Xi Jinping Membangun Militer China Sebagai Pesaing Kuat AS di Dunia
Tanggal: 25 Jun 2024 11:51 wib.
Presiden Xi Jinping terlihat berencana melakukan reformasi besar-besaran terhadap militer China, dengan ambisinya membuat angkatan bersenjata negaranya menjadi yang paling kuat di dunia. Ambisi ini makin terlihat nyata dalam konferensi pers pekan lalu di Beijing, di mana Xi menganggap perombakan angkatan bersenjata diperlukan menyusul sejumlah masalah mendalam yang terdapat di tubuh militer China.
Dalam konferensi pers tersebut, Xi menekankan para pejabat militer, terutama di tingkat senior, untuk berani mengesampingkan gengsi dan mengakui kekurangan mereka. "Mereka harus melakukan refleksi diri secara mendalam melakukan perbaikan yang sungguh-sungguh, menyelesaikan masalah sampai ke akar pemikiran mereka," kata Xi.
Dalam satu dekade terakhir, Xi memang terus merombak militer China secara besar-besaran. Beberapa pihak menilai tindakan ini sebagai bentuk ketidakpercayaan dia terhadap Angkatan Bersenjata China. Salah satu langkah perombakan yang paling tak terduga dari Xi Jinping adalah penghapusan Pasukan Pendukung Strategis (Strategic Support Forces/SSF). SSF merupakan badan elit yang bertugas mempercepat pengembangan kemampuan perang di ruang angkasa dan dunia maya serta meningkatkan penyebaran data.
Christina Cheng, seorang peneliti di Lembaga pemikir keamanan Taiwan Institute for National Defense and Security Research (INDSR), mengungkapkan bahwa terdapat masalah, pembersihan, dan penyelidikan korupsi di divisi lain di militer, namun belum pernah terdengar adanya masalah serupa di dalam Pasukan Pendukung Strategis. Hal ini menunjukkan bahwa sedikit indikasi menjelang pengumuman penghapusan SSF, SSF siap direorganisasi.
Setelah merombak SSF, Xi memecah divisi luar angkasa hingga perang siber menjadi bagian sendiri di bawah pengawasan Komisi Militer Pusat yang diketuai langsung oleh Presiden China. Xi juga menyatakan bahwa struktur baru tersebut penting dalam membantu China memenangkan peperangan modern, suatu bidang yang saat ini didominasi oleh militer Amerika Serikat.
Beberapa pakar melihat reorganisasi militer ini sebagai indikasi bahwa China ingin menyaingi kemampuan militer AS. Mereka menilai bahwa tujuan jangka panjang Xi adalah melampaui Amerika Serikat secara militer dan menjadikan China sebagai kekuatan militer terkemuka di kawasan dan dunia.
AS dan China terlibat sejumlah perselisihan terutama soal Taiwan dan Laut China Selatan (LCS). China kerap memandang AS melanggar hukum internasional karena melewati wilayah negara lain tanpa izin, sedangkan AS menyebut LCS adalah perairan internasional yang bisa dilewati siapa saja. Di sisi lain, AS juga sering menunjukkan tanda-tanda dukungan ke Taiwan yang ingin memisahkan diri, hal ini tentu saja menjadi hal yang dibenci oleh China.
Dalam beberapa bulan terakhir, China juga menunjukkan indikasi ke Taiwan dan dunia soal peningkatan kekuatan militer mereka. Menjelang pemilu Taiwan, sektor informasi di pulau itu dibombardir serangan siber dan kampanye disinformasi yang dituding sebagai ulah China. Setelah pelantikan presiden baru Taiwan, China tampak makin garang dengan menggelar 'simulasi perang' dengan mengepung pulau itu dan meluncurkan rudal.
China juga berulang kali menyatakan sangat waspada dan siap mengambil tindakan tegas jika menyangkut Taiwan. Semua tindakan ini menunjukkan bahwa China serius dalam menguasai kekuatan militer yang mampu bersaing dengan AS.
Dengan upaya reformasi besar-besaran yang dilakukan oleh Xi Jinping, militer China tampaknya semakin kuat dan siap bersaing dengan militer Amerika Serikat. Potensi konflik antara kedua negara ini menjadi sesuatu yang patut diwaspadai oleh dunia internasional.