Trump Dihujat Usai Unggah Video Truk Bergambar Biden Diikat
Tanggal: 1 Apr 2024 11:28 wib.
Mantan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, kembali menuai kontroversi usai mengunggah video yang memperlihatkan truk dengan gambar Presiden AS Joe Biden dalam kondisi tangan dan kaki terikat.
Unggahan tersebut memicu kecaman dari kubu Biden yang menuduh Trump menghasut kekerasan politik jelang Pilpres AS November mendatang.
Melansir The Guardian pada Minggu (31/3/2024), juru bicara kampanye Biden, Michael Tyler, bahkan menyinggung penyerangan gedung Capitol pada 6 Januari 2021 oleh pendukung Trump.
Di sisi lain, juru bicara kampanye Trump, Steven Cheung, balik menuding Demokrat yang telah menyerukan kekerasan terhadap Trump dan menjadikan sistem peradilan sebagai senjata untuk melawannya.
1. Kubu Biden kecam unggahan video kontroversial Trump
Menurut laporan BBC, video yang diunggah Trump menampilkan sebuah truk dengan tulisan "Trump 2024" dan gambar Biden dalam kondisi terikat tangan dan kakinya.
Video tersebut diambil bertepatan dengan kehadiran Trump di pemakaman seorang polisi New York yang gugur saat bertugas.
"Trump kerap menghasut kekerasan politik dan sudah saatnya orang-orang menganggapnya serius, tanyakan saja pada petugas Capitol yang diserang saat melindungi demokrasi kita pada 6 Januari," kata Tyler.
Pernyataan ini merujuk pada insiden penyerangan gedung Capitol AS oleh pendukung Trump pada 2021, usai Trump kalah dalam Pilpres AS 2020 dari Biden. Insiden tersebut menewaskan sembilan orang dan melukai ratusan lainnya, termasuk puluhan petugas keamanan Capitol.
2. Trump balas sebut Demokrat sebagai penghasut
Steven Cheung sebagai juru bicara kampanye Trump menyatakan, gambar yang menjadi perdebatan hanyalah bagian belakang dari sebuah truk yang melintas di jalan raya. Dia justru balik menuding Demokrat dan menyebut mereka sebagai orang-orang gila yang telah menyerukan kekerasan terhadap Trump dan keluarganya.
"Demokrat dan orang-orang gila tidak hanya menyerukan kekerasan yang memalukan terhadap Trump dan keluarganya, mereka bahkan menjadikan sistem peradilan sebagai senjata melawannya," ujar Cheung.
Cheung merujuk pada berbagai tuntutan hukum yang dihadapi Trump, termasuk lebih dari 80 tuduhan kriminal terkait upayanya membatalkan kekalahan dalam Pilpres AS 2020, kasus penahanan dokumen rahasia usai masa kepresidenannya, serta kasus pembayaran uang tutup mulut. Trump sendiri telah berulang kali menyatakan bahwa semua tuntutan hukum terhadapnya bermotif politik.
3. Biden ungguli Trump dalam penggalangan dana kampanye
Polemik terbaru mencerminkan kontestasi menuju Pilpres AS November mendatang yang terus memanas. Saat ini, elektabilitas Biden tengah menanjak di sejumlah negara bagian usai pidato kenegaraannya. Kampanye mantan wakil Presiden Barrack Obama itu juga melaporkan keunggulan puluhan juta dolar AS dalam penggalangan dana dibandingkan Trump.
Di pemakaman, Trump menyebut pembunuhan polisi sebagai hal yang mengerikan dan memuji polisi sebagai orang-orang hebat. Namun, komentar Trump juga tak luput dari kritik mengingat puluhan petugas Capitol terluka akibat penyerangan oleh pendukungnya pada pada 2021 lalu.
Sebagai mantan presiden yang masih berpengaruh dalam politik Amerika Serikat, tindakan Trump dalam menyebarkan konten kontroversial di media sosial dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap suasana politik di negara tersebut. Hal ini dapat menciptakan polarisasi masyarakat serta memperlebar jurang antara pendukungnya dan pendukung kubu lawan.
Perilaku Trump yang dinilai menghasut kekerasan politik juga memunculkan keprihatinan terhadap stabilitas politik di Amerika Serikat, terutama menjelang Pemilu Presiden yang semakin memanas. Tindakan seperti ini dapat memberikan contoh buruk bagi masyarakat dalam berdemokrasi dan berperilaku politik, serta membuka peluang terjadinya konflik yang lebih besar di tengah-tengah masyarakat.
Sementara itu, respons dari kubu Biden yang menilai tindakan Trump secara tegas sebagai disrupsi terhadap demokrasi dan keamanan publik menunjukkan bahwa isu tersebut sangat sensitif dan berpotensi menyulut persaingan politik yang semakin memanas. Pembahasan tentang kebebasan berpendapat dan etika dalam berpolitik pun semakin menjadi sorotan dalam konteks kontroversi ini.
Dari sisi politik, kasus ini dapat memberikan dampak strategis bagi kampanye kedua kubu. Kubu Biden, dengan menyoroti tindakan Trump yang dianggap merusak citra politik, dapat memperkuat narasi mereka sebagai pilihan yang lebih stabil dan aman bagi Amerika Serikat. Sementara kubu Trump, dengan cara ini, dapat memperoleh dukungan lebih kuat dari pendukungnya yang percaya bahwa tindakan kontroversial tersebut hanyalah upaya untuk melawan sistem yang dinilai tidak adil.