USAID Bakal Hentikan Bantuan untuk Lebanon dan Rohingya di Myanmar
Tanggal: 15 Mar 2025 13:27 wib.
Tampang.com | Sebuah email yang diterima oleh redaksi Reuters mengungkapkan bahwa pemerintah Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump sedang mempertimbangkan untuk membubarkan USAID atau Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat. Dalam rencana ini, mereka memiliki usulan untuk menghentikan bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan bagi Lebanon, negara yang kini berada di tengah krisis multidimensi, serta untuk etnis Rohingya yang tengah mengalami penderitaan di Myanmar.
Email tersebut dikirim pada tanggal 16 Februari 2025 oleh Peter Marocco, yang menjabat sebagai wakil sementara dari USAID. Di dalamnya, Marocco menyampaikan sejumlah pandangan mengenai program bantuan yang dinilai tidak memberikan keuntungan yang jelas bagi negara Superpower ini. Ia juga menekankan pentingnya bagi masyarakat Lebanon dan etnis Rohingya untuk menyatakan rasa terima kasih atas dukungan yang telah diberikan oleh Amerika Serikat selama ini, menyiratkan adanya harapan untuk mendapatkan pengakuan dan itikad baik dari penerima bantuan.
Marocco menginstruksikan Tim Meisburger, Kepala Bidang Kemanusiaan USAID, untuk melakukan langkah-langkah strategis guna menarik perhatian Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Marco Rubio. Hal ini disebabkan oleh ketergantungan tinggi Lebanon dan pengungsi Rohingya terhadap bantuan kemanusiaan dari negeri Paman Sam. “Kita harus mempersiapkan sejumlah presentasi untuk rekomendasi yang jelas. Segera, tunjukkan sinyal penting. Meskipun kita memiliki empati, penerima bantuan telah diberi peringatan terhitung sejak 5 November 2025. Perlu ada perubahan yang signifikan,” ujar Marocco dengan merujuk pada kalender pemilihan presiden yang akan datang pada tahun 2024.
Dalam emailnya, Marocco meminta agar dibuat sistematika terbaik dan pengaturan waktu untuk mengurangi ketergantungan bantuan dari USAID yang mungkin yang diharapkan dapat dilakukan oleh penerima bantuan. Ia menekankan bahwa tidak ada pihak yang berutang budi di dalam hubungan ini, menyiratkan bahwa peran Amerika Serikat dalam memberikan bantuan bukanlah sebuah kewajiban tanpa akhir.
Sumber yang memahami isu ini memastikan keaslian surat elektronik tersebut dan mengungkapkan bahwa Marocco benar-benar berusaha untuk menghentikan bantuan bagi etnis Rohingya dan Lebanon. “Marocco tidak yakin bahwa mereka memerlukan bantuan lebih lanjut,” ungkap sumber yang tidak mau disebutkan namanya.
Hingga saat ini, Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat enggan memberikan komentar resmi mengenai isu yang sensitiv ini. Demikian pula, baik Marocco maupun Meisburger memilih untuk tetap diam dan tidak mengeluarkan pernyataan publik terkait rencana ini, mengundang banyak spekulasi tentang arah kebijakan luar negeri Amerika Serikat di bidang bantuan kemanusiaan.
Situasi ini semakin menegangkan, terutama bagi Lebanon yang saat ini dilanda krisis ekonomi parah, serta untuk etnis Rohingya yang telah lama terpinggirkan dan mengalami pelanggaran hak asasi yang serius. Jika rencana ini benar-benar dilaksanakan, konsekuensinya dapat menjadi bencana kemanusiaan yang lebih besar bagi mereka yang masih sangat bergantung pada dukungan luar.