Usai Peluncurkan Balon Isi Tinja-Sampah, Korut Tembakkan 10 Rudal Balistik
Tanggal: 30 Mei 2024 19:23 wib.
Korea Utara meluncurkan 10 rudal balistik jarak pendek ke Laut Timur pada Kamis (30/5) setelah sebelumnya mengirim ratusan balon berisi sampah hingga tinja ke Korea Selatan. Tindakan tersebut merupakan bagian dari serangkaian peluncuran rudal Korut dalam program peningkatan pertahanan Pyongyang.
Kepala Staf Gabungan (Joint Commission Staff/JCS) melaporkan bahwa pihaknya mendeteksi objek terbang yang diduga merupakan rudal balistik jarak pendek yang ditembakkan dari wilayah Sunan, Pyongyang, pada pukul 06.14 pagi waktu setempat. Rudal-rudal tersebut mengarah ke Laut Timur.
Keterangan JCS menyatakan, "Militer kami telah memperkuat pemantauan dan kewaspadaan terhadap objek terbang lain, sambil berbagi informasi yang berkaitan dengan Korea Utara dengan otoritas Amerika Serikat dan Jepang." Hal ini menunjukkan bahwa tindakan Korea Utara tersebut memicu kekhawatiran serta memperkuat kerjasama dan kesolidan antara Amerika Serikat dan Jepang dalam menghadapi potensi ancaman dari Korut.
Peluncuran rudal kali ini merupakan tindakan berkelanjutan setelah serangkaian peluncuran rudal jarak pendek yang dilakukan beberapa bulan terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa Korea Utara terus aktif dalam mengembangkan teknologi rudal sebagai bagian dari strategi pertahanan dan keamanan nasionalnya.
Selain itu, tindakan peluncuran rudal ini juga terjadi setelah Korut mengirim ratusan balon ke Korea Selatan pada Selasa (28/5) yang membawa sampah hingga kotoran hewan. Tindakan tersebut telah menjadi bagian dari aksi balasan yang terus menerus dari Korea Utara terhadap aktivitas anti-Korut yang dilakukan oleh pihak Korsel. Hal ini menunjukkan bahwa situasi antara Korea Utara dan Korea Selatan tetap tegang dan saling membalas setiap tindakan yang dianggap provokatif.
Konflik antara kedua negara ini juga dipicu oleh kampanye selebaran anti-Korut oleh pembelot dari Korea Utara dan aktivis Korea Selatan yang menerbangkan selebaran ke Korea Utara melalui balon untuk mendorong warga Korut bangkit melawan rezim Pyongyang. Hal ini menunjukkan bahwa upaya perlawanan terhadap rezim Pyongyang telah menjadi salah satu fokus utama dari aktivitas perlawanan dan protes di wilayah tersebut.
Permasalahan ini sejak lama telah menjadi sumber ketegangan kedua negara. Korea Utara dan Korea Selatan secara teknis masih berada dalam situasi perang karena Perang Korea pada 1950-1953 telah berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai. Jangka waktu konflik yang panjang ini menunjukkan bahwa upaya rekonsiliasi dan diplomasi antara kedua negara masih memiliki tantangan yang cukup besar.
Dari sisi politis, konflik antara Korut dan Korsel juga memperkuat posisi Korea Utara sebagai salah satu negara yang terus melakukan tindakan provokatif di wilayah tersebut. Hal ini menciptakan ketegangan di kawasan Asia Timur dan menjadi perhatian penting bagi banyak negara di wilayah tersebut.