Sumber foto: website

Ukraina Bisa Kembangkan Senjata Nuklir dalam Beberapa Bulan Jika AS Hentikan Bantuan Militer

Tanggal: 16 Nov 2024 22:28 wib.
Ukraina, sebuah negara dengan sejarah panjang perjuangan melawan agresi Rusia, dikabarkan mampu mengembangkan senjata nuklir dalam jangka waktu yang relatif singkat jika Amerika Serikat (AS) memutuskan untuk menghentikan bantuan militer kepada mereka. Pernyataan ini disampaikan oleh pejabat tinggi Ukraina dan mengguncang dunia internasional terkait potensi dampaknya terhadap kestabilan geopolitik selama ini.

Menurut sebuah dokumen pengarahan, Ukraina memiliki opsi untuk memproduksi bom nuklir sebagai upaya pertahanan mereka, terutama jika administrasi AS mendatang menolak memberikan dana penting dalam konflik mereka melawan agresi Rusia. Hal ini menjadi perhatian serius mengingat Ukraina memiliki teknologi yang mampu mengembangkan bom nuklir secara cepat dan efektif.

Bom nuklir yang dapat diproduksi oleh Ukraina akan menggunakan plutonium dan memiliki kesamaan dengan "Fat-Man" yang dibuat oleh AS dan dijatuhkan di Kota Nagasaki, Jepang pada masa Perang Dunia II. Meskipun pengembangan bom nuklir ini diklaim tidak terlalu sulit, namun hal ini memerlukan bahan-bahan penting yang digunakan untuk menggerakkan stasiun tenaga nuklir negara tersebut.

Berdasarkan kutipan dari dokumen tersebut, disebutkan bahwa rezim Kyiv (Kiev) dapat berupaya menciptakan "bom atom sederhana" dalam kerangka Proyek Manhattan. Proyek ini menjadi bukti bahwa menciptakan bom atom sederhana tidak akan menjadi tugas yang sulit, bahkan 80 tahun setelah proyek tersebut dilakukan oleh Amerika Serikat dalam Perang Dunia II. Dokumen tersebut bahkan berpendapat bahwa Ukraina dapat membuat bom tersebut tanpa sumber daya besar yang digunakan AS hampir 80 tahun lalu.

Ukraina diketahui memiliki pembangkit listrik Zaporizhzhia, yang merupakan pembangkit terbesar di Eropa dengan enam reaktor, disamping tiga pembangkit lainnya. Hal ini membuat rezim Kyiv memiliki potensi untuk mengambil batang bahan bakar bekas dari total 15 reaktor, sehingga memberikan cukup bahan untuk memproduksi bom nuklir yang dalam teorinya dapat digunakan sebagai bentuk pertahanan terhadap Rusia.

Laporan yang disusun oleh Oleksii Yizhak, kepala departemen di Institut Nasional Ukraina untuk Studi Strategis, memperkirakan bahwa Ukraina memiliki hingga tujuh ton plutonium yang tersedia. Meskipun pemerintah Ukraina membantah laporan ini dengan mengatakan bahwa mereka berkomitmen pada Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT) dan tidak memiliki rencana untuk mengembangkan senjata nuklir, namun potensi ini tetap menyita perhatian internasional.

Rezim AS yang baru dipilih, yang dipimpin oleh Donald Trump, menghadapi tekanan untuk menyelesaikan konflik di Ukraina. Trump sebelumnya menyatakan bahwa dia akan mencapai perdamaian di Ukraina pada hari pertama pemerintahannya, yang akan dimulai pada 20 Januari 2025. Namun, pendekatan yang akan digunakan oleh Trump untuk mencapai perdamaian ini masih menjadi perdebatan yang belum selesai.

Pembahasan mengenai kemungkinan Ukraina mengembangkan senjata nuklir tidak hanya menjadi masalah geopolitik, tetapi juga menjadi titik perhatian dalam upaya memperkuat kestabilan dan perdamaian di wilayah Eropa. Peran AS dalam memberikan bantuan dan dukungan terhadap Ukraina juga menjadi faktor krusial dalam mencegah eskalasi konflik dan perang di wilayah tersebut. Dengan demikian, perlu adanya diplomasi yang kuat dan kerja sama antarnegara untuk mengatasi potensi konflik yang dapat meluas menjadi ancaman global.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved