Sumber foto: website

Ukraina Serang Wilayah Rusia dengan Rudal AS pada Peringatan 1000 Hari Perang

Tanggal: 20 Nov 2024 11:25 wib.
Ukraina dilaporkan menggunakan rudal ATACMS AS untuk melakukan serangan terhadap wilayah Rusia pada hari Selasa, 19 November 2024. Serangan tersebut memanfaatkan izin baru yang diberikan oleh pemerintahan Presiden AS Joe Biden yang akan berakhir pada hari ke-1.000 perang.

Rusia mengklaim pasukannya berhasil menembak jatuh lima dari enam rudal yang ditembakkan ke fasilitas militer di wilayah Bryansk. Meskipun puing-puing salah satu rudal mengenai fasilitas tersebut dan memicu kebakaran, tidak ada laporan mengenai korban jiwa atau kerusakan yang signifikan.

Dalam klaim balasan, Ukraina menyatakan telah melakukan serangan terhadap depot senjata Rusia sekitar 110 km di dalam wilayah Rusia. Serangan ini menyebabkan terjadinya ledakan sekunder. Meskipun militer Ukraina tidak secara terbuka menyebutkan senjata yang digunakan, sumber pemerintah Ukraina dan pejabat AS telah mengonfirmasi bahwa serangan ini melibatkan penggunaan rudal ATACMS.

Seorang pejabat AS menyatakan bahwa dua dari delapan rudal yang ditembakkan berhasil dicegat oleh Rusia, dan serangan dilakukan di titik pasokan amunisi. Persetujuan untuk Ukraina menggunakan ATACMS diberikan oleh Presiden Biden minggu ini untuk serangan semacam itu di wilayah Rusia. Sementara itu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menganggap penggunaan ATACMS sebagai tanda jelas bahwa Barat ingin meningkatkan konflik.

Pihak Rusia menyatakan bahwa senjata semacam ATACMS tidak akan mampu digunakan tanpa dukungan operasional langsung dari AS, dan penggunaannya akan menjadikan Washington sebagai bagian langsung dalam perang tersebut, yang pada gilirannya akan memicu reaksi balasan dari Rusia.

Serangan ini terjadi pada peringatan 1.000 hari perang Ukraina, di mana seperlima wilayahnya telah dikuasai oleh Rusia. Hal ini menimbulkan keraguan tentang masa depan dukungan dari Barat, terutama saat Presiden terpilih Donald Trump kembali ke Gedung Putih.

Dalam konteks ini, perlu dicatat bahwa jangkauan rudal ATACMS hingga 300 km jauh lebih pendek dibandingkan dengan beberapa rudal yang telah digunakan oleh Rusia untuk menyerang Ukraina. Salah satunya adalah senjata hipersonik Kinzhal yang dilaporkan memiliki jangkauan hingga 2.000 km. Hal ini menunjukkan bahwa Ukraina berusaha menjaga keseimbangan kekuatan dengan memanfaatkan peralatan yang tersedia, meskipun dengan jangkauan yang lebih terbatas.

Pada hari yang sama, Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani doktrin nuklir baru yang diduga dimaksudkan sebagai peringatan bagi Amerika Serikat. Doktrin tersebut menurunkan ambang batas yang memungkinkan Rusia menggunakan senjata nuklir sebagai tanggapan terhadap ancaman yang melibatkan integritas teritorialnya.

Sementara itu, Washington menanggapi pembaruan doktrin nuklir tersebut dengan menyatakan bahwa hal tersebut tidak mengejutkan, dan menolak "lebih banyak retorika tidak bertanggung jawab yang sama dari Rusia".

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, menilai langkah tersebut sebagai bukti bahwa Putin tidak tertarik pada perdamaian. Dalam pernyataannya, Zelensky mengecam penandatanganan doktrin nuklir baru sebagai tindakan yang menunjukkan sikap agresif Rusia, terutama dalam konteks hubungan antara kedua negara.

Di sisi lain, Pentagon mengumumkan bahwa Departemen Luar Negeri AS telah menyetujui penjualan potensial peralatan dan layanan militer senilai USD100 juta kepada Ukraina. Sementara itu, Denmark juga akan memberikan sumbangan baru sekitar USD138 juta untuk mendukung pengembangan industri senjata Ukraina. Hal ini menunjukkan adanya dukungan yang signifikan dari pihak Barat terhadap Ukraina dalam menghadapi konflik yang tengah berkecamuk.

Pasukan Rusia terus melakukan pergerakan perlahan di Ukraina timur, dan telah melaporkan merebut pemukiman-pemukiman baru pada hari Selasa. Sementara itu, dengan datangnya musim dingin, Moskow kembali meluncurkan serangan udara terbesar sejak Agustus terhadap sistem tenaga listrik Ukraina, menegaskan tekanan militer yang terus berlanjut dalam konflik ini.

Ukraina sendiri menuntut penarikan penuh pasukan Rusia dari semua wilayah yang telah diduduki dan meminta jaminan keamanan dari Barat yang sebanding dengan keanggotaan dalam perjanjian pertahanan bersama NATO, sebagai upaya untuk mencegah serangan Rusia di masa mendatang.

Sementara itu, pihak Rusia menegaskan bahwa Ukraina harus menghentikan semua upayanya untuk bergabung dengan NATO serta menarik semua pasukan dari provinsi-provinsi yang telah dianeksasi oleh Rusia sejak invasi. Permintaan-permintaan dari kedua belah pihak ini menunjukkan bahwa konflik antara Ukraina dan Rusia masih jauh dari penyelesaian, dan perbedaan pendapat yang dalam antara keduanya masih menjadi hambatan besar dalam upaya mencapai perdamaian dan stabilitas di kawasan tersebut.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved