Tuduhan Taiwan terhadap China Soal Kerusakan Kabel Internet Bawah Laut: Apa yang Sebenarnya Terjadi?
Tanggal: 14 Jan 2025 12:15 wib.
Taiwan baru-baru ini menuduh China terlibat dalam kerusakan kabel internet bawah laut yang terjadi pada awal bulan ini. Kabel yang rusak tersebut milik Chunghwa Telecom, salah satu perusahaan penyedia layanan telekomunikasi terbesar di Taiwan.
Kerusakan kabel ini membuat Chunghwa Telecom harus mengalihkan lalu lintas internet mereka untuk memastikan pelanggannya tetap dapat terhubung, meskipun dampaknya cukup signifikan.
Sebagai respons terhadap insiden ini, perusahaan melaporkan kejadian tersebut kepada penjaga pantai Taiwan guna melakukan penyelidikan lebih lanjut.
Dalam laporan yang dikeluarkan oleh Chunghwa Telecom, disebutkan bahwa kapal mencurigakan terlihat di jalur kabel yang mengalami kerusakan. Berdasarkan keterangan dari pejabat penjaga pantai Taiwan, kapal yang terlibat dalam insiden ini diduga merupakan kapal kargo yang dimiliki oleh China.
Kejadian ini semakin memunculkan ketegangan antara kedua negara, karena hubungan mereka yang sudah tegang terkait sejumlah isu, baik ekonomi maupun politik.
Laporan lebih lanjut mengungkapkan bahwa kapal yang dicurigai memiliki bendera Kamerun dan Tanzania, dan teridentifikasi berisi tujuh warga negara China.
Selain itu, sumber lain melaporkan bahwa kapal tersebut dimiliki oleh sebuah perusahaan Hong Kong bernama Jie Yang Trading Limited, yang pemiliknya adalah seorang warga negara China. Meskipun demikian, sejauh ini belum ada bukti kuat yang mengonfirmasi bahwa kapal tersebut benar-benar terlibat dalam pengrusakan kabel bawah laut.
Radar yang digunakan oleh penjaga pantai Taiwan juga menunjukkan adanya kapal yang mencurigakan di dekat lokasi kabel yang rusak. Namun, meskipun ada tanda-tanda yang mengarah pada kapal tersebut, hingga saat ini, belum ada bukti langsung yang dapat memastikan bahwa kapal tersebut terlibat dalam pengrusakan kabel.
Pejabat senior yang menangani kasus ini mengungkapkan bahwa meskipun bukti konkret masih belum ditemukan, mereka tidak mengesampingkan kemungkinan bahwa China dapat berada di balik kerusakan kabel ini melalui suatu operasi zona abu-abu, sebuah istilah yang merujuk pada aktivitas yang tidak dapat dikategorikan secara jelas dalam hukum internasional.
Pejabat tersebut juga menyatakan bahwa meskipun masih ada ketidakpastian mengenai niat dari tindakan ini, insiden tersebut menambah kekhawatiran terhadap keamanan infrastruktur vital di kawasan Asia Timur.
Taiwan sendiri telah lama memperhatikan potensi ancaman terhadap kabel bawah laut yang menghubungkan mereka dengan dunia luar, karena infrastruktur semacam ini memiliki peran krusial dalam komunikasi dan perdagangan global.
Oleh karena itu, kerusakan terhadap kabel internet ini dianggap sebagai masalah serius yang memerlukan penanganan cepat dan transparan.
Namun, respons dari China terhadap tuduhan ini tampaknya menepis segala klaim yang mengarah pada mereka. Kantor urusan Taiwan di China secara tegas membantah tuduhan tersebut, menyebutkan bahwa insiden kerusakan kabel bawah laut ini adalah sesuatu yang biasa terjadi dan bukan merupakan tindakan yang disengaja.
Guo Wenjie, yang merupakan warga negara China dan juga direktur perusahaan yang mengoperasikan kapal tersebut, juga menanggapi tuduhan ini dengan menyatakan bahwa kapalnya tidak bertanggung jawab atas kerusakan yang terjadi pada kabel internet.
Guo, yang berbicara dengan Reuters, menegaskan bahwa tidak ada bukti yang mendukung klaim Taiwan mengenai keterlibatan kapal mereka dalam pengrusakan kabel bawah laut.
Ia menambahkan bahwa perjalanan kapal tersebut adalah perjalanan normal dan tidak ada indikasi adanya aktivitas mencurigakan yang berkaitan dengan insiden ini. "Tidak ada bukti sama sekali," ujarnya. Pernyataan ini semakin memperkeruh situasi, karena Taiwan dan China memiliki pandangan yang sangat berbeda mengenai insiden ini.
Tuduhan terhadap China terkait pengrusakan kabel bawah laut bukanlah yang pertama kali terjadi. Pada tahun 2023, Taiwan juga menyalahkan dua kapal asal China atas kerusakan yang terjadi pada dua kabel internet bawah laut yang menghubungkan pulau Matsu, sebuah pulau kecil di Taiwan.
Kerusakan kabel tersebut menyebabkan gangguan besar pada layanan internet di wilayah tersebut selama beberapa hari. Namun, dalam kasus tersebut, insiden itu dikatakan bukan merupakan tindakan yang disengaja.
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada tuduhan terhadap China, tidak semua insiden pengrusakan kabel bawah laut dapat dibuktikan sebagai tindakan yang disengaja atau direncanakan.
Kerusakan kabel bawah laut ini bukan hanya masalah teknis, tetapi juga menciptakan ketegangan politik yang lebih besar antara Taiwan dan China. Taiwan telah lama menghadapi ancaman dari China, yang mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya, meskipun Taiwan memiliki pemerintahan sendiri dan mengoperasikan sistem politik yang independen.
Ketegangan ini seringkali melibatkan masalah keamanan nasional, termasuk ancaman terhadap infrastruktur vital seperti kabel komunikasi bawah laut.
Sementara itu, keberadaan kabel bawah laut yang menghubungkan negara-negara di seluruh dunia merupakan aspek penting dalam menjaga kelancaran perdagangan internasional dan komunikasi.
Kerusakan terhadap kabel ini dapat memiliki dampak yang jauh lebih besar dari sekadar gangguan layanan internet, karena dapat mempengaruhi banyak sektor ekonomi, politik, dan sosial. Oleh karena itu, setiap insiden yang melibatkan kerusakan kabel bawah laut akan mendapatkan perhatian internasional yang sangat besar.
Insiden kerusakan kabel internet bawah laut ini juga mengingatkan kita akan kerentanannya terhadap serangan atau sabotase. Kabel bawah laut merupakan jalur vital untuk mentransmisikan data, termasuk informasi sensitif dan transaksi bisnis internasional.
Oleh karena itu, kerusakan terhadap infrastruktur ini dapat mengakibatkan dampak yang jauh lebih besar dari yang dibayangkan, dan bisa menciptakan ketegangan antar negara yang lebih luas.
Secara keseluruhan, meskipun belum ada bukti konkret mengenai keterlibatan China dalam pengrusakan kabel bawah laut ini, insiden ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga keamanan infrastruktur vital dan bagaimana ketegangan politik dapat mempengaruhi teknologi dan komunikasi internasional.
Kedepannya, para pihak yang terlibat perlu melakukan penyelidikan lebih lanjut untuk memastikan siapa yang bertanggung jawab atas kerusakan ini, sekaligus mencegah terulangnya insiden serupa di masa depan.