Thailand Resmi Legalize Pernikahan Sesama Jenis: Langkah Sejarah yang Mengubah Wajah Asia Tenggara
Tanggal: 26 Jan 2025 21:21 wib.
Pada September tahun lalu, Thailand membuat sejarah penting dengan mengesahkan pernikahan sesama jenis, menjadikannya negara pertama di Asia Tenggara yang mengakui hak-hak pasangan sesama jenis untuk menikah secara sah. Perubahan ini membuka lembaran baru dalam perjuangan hak asasi manusia, khususnya bagi komunitas LGBTQ+ di kawasan Asia Tenggara yang selama ini terpinggirkan dalam hal pengakuan pernikahan.
Pada Kamis, 23 Januari 2025, ribuan pasangan sesama jenis di Thailand merayakan momen bersejarah ini dengan menikah, menandai berlakunya Undang-Undang (UU) yang mengatur pernikahan sesama jenis. Dengan langkah ini, Thailand menjadi negara pionir dalam wilayahnya dalam memberikan pengakuan hukum terhadap pasangan sesama jenis.
Pisit Sirihiranchai, salah seorang pasangan yang menikah pada hari tersebut, menyatakan kebahagiaannya. “Ini hari paling bahagia dalam hidup saya. Kami akhirnya bisa sepenuhnya melakukan apa yang sudah lama ingin kami lakukan,” ujarnya dengan penuh rasa haru. Pisit telah berpacaran selama lima tahun dengan Chanathip Sirihiranchai, pasangannya, dan mereka kini telah menjadi pasangan yang sah. "Kami sekarang menjadi keluarga yang utuh," tambahnya dengan senyum bahagia.
Undang-undang yang telah disahkan pada tahun lalu ini memberikan hak-hak penuh bagi pasangan sesama jenis, mulai dari hak hukum, hak keuangan, hak medis, hingga hak untuk mengadopsi anak dan warisan. Meskipun UU tersebut disetujui sejak tahun lalu, aturan ini baru diterapkan secara resmi pada 23 Januari 2025, menandai babak baru bagi Thailand dalam hal penerimaan terhadap keberagaman orientasi seksual.
Perdana Menteri Thailand, Paetongtarn Shinawatra, turut mengungkapkan pandangannya melalui pesan rekaman yang diputar pada acara pernikahan massal di Bangkok. "Undang-undang kesetaraan pernikahan ini menandai dimulainya kesadaran masyarakat Thailand yang lebih besar akan keberagaman gender, dan penerimaan kita terhadap semua orang tanpa memandang orientasi seksual, ras, atau agama," ucapnya. Pernyataan ini menunjukkan langkah konkret Thailand dalam menegakkan prinsip-prinsip hak asasi manusia dan kesetaraan di negara tersebut.
Acara pernikahan massal yang diselenggarakan di pusat perbelanjaan Siam Paragon, Bangkok, turut meriah dengan partisipasi sekitar 200 pasangan. Acara ini diselenggarakan oleh Bangkok Pride yang bekerja sama dengan pemerintah setempat, sebagai bagian dari perayaan besar-besaran atas berlakunya UU baru tersebut. Sebuah karpet pelangi yang dihias dengan penuh warna diletakkan di sepanjang mal, menyambut para pengantin baru dari berbagai usia dan latar belakang. Tak hanya pasangan heteroseksual, beberapa pasangan sesama jenis yang terdiri dari berbagai profesi, termasuk seorang polisi yang hadir bersama pasangannya, turut merayakan momen bersejarah ini.
Selain pasangan pengantin, acara ini juga diwarnai dengan penampilan selebritas dan waria yang menunjukkan dukungan penuh terhadap kesetaraan pernikahan. Di atas panggung, dihiasi dengan hati dan bunga pelangi, tampil dengan bangga ucapan "kesetaraan pernikahan" yang ditayangkan di layar besar, menggambarkan semangat perubahan yang sedang berlangsung di Thailand.
Keputusan Thailand untuk mengesahkan pernikahan sesama jenis merupakan bukti kemajuan dalam hal hak-hak LGBTQ+ di Asia. Negara ini tidak hanya memberikan akses hukum bagi pasangan sesama jenis, tetapi juga mendorong masyarakat untuk menerima keberagaman orientasi seksual secara lebih terbuka. Penerimaan terhadap berbagai identitas gender dan orientasi seksual diharapkan bisa berkembang lebih luas lagi, menginspirasi negara-negara tetangga di Asia yang selama ini lebih konservatif dalam isu-isu semacam ini.
Thailand sudah lama dikenal sebagai negara dengan kebijakan yang lebih toleran terhadap keberagaman, tetapi langkah mengesahkan pernikahan sesama jenis menunjukkan bahwa negara ini berkomitmen untuk mendukung hak-hak sipil bagi semua warganya, tanpa kecuali. Negara-negara Asia Tenggara lainnya mungkin dapat melihat Thailand sebagai contoh dalam mewujudkan kesetaraan hak, khususnya dalam konteks pernikahan dan keluarga.
Namun, meski UU tersebut sudah disahkan, tantangan dalam penerapannya tentu masih akan ada, mengingat adanya perbedaan pandangan dan nilai yang berkembang dalam masyarakat. Beberapa kalangan mungkin masih memiliki pandangan konservatif terkait pernikahan sesama jenis. Namun, langkah yang diambil Thailand ini memberikan harapan baru bagi pasangan sesama jenis di negara-negara Asia lainnya untuk terus memperjuangkan pengakuan yang sama atas hak-hak mereka.
Dengan demikian, Thailand menjadi contoh bagi dunia, bahwa penerimaan dan kesetaraan merupakan langkah penting untuk mencapai masyarakat yang lebih inklusif dan adil. Masyarakat Thailand kini memasuki era baru yang lebih terbuka dan menghargai keberagaman, memberikan hak yang sama bagi setiap individu tanpa memandang orientasi seksual atau identitas gender mereka.
Thailand telah menunjukkan bahwa hukum dan penerimaan sosial dapat berjalan seiring dalam menciptakan dunia yang lebih adil dan inklusif bagi semua orang. Semoga, langkah ini menjadi inspirasi bagi negara-negara lainnya untuk mengikuti jejak Thailand dalam menciptakan kesetaraan hak bagi semua orang.