Sumber foto: iStock

Tarif Ganda & Drama Chip China: Apa Sebenarnya Strategi Trump di Balik Perang Dagang Ini?

Tanggal: 15 Apr 2025 14:50 wib.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali mengguncang pasar global dengan rencana pemberlakuan tarif baru terhadap chip impor dari China, sebuah langkah yang dinilai berisiko menambah panas ketegangan dagang antara dua raksasa ekonomi dunia. Namun, di balik pengumuman tersebut, tersembunyi berbagai kebijakan yang berubah-ubah, memunculkan pertanyaan besar: apakah ini strategi atau justru kekacauan?

Rencana Trump: Tarif Baru, Tapi Fleksibel?

Trump menyatakan akan mengumumkan tarif khusus untuk produk semikonduktor asal China dalam waktu dekat, tetapi memberikan sinyal adanya fleksibilitas bagi beberapa perusahaan. Artinya, tidak semua entitas yang bergerak di sektor chip akan terkena tarif secara langsung.

Pernyataan ini datang bersamaan dengan keputusan mengecualikan smartphone dan komputer dari tarif resiprokal sebesar 145% yang sebelumnya dikenakan China. Namun, bukan berarti produk-produk tersebut sepenuhnya bebas dari beban tarif. Pemerintah AS masih menyusun skema tarif tersendiri untuk jenis barang elektronik seperti HP dan komputer.


“Kami ingin membuat aturan yang sederhana bagi banyak perusahaan, karena kami ingin membuat chip, semikonduktor, dan produk lainnya di dalam negeri,” ujar Trump, dikutip dari Reuters (14/4/2025).


Sayangnya, ketika ditanya lebih lanjut apakah perangkat seperti smartphone dan laptop akan benar-benar dikecualikan, Trump enggan memberikan jawaban pasti. “Kita harus menunjukkan fleksibilitas. Tidak boleh kaku,” ujarnya singkat.

Penyelidikan Keamanan Nasional: Fokus ke Semikonduktor

Melalui akun media sosialnya, Trump mengumumkan bahwa pemerintah AS sedang melakukan investigasi terhadap sektor semikonduktor dan seluruh rantai pasok elektronik dalam kerangka penyelidikan keamanan nasional. Ini merupakan langkah lanjutan untuk memperkuat kebijakan proteksionis yang semakin agresif diterapkan selama masa kepemimpinannya.

Sektor teknologi, khususnya semikonduktor, memang menjadi tulang punggung industri modern. Amerika Serikat, yang selama ini sangat bergantung pada komponen dari luar negeri—terutama China—berupaya keras mendorong produksi dalam negeri (reshoring) untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor.

Tarif HP dan Komputer Masih “Menggantung”

Pada Jumat lalu, Gedung Putih sempat memberikan angin segar kepada industri dengan mengumumkan pengecualian tarif resiprokal untuk smartphone dan komputer asal China. Namun, menurut Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick, itu tidak berarti produk-produk tersebut akan bebas dari tarif sepenuhnya.


“Produk-produk itu tetap akan termasuk dalam tarif semikonduktor, yang akan difinalisasi dalam satu atau dua bulan ke depan,” ungkap Lutnick.


Dengan demikian, meskipun tidak terkena tarif resiprokal sebesar 145%, perangkat seperti iPhone dan laptop akan tetap dikenakan tarif dalam bentuk lain—membuat kebijakan ini tampak membingungkan dan berubah-ubah.

China Membalas, Pasar Global Waswas

Menanggapi ancaman tarif dari AS, China memberlakukan tarif balasan sebesar 125% atas sejumlah barang impor asal Amerika Serikat. Langkah ini menjadi sinyal jelas bahwa perang dagang belum akan mereda dalam waktu dekat.

Di tengah memanasnya situasi, sejumlah ekonom dan tokoh penting menyuarakan kritik tajam terhadap pendekatan Trump. Senator dari Partai Demokrat, Elizabeth Warren, menyebut kebijakan tarif ini tak lebih dari kekacauan yang sarat dengan kepentingan tertentu.


“Tak ada kebijakan tarif, yang ada hanya chaos dan korupsi,” tegas Warren.


Sementara itu, Ray Dalio, pendiri hedge fund terbesar di dunia, juga mengungkapkan kekhawatiran serius atas dampak jangka panjang tarif ini terhadap ekonomi global. Dalam wawancara dengan NBC, Dalio menyatakan bahwa AS saat ini berada di ambang resesi, dan langkah-langkah Trump bisa mempercepat terjadinya krisis.


“Saat ini kita berada pada titik pengambilan keputusan yang sangat penting, dan sangat dekat dengan resesi,” ujarnya.


Strategi atau Taktik Sesaat?

Dengan pengumuman yang tampak kontradiktif dan sering berubah, banyak pengamat bertanya-tanya: Apakah strategi Trump dalam perang dagang ini benar-benar terencana, atau hanya langkah spontan untuk kepentingan politik sesaat?

Di satu sisi, upaya membangkitkan industri dalam negeri dan mengurangi ketergantungan terhadap China adalah langkah strategis. Namun, kebijakan tarif yang tidak konsisten dan berpotensi menaikkan harga barang teknologi justru bisa merugikan konsumen Amerika sendiri, serta menghambat pertumbuhan ekonomi.

Akibat Terhadap Industri dan Konsumen

Jika benar produk teknologi asal China seperti smartphone dan komputer tetap dikenakan tarif baru, harga barang elektronik di AS bisa melonjak tajam. Hal ini tentunya akan membebani konsumen dan pelaku industri yang selama ini mengandalkan rantai pasokan dari luar negeri.

Selain itu, ketidakpastian kebijakan ini juga membuat pasar saham berfluktuasi, menghambat investasi jangka panjang, dan menciptakan tekanan terhadap nilai tukar.

Penutup: Saatnya Bersikap Jernih

Ketegangan dagang antara AS dan China bukan lagi sekadar permainan angka dan tarif. Ini adalah persoalan yang menyangkut keamanan nasional, posisi geopolitik, dan masa depan industri global. Namun demikian, setiap kebijakan perlu disusun secara transparan, konsisten, dan mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap seluruh elemen masyarakat.

Tanpa kejelasan arah dan kepastian kebijakan, perang dagang ini justru berisiko menciptakan krisis ekonomi baru yang bisa mengguncang dunia.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved