Sumber foto: iStock

Universitas Australia Tutup Institut Konfusius: Propaganda atau Pendidikan?

Tanggal: 5 Apr 2025 19:25 wib.
Enam universitas di Australia secara diam-diam telah menutup Institut Konfusius (Confucius Institute/CI), pusat pendidikan yang memiliki keterkaitan dengan pemerintah China. Keputusan ini muncul setelah meningkatnya pengawasan dari pemerintah Australia, yang khawatir bahwa pusat-pusat pendidikan ini digunakan oleh Beijing untuk menyebarkan propaganda atau bahkan memata-matai mahasiswa internasional asal China.

China sendiri menyebut Institut Konfusius sebagai "jembatan persahabatan" yang bertujuan untuk memperkenalkan bahasa dan budaya China ke dunia. Namun, berbagai negara, termasuk Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa, telah menutup beberapa cabang CI mereka akibat meningkatnya kekhawatiran terhadap pengaruh China dalam pendidikan global.

Hampir Separuh Institut Konfusius di Australia Ditutup

Menurut laporan dari Australian Broadcasting Corporation (ABC), penutupan ini berarti hampir setengah dari seluruh Institut Konfusius di Australia kini telah dihentikan operasinya. Sementara itu, tujuh institut lainnya masih beroperasi.

Beberapa universitas yang telah menutup CI mereka antara lain University of Melbourne, University of Queensland (UQ), University of Western Australia (UWA), University of New South Wales (UNSW), dan Royal Melbourne Institute of Technology (RMIT). Beberapa institusi menyatakan bahwa gangguan yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 menjadi salah satu alasan utama tidak diperpanjangnya kontrak dengan Institut Konfusius.

Juru bicara dari UNSW menyatakan bahwa universitas tersebut kini tengah mengembangkan program sendiri dalam studi China dan tetap berkomitmen untuk mendorong dialog terbuka dalam hubungan bilateral antara China dan Australia.

Di sisi lain, juru bicara University of Queensland menyebutkan bahwa kontrak Institut Konfusius mereka berakhir pada Desember 2024 dan universitas tidak menerima arahan khusus dari pemerintah mengenai perpanjangan atau penghentian program tersebut.

Sementara itu, University of Melbourne mengakhiri kerja sama dengan CI pada Agustus 2024. Sejak didirikan pada 2007 melalui kemitraan dengan Universitas Nanjing, universitas ini telah menyediakan berbagai program bahasa Mandarin dan Asia, sehingga mereka merasa tidak perlu memperbarui kerja sama dengan CI.

Australia Perketat Pengawasan terhadap Pengaruh Asing

Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Australia telah mengambil langkah-langkah lebih ketat terhadap institusi yang memiliki keterkaitan dengan Partai Komunis China. Kebijakan baru melarang pendirian pusat pendidikan serupa di Australia dan mewajibkan universitas untuk lebih transparan dalam mengelola program-program yang berkaitan dengan China.

Beberapa universitas bahkan diminta untuk mendaftarkan program Institut Konfusius mereka ke dalam Skema Transparansi Pengaruh Asing. Langkah ini bertujuan untuk memastikan bahwa program akademik yang dijalankan tidak memiliki muatan politik atau propaganda yang dapat memengaruhi mahasiswa.

Meskipun begitu, beberapa universitas seperti University of Adelaide belum secara resmi mengonfirmasi apakah mereka telah menutup CI mereka. Namun, pihak universitas menegaskan bahwa mereka tetap menjalin hubungan dengan berbagai negara, termasuk China, melalui berbagai kemitraan dan kolaborasi pendidikan.

Institut Konfusius: Pendidikan atau Propaganda?

Institut Konfusius telah lama menjadi sorotan dalam diskusi global mengenai pengaruh China dalam dunia akademik. Human Rights Watch dalam laporannya tahun 2019 menyebut bahwa Institut Konfusius adalah "perpanjangan tangan pemerintah China" yang memiliki misi untuk menyensor diskusi tentang isu-isu politik sensitif bagi Beijing.

Di Australia, ABC melaporkan bahwa pada tahun 2019, pelamar yang ingin menjadi pengajar sukarela di Institut Konfusius diwajibkan menunjukkan kesetiaan politik kepada pemerintah China. Hal ini semakin memperkuat kecurigaan bahwa program ini tidak hanya bertujuan sebagai pusat pembelajaran bahasa dan budaya, tetapi juga alat diplomasi China.

Namun, Dr. Jeffrey Gill dari Universitas Flinders, seorang akademisi yang mempelajari keberadaan Institut Konfusius, mengungkapkan bahwa ia tidak terkejut dengan penutupan beberapa pusat ini. Ia percaya bahwa kekhawatiran mengenai campur tangan asing bisa menjadi salah satu faktor utama di balik keputusan tersebut.

Di sisi lain, Dr. Gill juga menyatakan bahwa dampak Institut Konfusius terhadap persepsi masyarakat Australia mengenai China sebenarnya sangat kecil. Menurutnya, meskipun ada dugaan penyebaran propaganda, institut-institut ini tidak memiliki pengaruh yang cukup besar dalam membentuk opini publik secara luas.

Masa Depan Institut Konfusius di Australia

Dengan semakin ketatnya pengawasan dari pemerintah Australia, masa depan Institut Konfusius di negara ini tampak tidak menentu. Meskipun tujuh institut masih beroperasi, tidak menutup kemungkinan mereka juga akan menghadapi tekanan serupa untuk menyesuaikan diri dengan regulasi yang lebih transparan dan ketat.

Bagi universitas yang telah menutup CI mereka, langkah ini menunjukkan komitmen untuk menjaga independensi akademik dan menghindari potensi pengaruh politik dari negara asing. Di sisi lain, bagi China, penutupan ini bisa menjadi sinyal bahwa strategi soft power mereka di dunia akademik semakin ditentang oleh banyak negara.

Keputusan Australia ini juga bisa berdampak pada hubungan diplomatik antara kedua negara, terutama di tengah ketegangan geopolitik yang semakin meningkat. Namun, bagi dunia akademik, langkah ini dianggap sebagai cara untuk memastikan bahwa pendidikan tetap menjadi ranah yang bebas dari pengaruh politik dan kepentingan asing.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved