Toyota hingga Hyundai di AS Kompak Surati Donald Trump, Karna Takut Alami Kebangkrutan Bagi Banyak Perusahaan

Tanggal: 29 Apr 2025 10:28 wib.
Sejumlah pabrikan otomotif terkemuka telah mengambil langkah berani dengan menyurati Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, untuk menyampaikan keprihatinan terkait tarif tinggi yang diterapkan pada mobil dan suku cadang yang diimpor dari luar negeri. Dalam sebuah laporan yang dipublikasikan oleh Carscoops, para pelaku industri ini menggambarkan bahwa kebijakan tarif 25 persen yang akan mulai berlaku pada 3 Mei mendatang mengancam keberlangsungan pekerjaan dan bisa menyebabkan kebangkrutan bagi banyak perusahaan.

Dalam surat yang ditujukan kepada sejumlah pejabat tinggi pemerintah, termasuk Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer, Menteri Perdagangan Howard Lutnick, dan Menteri Keuangan Scott Bessent, pabrikan seperti Toyota, Hyundai, General Motors, dan Volkswagen menegaskan bahwa penerapan tarif tersebut dapat mengganggu rantai pasokan otomotif global yang sudah terjalin dengan kompleks. Mereka berpendapat bahwa hal itu akan meningkatkan biaya kendaraan, mengurangi penjualan di dealer, serta membuat biaya perawatan dan perbaikan kendaraan lebih mahal dan tidak dapat diprediksi.

Tidak hanya produsen mobil besar, surat tersebut juga didukung oleh berbagai asosiasi yang mewakili industri otomotif, seperti Aliansi Inovasi Otomotif, Dewan Kebijakan Otomotif Amerika, Asosiasi Dealer Mobil Nasional, dan MEMA, yang merupakan asosiasi pemasok kendaraan. Mereka bersama-sama menyampaikan bahwa banyak pemasok otomotif yang tidak siap menghadapi tekanan dari kebijakan tarif yang mendadak, dan beberapa di antaranya sudah berada dalam kondisi ekonomi yang sulit, berpotensi mengakibatkan penghentian produksi dan pemutusan hubungan kerja (PHK).

CEO ECOS Consulting LLC dan mantan Presiden Center for Automotive Research, Carla Bailo, menyatakan bahwa kesatuan dari para produsen mobil dan asosiasi di Amerika Serikat dalam menyuarakan keberatan mereka merupakan hal yang cukup langka. Biasanya, setiap perusahaan atau asosiasi akan mengajukan pendapat secara terpisah, tetapi ketika berkumpul jadi satu, daya tawar mereka menjadi jauh lebih besar. "Ada kekuatan dalam jumlah," ujarnya mengenai pentingnya kolaborasi dalam menghadapi tantangan ini.

Dampak dari kebijakan tarif ini sudah mulai dirasakan di pasar otomotif AS, dengan beberapa produsen yang memutuskan untuk menghentikan impor. Sementara itu, produsen lain mempertimbangkan keputusan untuk menunda kenaikan harga mobil. Di pihak yang lebih menyedihkan, Volvo mengumumkan bahwa mereka harus memberhentikan ratusan pekerja sebagai respons terhadap kebijakan tarif yang berpotensi menaikkan harga kendaraan.

Situasi ini menunjukkan betapa rumitnya dinamika industri otomotif saat ini, di mana kebijakan pemerintah dapat memiliki dampak langsung yang luas terhadap lapangan pekerjaan dan kondisi ekonomi. Keputusan-keputusan yang diambil oleh pembuat kebijakan serta reaksi dari industri otomotif diharapkan dapat membuka diskusi lebih dalam tentang bagaimana menghadapi tantangan di era globalisasi ini, di mana batasan tarif dapat membawa konsekuensi yang tak terduga bagi semua pihak yang terlibat.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved