Sumber foto: iStock

Trauma di Pesawat: Pasangan Australia Harus Duduk di Samping Jenazah Selama 4 Jam

Tanggal: 28 Feb 2025 13:47 wib.
Kisah mengejutkan datang dari sepasang suami istri asal Australia, Mitchell Ring dan Jennifer Colin, yang mengalami situasi tak terduga saat melakukan perjalanan jauh dengan Qatar Airways. Mereka berdua dalam perjalanan menuju Venesia untuk berlibur, tetapi pengalaman mereka di pesawat jauh dari yang diharapkan. Dalam sebuah laporan yang diterbitkan oleh Gulf News, mereka mengungkapkan bagaimana mereka duduk di sebelah seorang penumpang yang telah meninggal dunia selama penerbangan 14 jam dari Melbourne menuju Doha.

Insiden ini terjadi ketika pesawat berada di tengah perjalanan. Menurut Mitchell, saat sedang terbang, seorang wanita penumpang mendadak mengalami kondisi yang sangat tak menguntungkan dan kemudian dinyatakan meninggal. Dalam upaya untuk menangani situasi tersebut, kru pesawat mencoba memindahkan jenazah ke kelas bisnis. Namun, mereka menghadapi kendala karena wanita tersebut memiliki ukuran tubuh yang cukup besar sehingga sulit untuk membawanya melewati lorong yang sempit.

“Tampak jelas bahwa kru pesawat merasa sedikit frustrasi dengan situasi ini. Mereka kemudian mengarahkan pandangan mereka kepada saya dan melihat kursi kosong di sebelah saya. Momen tersebut sangat tidak mengenakkan,” ungkap Mitchell dalam wawancara dengan media Channel 9 Australia.

Meskipun ada beberapa kursi kosong lainnya di pesawat, pasangan ini terpaksa duduk berdekatan dengan mayat yang sudah dibungkus selimut. Mereka menceritakan pengalaman yang menegangkan dan trauma ini dengan rasa tak percaya. Selama sekitar empat jam, Mitchell harus duduk di samping jenazah wanita tersebut, tanpa adanya kepastian tentang bagaimana penanganan akan dilakukan setelah pesawat mendarat.

Saat pesawat akhirnya mendarat, petugas ambulans dan kepolisian segera datang untuk menangani situasi yang muncul. Namun, itu juga bukanlah akhir dari ketidaknyamanan yang harus mereka alami. “Saat petugas ambulans hingga polisi tiba, mereka segera menutupi tubuh wanita itu dengan selimut. Rasanya sangat tidak menyenangkan,” ungkap Mitchell dengan nada terpukul.

Pasangan tersebut sangat menyayangkan minimnya gelagat kepedulian yang ditunjukkan oleh kru pesawat dalam menangani situasi tersebut. Mereka merasa bahwa seharusnya ada tanggung jawab dari maskapai dalam situasi ekstrem seperti ini agar penumpang tidak merasa terjebak dalam ketidaknyamanan yang berkepanjangan.

Tak hanya itu, pengalaman traumatis ini juga dapat berdampak pada mental and psikologis mereka. Dalam menghadapi insiden yang tidak biasa ini, banyak penumpang mungkin akan mengalami gangguan kecemasan yang lebih besar saat melakukan perjalanan udara di masa mendatang. Hal ini menunjukkan perlunya perhatian dan tindakan cepat dari masing-masing maskapai dalam menangani situasi tak terduga yang bisa saja terjadi kapan saja dan di mana saja.

Dalam pernyataan resminya kepada media Australia, pihak Qatar Airways menyampaikan permohonan maaf yang mendalam atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan. Kejadian seperti ini seharusnya menjadi pembelajaran bagi semua pihak, baik bagi maskapai maupun penumpang. Tidak hanya masalah keselamatan penerbangan yang harus didiratkan, tetapi juga kenyamanan semua penumpang yang ada di dalam pesawat.

Melihat dari sudut pandang lebih luas, insiden ini dapat mencerminkan bagaimana para maskapai penerbangan seharusnya mempersiapkan prosedur yang lebih baik untuk penanganan situasi darurat, termasuk kematian yang terjadi di dalam pesawat, agar dapat dikomunikasikan dengan baik kepada penumpang dan dapat meminimalisir rasa trauma bagi mereka.

Bagi banyak orang, terbang dengan pesawat adalah salah satu cara tercepat dan paling efisien untuk melakukan perjalanan antar negara. Namun, pernahkah kita berpikir mengenai apa yang terjadi ketika ada hal-hal tak terduga seperti ini dalam perjalanan kita? Pengalaman Mitchell dan Jennifer menjadi pengingat bahwa transportasi udara menyimpan risiko dan tantangan tersendiri, dan setiap maskapai harus siap untuk menangani kondisi yang mungkin tidak terduga.

Dalam hal ini, kesigapan dan ketepatan tindakan dari awak pesawat bisa sangat menentukan pengalaman penumpang saat terbang, terutama jika terjadi situasi kritis. Kejadian serupa bisa jadi memberikan tekanan yang tidak terlupakan bagi mereka yang mengalami, sehingga menjaga komunikasi dan respons yang tepat dapat membantu membuat pengalaman perjalanan menjadi lebih baik, meski dalam situasi yang tidak ideal.

Satu hal yang pasti, mantapkan persiapan Anda sebelum berangkat untuk terbang jauh. Kejadian-kejadian seperti yang dialami pasangan asal Australia ini lantas menjadikan kita lebih peka dan lebih cermat dalam memilih maskapai penerbangan untuk menghindari insiden serupa.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved