Sumber foto: iStock

Tekanan AS ke Vietnam: ‘Putuskan’ Hubungan dengan Teknologi China atau Kena Tarif Tinggi?

Tanggal: 19 Jun 2025 10:42 wib.
Di tengah ketegangan perdagangan global, pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali menunjukkan langkah tegasnya terhadap dominasi teknologi China. Kali ini, Vietnam menjadi pusat perhatian dalam strategi AS untuk membatasi pengaruh Negeri Tirai Bambu di sektor teknologi. Washington menuntut agar Vietnam mengurangi ketergantungannya terhadap teknologi dan komponen buatan China, terutama dalam perangkat-perangkat yang akan diekspor ke Amerika.

Menurut laporan dari tiga sumber terpercaya yang mengetahui jalannya negosiasi, tekanan ini muncul dalam diskusi terkait tarif perdagangan antara AS dan Vietnam. Di tengah meningkatnya permintaan produk teknologi, Vietnam telah menjadi salah satu basis manufaktur utama dunia, termasuk untuk perusahaan-perusahaan besar seperti Apple, Samsung, Meta, dan Google.

Namun, sebagian besar komponen yang digunakan dalam perakitan produk-produk tersebut masih berasal dari China. Hal ini menjadi kekhawatiran tersendiri bagi pemerintah AS, yang ingin mengurangi ketergantungannya terhadap teknologi China demi keamanan nasional dan stabilitas rantai pasok.

Vietnam Didesak Mandiri, Tapi Siapkah Mereka?

Sebagai respons terhadap tekanan tersebut, pemerintah Vietnam telah mengadakan pertemuan dengan pelaku industri dalam negeri untuk mencari solusi memperkuat pemakaian komponen lokal. Dalam pertemuan tersebut, para pengusaha menyatakan kesiapan untuk mengikuti arahan pemerintah, tetapi mengingatkan bahwa transisi ini memerlukan waktu dan dukungan teknologi yang tidak sedikit.

“Kalau dilakukan secara mendadak, justru bisa menghancurkan bisnis kami,” ujar salah satu pengusaha yang enggan disebutkan namanya.

Permintaan AS datang bersama ancaman serius: tarif impor setinggi 46 persen untuk produk-produk asal Vietnam. Jika diberlakukan, kebijakan ini akan memukul keras daya saing Vietnam di pasar AS karena lonjakan harga jual. Produk-produk Vietnam yang selama ini menjadi alternatif kompetitif bisa kehilangan pasar akibat beban tarif tersebut.

Tujuan AS: Jauhkan Teknologi China dari Perangkat Global

Seorang sumber menyatakan bahwa tekanan dari Washington merupakan bagian dari strategi besar untuk merestrukturisasi rantai pasokan global, menjauhkan AS dari komponen buatan China. “Ini bukan hanya tentang tarif. Ini soal masa depan industri teknologi AS,” tegasnya.

Negosiasi ini juga mencakup pemeriksaan ketat terhadap produk-produk buatan China yang masuk ke pasar AS dengan label palsu "Made in Vietnam". Washington ingin memastikan bahwa Vietnam tidak menjadi jalur ‘penyamaran’ bagi produk-produk dari China.

Salah satu titik sensitif adalah produk Virtual Reality (VR) yang dirakit di Vietnam untuk Meta dan Google. Meski fisiknya diproduksi di Vietnam, banyak komponennya tetap berasal dari China. Hal inilah yang ingin diubah oleh AS—mereka ingin semua komponen penting dalam perangkat yang masuk ke negaranya berasal dari wilayah yang "aman" secara geopolitik.

Hubungan yang Rentan di Tengah Persaingan Global

Sementara itu, Vietnam menghadapi dilema. Di satu sisi, mereka ingin memperkuat kerja sama dengan AS, mitra dagang utamanya. Namun di sisi lain, hubungan dagang dan teknologi dengan China sudah berlangsung puluhan tahun, dan sulit untuk digantikan dalam waktu singkat.

Data tahun lalu menunjukkan bahwa Vietnam mengimpor teknologi senilai 44 miliar dolar AS dari China, sementara ekspor produk teknologi ke AS mencapai 33 miliar dolar. Perbedaan ini menunjukkan betapa besarnya ketergantungan Vietnam terhadap komponen buatan China, baik untuk perakitan produk maupun operasional manufaktur secara umum.

Menurut Carlo Chiandone, seorang analis rantai pasok berbasis di Vietnam, negara ini masih tertinggal sekitar 15–20 tahun di belakang China dalam hal skala dan kecanggihan rantai pasokan. Namun, ia menambahkan bahwa Vietnam terus berbenah dan tumbuh cepat, terutama di sektor seperti tekstil dan elektronik.

“Vietnam memang sedang mengejar, tapi untuk menggantikan posisi China, mereka masih butuh waktu,” kata Carlo.

Panggung Negosiasi Masih Panas

Putaran ketiga negosiasi tarif antara Vietnam dan AS telah berlangsung di Washington pekan lalu. Meski ada kemajuan, sejumlah isu penting masih belum terselesaikan. Pertemuan tingkat tinggi antara Kepala Partai Komunis Vietnam, To Lam, dan Presiden Trump juga dijadwalkan berlangsung akhir Juni 2025. Meski belum ada tanggal pasti, pertemuan ini dipandang sebagai momen krusial dalam menentukan nasib hubungan dagang kedua negara.

Sementara itu, baik Gedung Putih maupun Kementerian Luar Negeri Vietnam belum memberikan tanggapan resmi terhadap isu-isu tersebut. Begitu pula dengan raksasa teknologi seperti Apple, Samsung, Meta, dan Google yang enggan berkomentar.

Kesimpulan: Vietnam di Persimpangan Global

Negosiasi tarif ini bukan hanya soal angka. Ini adalah tentang perebutan kendali atas masa depan teknologi dunia, dengan Vietnam sebagai medan tempur tak langsung antara dua kekuatan besar: AS dan China.

Di tengah pusaran tekanan, Vietnam harus mengambil keputusan besar: mengambil risiko besar demi masa depan yang lebih mandiri, atau tetap bergantung pada sistem yang sudah mapan meski berisiko kehilangan pasar utama.

Apa pun hasil akhirnya, tekanan dari AS menunjukkan bahwa perubahan besar dalam rantai pasokan global sedang terjadi—dan negara-negara seperti Vietnam berada di tengah panggung permainan geopolitik yang kompleks.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved