Warga Yahudi Israel Berulah, Gelar Ritual Talmud di Kompleks Al Aqsa
Tanggal: 21 Jul 2024 20:54 wib.
Sebuah kejadian kontroversial terjadi di Kota Tua Yerusalem Timur pada Minggu (21/7) ketika warga pendudukan ilegal Israel di Yerusalem Tepi Barat Palestina dilaporkan melakukan ritual Talmud di kompleks Masjid Al Aqsa. Tindakan ini menciptakan kegaduhan yang melibatkan kelompok warga Israel yang menerobos kompleks masjid sambil melakukan tur "provokatif" yang diawasi oleh aparat keamanan, seperti yang dilaporkan oleh kantor berita Palestina, Wafa, dan dikutip oleh Al Jazeera.
Para saksi mata melaporkan bahwa para pemukim Israel berjalan-jalan di sekitar kompleks masjid saat pasukan Israel memberlakukan pembatasan bagi umat Muslim yang ingin beribadah di Masjid Al Aqsa. Hal ini bertentangan dengan status quo yang telah ditegaskan sejak tahun 1967, yang menyatakan bahwa hanya umat Muslim yang diizinkan untuk beribadah di dalam kompleks Al Haram al Sharif, yang juga dikenal sebagai Masjid Al-Aqsa.
Status quo tersebut menjelaskan bahwa umat non-Muslim hanya diizinkan untuk mengunjungi kompleks masjid tersebut, namun tidak diperkenankan untuk melakukan ritual keagamaan, termasuk ritual Talmud yang merupakan bagian dari praktik keagamaan umat Yahudi. Ritual Talmud sendiri merupakan tradisi umat Yahudi yang melibatkan pembacaan catatan dan hukum-hukum agama dalam bahasa Ibrani.
Kompleks Masjid Al Aqsa tidak hanya menjadi situs suci bagi umat Islam, yang menaruh pentingnya karena masjid ini dianggap sebagai kiblat pertama, tetapi juga merupakan situs yang dianggap suci oleh umat Kristiani dan umat Yahudi. Bagi umat Yahudi, kompleks Al Aqsa dianggap sebagai Har-ha-Bayit (Temple Mount) atau Tembok Ratapan.
Tindakan warga Yahudi Israel yang melakukan ritual Talmud di kompleks Al Aqsa telah menimbulkan ketegangan di antara umat Muslim dan umat Yahudi. Masjid Al Aqsa kerap menjadi sasaran konflik antara kedua pihak, karena masing-masing pihak mengklaim hak atas kompleks tersebut.
Kompleks Masjid Al Aqsa memiliki makna yang dalam bagi para umat agama Abrahamik (Islam, Kristen, dan Yahudi) karena kompleks ini dianggap memiliki nilai sejarah, keagamaan, dan politik yang besar. Namun, seringkali kompleks ini menjadi sumber konflik dan ketegangan di kota suci Yerusalem.
Kejadian ini mengingatkan kita akan pentingnya dialog antarumat agama dan keberagaman dalam menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan tersebut. Konflik antarumat agama seringkali memicu ketegangan dan kekerasan yang merugikan banyak pihak. Oleh karena itu, penting bagi para pihak terkait untuk mencari solusi yang menghormati nilai-nilai keagamaan dan kemanusiaan, serta untuk mempromosikan toleransi dan kedamaian di tempat-tempat suci seperti kompleks Masjid Al Aqsa.