USC Digugat Sony Music Rp 687 Miliar Atas Penggunaan Lagu Tanpa Izin

Tanggal: 15 Mar 2025 17:34 wib.
Label rekaman terkemuka, Sony Music Entertainment (SME), baru-baru ini menggugat University of Southern California (USC) di pengadilan federal New York. Tuntutan ini muncul dari dugaan bahwa USC telah menggunakan sejumlah track musik tanpa izin dalam video promosi yang diunggah di berbagai akun media sosial universitas, termasuk akun resmi USC Athletics. 

Dalam gugatan yang diajukan, Sony Music menuduh USC terus menerus menggunakan 170 lagu yang tidak berlisensi dalam 283 video di 30 akun media sosial yang berafiliasi dengan universitas tersebut. Yang lebih mengejutkan, meskipun telah diingatkan berulang kali sejak tahun 2021, USC tampaknya tetap mengabaikan peringatan tersebut. 

SME, bersama dengan anak perusahaannya seperti Alamo Records, Arista Music, dan Zomba Recordings, menyebut tindakan USC sebagai sebuah pelanggaran hukum yang serius, dengan menyatakan bahwa universitas tersebut "sengaja dan sadar" menggunakan musik tanpa izin. Gugatan itu juga menyebutkan bahwa tindakan USC telah menyebabkan kerugian besar yang tidak terhitung bagi Sony Music, sambil memperkaya institusi tersebut di atas penderitaan yang dirasakan oleh label dan para artis yang terlibat.

Beberapa lagu terkenal yang terdaftar dalam daftar ini meliputi "Gimme More" oleh Britney Spears, "Run the World (Girls)" oleh Beyoncé, sampai lagu legendaris "Beat It" oleh Michael Jackson. Penggunaan lagu-lagu populer ini sangat merugikan Sony Music, apalagi jika mengingat bahwa beberapa di antaranya juga mencakup lagu-lagu baru yang langsung populer setelah peluncurannya, seperti "Like That" yang dinyanyikan oleh Future, Metro Boomin, dan Kendrick Lamar.

Di antara semua pelanggaran yang dituduhkan, salah satu yang paling terkenal adalah penggunaan lagu-lagu ini dalam video viral berjudul "Arrival of the Trojan", yang menunjukkan momen-momen menarik dalam pertandingan sepak bola USC dan telah ditonton oleh jutaan pengguna di internet. Meskipun USC Athletics dan USC Football diketahui telah menghapus video tersebut dari semua akun afiliasinya setelah munculnya gugatan, kerugian tetap dirasakan oleh pihak Sony Music.

Sony Music meminta USC untuk membayar ganti rugi sebesar 150.000 dollar AS (sekitar Rp 2,4 miliar) untuk setiap pelanggaran hak cipta, totalnya mencapai lebih dari 42 juta dollar AS atau sekitar Rp 687 miliar. Dengan pendapatan atletik USC yang dilaporkan mencapai 212 juta dollar AS (sekitar Rp 3,4 triliun) pada tahun ajaran 2022-2023, kasus ini jelas menunjukkan betapa seriusnya isu hak cipta dalam dunia musik dan olahraga.

Menanggapi gugatan ini, pihak universitas menyatakan bahwa mereka menghormati hak kekayaan intelektual orang lain dan siap untuk menanggapi tuduhan ini di pengadilan. Menurut penjelasan dari Sony Music, USC menggunakan lagu-lagu tersebut untuk meningkatkan keterlibatan di media sosial dan membantu dalam penjualan tiket serta merchandise olahraga.

Awal dari gugatan ini terungkap ketika Sony Music pertama kali menghubungi USC pada Juni 2021 terkait pelanggaran yang terjadi di akun YouTube, Facebook, Instagram, dan TikTok milik universitas. Komunikasi kembali dilakukan pada Januari 2023 dan terus berlanjut hingga Januari 2024. 

Dalam langkah terbaru, USC dan Sony Music menyepakati perjanjian untuk menunda batasan hukum guna memberikan waktu untuk pembicaraan penyelesaian, yang berlaku hingga 15 Januari 2025. Namun, saat Sony Music mengajukan tawaran untuk memperpanjang perjanjian penangguhan, USC menolak tawaran tersebut, menunjukkan tantangan yang ada dalam upaya mencapai kesepakatan. 

Menurut informasi yang dikeluarkan oleh pihak Sony Music, USC tetap tidak mendapatkan lisensi sinkronisasi yang diperlukan untuk menggunakan lagu bersama dengan visual, yang semakin menguatkan posisi mereka dalam gugatan ini. Kasus ini mengingatkan kita tentang kompleksitas dan pentingnya masalah hak cipta di era digital saat ini.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved