Sumber foto: Google

Turkiye Dilanda Gelombang Protes Besar Usai Penangkapan Imamoglu

Tanggal: 26 Mar 2025 09:49 wib.
Tampang.com | Turkiye tengah diguncang aksi protes terbesar dalam lebih dari satu dekade setelah Ekrem Imamoglu, Wali Kota Istanbul dan tokoh oposisi utama, ditangkap oleh otoritas setempat. Ribuan warga turun ke jalan di berbagai kota, menuntut pembebasan Imamoglu dan mengecam pemerintahan Presiden Recep Tayyip Erdogan, yang dituduh menggunakan hukum untuk membungkam lawan politiknya.

Demonstrasi yang dimulai pada 19 Maret 2025 dengan cepat menyebar ke seluruh negeri. Polisi menggunakan gas air mata dan peluru karet untuk membubarkan massa, tetapi hal itu justru semakin memicu kemarahan publik.

Apa yang Memicu Gelombang Unjuk Rasa?

Penangkapan Imamoglu terjadi hanya beberapa hari sebelum ia secara resmi dicalonkan sebagai kandidat presiden dari Partai Rakyat Republik (CHP) untuk pemilu 2028. Meskipun berada di dalam tahanan, partainya tetap mengonfirmasi pencalonannya melalui pemungutan suara simbolis yang dilakukan di penjara.

Jaksa menuduh Imamoglu melakukan korupsi, pemerasan, pencatatan data ilegal, serta manipulasi tender. Namun, Imamoglu dan pendukungnya dengan tegas membantah tuduhan tersebut, menyebutnya sebagai manuver politik untuk mencegahnya bertarung melawan Erdogan di pemilu mendatang.

Mahasiswa dan Oposisi Memimpin Perlawanan

Kelompok mahasiswa menjadi garda terdepan dalam aksi ini, meneriakkan slogan seperti "Kami tidak takut, kami tidak akan dibungkam, kami tidak akan tunduk." Awalnya berpusat di Istanbul, demonstrasi dengan cepat menyebar ke puluhan kota lain, termasuk Ankara, Izmir, dan Bursa.

CHP menyatakan bahwa penangkapan Imamoglu adalah bentuk kudeta terhadap presiden masa depan Turkiye, dan menyerukan aksi protes nasional.

Erdogan: "Kami Tidak Akan Biarkan Teror Jalanan"

Presiden Erdogan merespons keras gelombang unjuk rasa ini, menuduh para demonstran sebagai pemicu kekacauan dan menyatakan bahwa aksi ini adalah "teror jalanan" yang tidak akan dibiarkan mengganggu ketertiban umum."

Pemerintah Turkiye pun melarang pertemuan publik, tetapi larangan ini tak membuat demonstran surut. Hingga saat ini, lebih dari 1.100 orang telah ditangkap, termasuk 10 jurnalis yang meliput protes.

Uni Eropa dan Dunia Internasional Soroti Penangkapan Imamoglu

Uni Eropa, yang sebelumnya telah menyoroti isu kebebasan sipil di Turkiye, kembali mendesak Erdogan untuk menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi. Sebagai negara yang berstatus kandidat anggota Uni Eropa, tekanan internasional terhadap Ankara semakin meningkat.

Ketegangan Erdogan dan Oposisi Memasuki Babak Baru

Selama lebih dari 22 tahun, Erdogan telah mengukuhkan kekuasaannya, baik sebagai Perdana Menteri maupun Presiden. Namun, semakin banyak pihak yang menuduhnya semakin otoriter, terutama setelah upaya kudeta militer yang gagal pada 2016.

Dengan batasan masa jabatan yang ada, Erdogan tidak dapat mencalonkan diri kembali pada 2028, kecuali ia mengubah konstitusi. Imamoglu, yang memiliki basis dukungan kuat di kalangan pemilih perkotaan dan generasi muda, dianggap sebagai ancaman terbesar bagi keberlangsungan rezim Erdogan.

Seorang demonstran bernama Ferhat mengatakan, "Setiap kali ada lawan kuat bagi Erdogan, mereka selalu dijebloskan ke penjara."

Turkiye di Ambang Krisis Politik?

Protes besar ini bukan hanya tentang Imamoglu, tetapi juga mencerminkan ketidakpuasan luas terhadap pemerintahan Erdogan, termasuk masalah ekonomi dan kebebasan sipil. Jika demonstrasi terus membesar, Turkiye bisa menghadapi krisis politik yang serius menjelang pemilu 2028.

Dengan Imamoglu kini mencalonkan diri sebagai presiden dari balik jeruji besi, pertarungan politik di Turkiye tampaknya akan semakin memanas dalam waktu dekat.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved