Tinjauan Peta Strategis: Langkah Hamas dalam Negosiasi dengan Israel di Jalur Gaza
Tanggal: 21 Jul 2025 10:29 wib.
Hamas, sebagai salah satu kelompok perlawanan Palestina, dikabarkan tengah menelaah peta terbaru yang diterima dari negara-negara mediator, yang berfokus pada kendali militer Israel yang masih ada di Jalur Gaza. Langkah ini merupakan bagian dari serangkaian negosiasi terkait potensi gencatan senjata dan kemungkinan pertukaran tahanan antara kedua belah pihak.
Sumber-sumber yang dekat dengan tim negosiasi yang beroperasi di Qatar mengungkapkan bahwa peta yang diajukan ini memperlihatkan daerah-daerah di Gaza yang masih berada di bawah penguasaan Israel. Wilayah tersebut mencakup Beit Hanoun di utara, setengah bagian dari Rafah, serta kawasan Huzaa dan Abasan yang terletak di selatan Khan Younis. Selain itu, peta ini juga mencakup sebagian besar Distrik Shujaiyya yang berada di dalam Kota Gaza.
Sebuah laporan dari kantor berita Anadolu menambahkan bahwa Hamas telah memulai konsultasi internal guna menilai peta tersebut. Mereka juga dalam proses diskusi dengan berbagai faksi Palestina lainnya, menunjukkan upaya kolektif untuk mencapai kesepakatan yang lebih komprehensif dengan Israel.
Peta yang sebelumnya beredar menunjukkan bahwa Israel memiliki kontrol penuh atas banyak wilayah, termasuk Beit Hanoun, Beit Lahiya, serta keseluruhan area Rafah dan sebagian besar Khan Younis. Proposal tersebut, sayangnya, ditolak oleh Hamas karena dianggap tidak menguntungkan.
Hamas tetap bertahan pada posisi awalnya yang ditetapkan pada bulan Januari, di mana mereka menginginkan penarikan pasukan Israel antara 390 hingga 1.100 meter dari berbagai area Gaza. Dengan perkembangan yang terakhir ini, sejumlah media Israel melaporkan adanya rasa optimisme yang berhati-hati, menandakan bahwa mungkin ada kemajuan dalam perundingan yang sedang berlangsung.
Harian Israel Yediot Ahronot melaporkan bahwa terdapat “sinyal menjanjikan” yang menunjukkan bahwa kesepakatan potensial bisa dicapai dalam waktu dua minggu mendatang. Meski demikian, laporan juga menyoroti bahwa Hamas masih merasa ragu mengenai jumlah tahanan Palestina yang akan dibebaskan sebagai bentuk balasan untuk setiap satu tawanan Israel yang diserahkan.
Peran negara-negara mediator, terutama Qatar, sangat krusial dalam mendekatkan posisi kedua belah pihak yang terlibat dalam negosiasi ini. Namun, menurut penyiar publik Israel, KAN, yang mengutip sumber pemerintah yang tidak disebutkan namanya, membuka perhatian kepada fakta bahwa hingga kini, Hamas belum memberikan respon terhadap proposal terbaru tersebut.
Seorang pejabat Israel mengungkapkan, “Kami telah menunjukkan fleksibilitas dalam negosiasi, tetapi respons dari pihak Hamas masih belum datang.” Di sisi lain, seorang diplomat anonim dari negara mediator Arab mengindikasikan bahwa sebagian besar perselisihan terkait penyebaran pasukan Israel kini telah diselesaikan, dengan hanya menyisakan isu-isu minor yang perlu ditangani.
Diplomat tersebut menggambarkan suasana saat ini sebagai "optimisme yang hati-hati", dan menambahkan bahwa fokus utama dalam dua hari terakhir negosiasi di Doha adalah menentukan jumlah serta identitas para tahanan Palestina yang akan dibebaskan sebagai timbal balik untuk tawanan Israel.
Dalam konteks yang lebih luas, salah satu pertemuan penting antara Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al Thani disebut sebagai titik krusial yang mempercepat kemajuan dalam negosiasi ini. Trump dilaporkan mengungkapkan bahwa pihak Washington merasa puas dengan perkembangan yang tercapai hingga saat ini.
Usulan gencatan senjata selama 60 hari juga sedang dipertimbangkan, di mana syarat-syarat untuk penerapan gencatan senjata ini telah disetujui oleh Israel. Gencatan senjata yang dirancang oleh Qatar dan Mesir tersebut sudah disampaikan kepada Hamas untuk dinilai lebih lanjut.
Hamas merespons dengan sikap positif, menunjukkan kesiapannya untuk melanjutkan pembicaraan dan menyatakan niatnya untuk bernegosiasi terkait implementasi dari gencatan senjata tersebut. Meskipun pada awalnya pemerintah Israel menolak beberapa perubahan yang diusulkan oleh Hamas terhadap proposal Qatar, klarifikasi menyatakan bahwa delegasi Israel tetap merasa perlu untuk berkunjung ke Doha guna melanjutkan pembicaraan.
Walau negosiasi di Doha telah berhasil meraih banyak kemajuan, sejumlah kendala masih menghambat proses, seperti penolakan Israel untuk menarik pasukan dari kawasan Koridor Morag yang memisahkan Rafah dan Khan Younis, serta keberadaan tentara Israel yang terus berlanjut di area Rafah. Dengan begitu, perundingan ini masih memerlukan resolusi untuk mencapai kesepakatan yang dapat diterima oleh kedua belah pihak.