakat. Ke depannya, diharapkan fast track ini dapat menjadi jembatan menuju kesepakatan yang lebih luas, menciptakan sinergi yang bermanfaat bagi kedua negara dalam menghadapi tantangan ekonomi global yang semakin kompleks.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved