33 Hari Monang Saragih Solo Touring Surabaya–Sabang: Sebuah Perjalanan Cinta dan Keteguhan
Tanggal: 14 Mei 2025 18:43 wib.
Tampang.com | Sebuah perjalanan penuh makna dilakukan oleh Monang Saragih, warga Surabaya, yang menempuh ribuan kilometer melintasi Pulau Jawa, Sumatera, hingga kembali lagi ke kota asalnya. Namun perjalanan selama 33 hari ini bukan sekadar touring, melainkan kisah keteguhan, mimpi yang terwujud, dan hubungan emosional dengan mobil Mercedes-Benz B124 tahun 1994 yang ia beri nama Tigor Sijabat.
Dari Surabaya ke Sabang: Solo Touring Tanpa Penumpang
Monang memulai perjalanannya pada 10 April 2025, mengendarai mobil sendirian tanpa penumpang. Rute panjang itu mencakup destinasi hingga ke titik nol kilometer di Sabang, lalu berlanjut ke acara komunitas Mercedes-Benz di Palembang, dan akhirnya kembali ke Surabaya pada 13 Mei.
“Single touring, solo driver and no passenger,” kata Monang kepada sejumlah jurnalis, termasuk Kompas.com.
33 Hari Penuh Tantangan, Mobil Zero Trouble
Meski menempuh ribuan kilometer, Monang bersyukur karena tidak satu pun insiden atau gangguan terjadi selama perjalanan. Bahkan ban dan mesin tidak mengalami masalah.
“Bersyukurnya perjalanan saya 33 hari kondisinya tidak berkurang sedikitpun semangatnya. Mobil zero trouble dan zero insiden,” ujarnya.
Yang lebih luar biasa, mobil tersebut sebelumnya mengalami kecelakaan pada Februari 2025 dan baru "hidup" kembali pada 9 April—hanya sehari sebelum perjalanan dimulai.
Gaya “Tengil” Jadi Jurus Bertahan di Jalan
Melintasi jalan lintas Sumatera tentu bukan hal mudah. Bahaya, kemacetan, dan cuaca ekstrem menjadi tantangan tersendiri. Namun Monang punya cara unik untuk bertahan: tampil percaya diri dengan gaya khasnya.
“Saya pernah diberhentikan gerombolan sopir truk, ya saya petentang-petenteng saja. Gaya-gayaan, tunduklah mereka,” katanya sembari tertawa.
Ditemani Teman Komunitas Secara Virtual
Meskipun fisik berada sendiri di jalan, Monang merasa tidak pernah benar-benar sendirian. Setiap hari ia membagikan live location ke berbagai grup komunitas Mercedes-Benz di Indonesia.
“Selama di jalan saya ditemani teman-teman online. Jadi saya tidak pernah merasa sendiri,” tuturnya.
Ia pun menerapkan rutinitas yang ketat: bangun pukul 6 pagi, cek kendaraan jam 7, persiapan pribadi jam 8, dan melanjutkan perjalanan jam 9.
Tigor Sijabat: Mobil Impian yang Jadi Kenyataan
Mercedes-Benz B124 ini bukan sembarang mobil bagi Monang. Ia menyebutnya sebagai mimpi masa muda yang akhirnya terwujud setelah bertahun-tahun menabung dan bekerja keras. Mobil tersebut ia namai Tigor Sijabat, merujuk pada julukannya semasa SMA.
“Ini adalah dream come true saya sejak 2007. Saya beri nama Tigor Sijabat karena punya makna sejarah dan personal,” katanya.
Untuk merestorasi mobil ini, Monang telah menghabiskan sekitar Rp162 juta hingga tahun 2019, belum termasuk biaya perjalanan dan perawatan rutin.
Lebih dari Mobil, Ini Tentang Ikatan Emosional
Bagi Monang, touring ini bukan tentang dirinya saja, tapi tentang hubungan batin dengan mobil yang ia anggap seperti rekan perjalanan.
“Setiap saya pergi, bukan saya yang pergi diantar mobil, tapi kami berdua pergi bersama. Mobil ini bukan kendaraan, tapi teman,” ungkapnya.
Kini ia telah memiliki beberapa varian Mercy lainnya dan aktif dalam komunitas Mercedes-Benz Club Indonesia (MBCI).
Petualangan Belum Selesai: Target ke NTT, Sulawesi, Hingga Brunei
Setelah sukses menuntaskan rute Surabaya–Sabang, Monang belum ingin berhenti. Ia sudah merencanakan perjalanan ke Ende (NTT) pada Agustus, lalu ke Manado tahun depan, dan bahkan menargetkan Brunei Darussalam lewat Kalimantan.
“Target saya ke Kalimantan sampai ke Brunei, tapi lihat nanti kekuatannya seperti apa,” pungkas pria berusia 34 tahun ini dengan penuh semangat.