Update 550 Orang Tewas Akibat Serangan Israel ke Lebanon, Menkes Abiad Sebut Pembantaian Parah
Tanggal: 25 Sep 2024 13:48 wib.
Tampang.com | Serangan besar-besaran Israel ke Lebanon telah mengakibatkan kematian 550 orang, mayoritas di antaranya adalah warga sipil, termasuk anak-anak dan wanita. Menteri Kesehatan Lebanon, Dr. Firass Abiad, menyebut kejadian tersebut sebagai "pembantaian", menggambarkan situasi di rumah sakit yang berjuang menangani jumlah korban dari serangan udara Israel terhadap kelompok bersenjata Hizbullah.
Menurut Abiad, dari total korban tewas, 50 di antaranya adalah anak-anak, 94 wanita, dan sejumlah pekerja medis. Lebih dari 50 rumah sakit saat ini merawat 1.835 orang lainnya yang terluka akibat serangan tersebut. Dalam wawancaranya dengan BBC, dia menjelaskan bahwa korban yang dibawa ke rumah sakit adalah warga sipil yang sedang melakukan kegiatan sehari-hari, bukan pejuang seperti yang dituduhkan oleh Israel.
Lebanon juga telah dibandingkan dengan perang tahun 2006 antara Israel dan Hizbullah, di mana Abiad mengungkapkan bahwa situasi konflik saat ini terbilang lebih kejam terutama dalam hal warga sipil yang menjadi sasaran.
Israel membenarkan serangan mereka sebagai upaya untuk menyerang ratusan lokasi Hizbullah, dengan tuduhan bahwa kelompok tersebut menyembunyikan senjata di daerah permukiman. Pasukan militer Israel juga melaporkan membunuh kepala pasukan roket Hizbullah dalam serangan terbaru, sementara Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa Hizbullah membawa Lebanon ke "tepi jurang".
Tanggapan dari Hizbullah tidak kalah tajam, di mana mereka menembakkan lebih dari 300 roket ke wilayah utara Israel, menyebabkan cedera pada enam orang. Konflik tersebut semakin menjadi perhatian internasional setelah Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, menyatakan bahwa solusi diplomatik masih memungkinkan, sementara Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, memperingatkan bahaya konflik tersebut dapat mengubah Lebanon menjadi situasi yang mirip dengan Gaza.
Lebanon sendiri tengah dilanda konflik yang melintasi batasnya dengan Israel, yang telah menelan korban jiwa dan menyebabkan puluhan ribu orang mengungsi di kedua sisi perbatasan. Hizbullah menyatakan bahwa mereka bertindak untuk mendukung Hamas dan tidak akan berhenti sampai ada gencatan senjata di Gaza.
Serangan udara Israel pada Senin (23/9/2024) di wilayah selatan Lebanon dan Lembah Bekaa timur telah mencatat hari paling mematikan di negara tersebut dalam beberapa dekade terakhir, menyebabkan ketegangan yang mirip dengan perang tahun 2006 antara Israel dan Hizbullah.
Dengan kondisi semakin memanas, komunitas internasional dihadapkan pada tugas penting untuk menyelesaikan konflik ini sebelum situasi memburuk lebih jauh, dan agar tidak terjadi korban yang tidak terhitung jumlahnya. Disamping itu, kolaborasi antara negara-negara terkait juga menjadi hal yang krusial untuk mengupayakan perdamaian dan keamanan bagi kedua belah pihak. Semua pihak perlu bersikap arif dan bertanggung jawab dalam menangani konflik ini demi menjaga stabilitas dan kesejahteraan regional.