Trump Sebut Putin "Gila", Medvedev Ancam Perang Dunia III
Tanggal: 30 Mei 2025 21:18 wib.
Moskwa, Rusia – Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev mengancam kemungkinan terjadinya Perang Dunia III setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump melontarkan kritik pedas terhadap Vladimir Putin terkait serangan udara di Ukraina. Dalam pernyataannya, Trump menyebut Putin “gila”, merujuk pada serangan Rusia di Ukraina yang menewaskan 13 orang beberapa hari lalu.
"Ia benar-benar gila. Membunuh banyak orang tanpa alasan," tulis Trump di platform Truth Social pada Minggu (25/5/2025). Tak hanya itu, Presiden ke-47 AS itu juga memperingatkan bahwa tanpa dirinya, Rusia akan mengalami “hal-hal yang benar-benar buruk”. "Apa yang tidak disadari Vladimir Putin adalah bahwa jika bukan karena saya, banyak hal buruk benar-benar sudah terjadi pada Rusia. Dan maksud saya, benar-benar buruk. Dia sedang bermain api!" tulis Trump.
Respons Keras dari Rusia dan Kecaman dari AS
Pernyataan itu dibalas Medvedev, yang kini menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, dengan nada tajam. “Saya hanya tahu satu hal yang benar-benar buruk—Perang Dunia III. Saya harap Trump memahaminya!” ujar Medvedev.
Respons keras dari Rusia itu langsung menuai kecaman dari perwakilan AS untuk Ukraina, Keith Kellogg. "Menebar ketakutan soal Perang Dunia III adalah komentar sembrono dari @MedvedevRussia dan tidak pantas dari sebuah kekuatan dunia,” tulis Kellogg di akun X pribadinya. Ia menambahkan, "Presiden Trump sedang bekerja untuk menghentikan perang ini dan mengakhiri pertumpahan darah. Kami masih menunggu dokumen resmi dari Rusia yang dijanjikan seminggu lalu. Gencatan senjata sekarang."
Diplomasi Tetap Berjalan di Tengah Ketegangan
Meskipun adu kata-kata terus berlangsung, upaya diplomasi di balik layar tampaknya tetap berjalan. Dalam langkah yang jarang terjadi, dua pejabat Kedutaan Besar AS terlihat hadir dalam forum keamanan internasional di Moskwa pada Rabu (29/5/2025) waktu setempat. Kehadiran mereka—Eric Jordan (Konselor Urusan Politik dan Ekonomi) dan Jeremy Ventuso (Sekretaris Kedua)—menjadi yang pertama dari pihak AS sejak invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina pada 2022.
Presiden Rusia Vladimir Putin sendiri membuka acara tersebut dengan menegaskan bahwa pendekatan keamanan Rusia, termasuk terkait perang di Ukraina, tetap mendasar dan tidak berubah. Menurut analis politik Rusia dari King’s College London, Sam Greene, kehadiran perwakilan AS merupakan isyarat “iktikad baik dengan biaya rendah” dari pemerintahan Trump. “Ini menunjukkan masih ada keinginan untuk menormalisasi hubungan dengan Moskwa,” katanya.
Retorika yang memanas antara kedua belah pihak menunjukkan tingkat ketegangan yang masih tinggi, meskipun ada indikasi adanya jalur komunikasi diplomatik yang tetap terbuka.