Tarif 145% Dibatalkan! Apa yang Sebenarnya Terjadi di Balik Langkah Tak Terduga Trump terhadap Produk Teknologi China?
Tanggal: 13 Apr 2025 14:06 wib.
Di tengah ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat dan China yang semakin memanas, pemerintahan Presiden Donald Trump akhirnya mengambil langkah tak terduga: mengecualikan sejumlah produk elektronik dari tarif tinggi yang sebelumnya diumumkan. Keputusan ini diumumkan secara resmi oleh U.S. Customs and Border Protection (CBP) pada Jumat malam (11 April 2025), memberikan kejelasan dan kelegaan bagi banyak pelaku industri teknologi yang selama ini merasa terancam oleh kebijakan tarif tersebut.
Sebanyak 20 kategori produk elektronik — termasuk smartphone, komputer, dan berbagai komponen teknologi penting — kini secara resmi dikecualikan dari tarif balasan sebesar 145% yang sebelumnya dirancang sebagai bentuk tekanan terhadap produk impor dari China. Tak hanya itu, produk-produk ini juga tidak akan dikenakan tarif dasar sebesar 10% yang berlaku untuk negara lain. Namun, China tetap menjadi satu-satunya negara yang dikenai tarif tambahan sebesar 20% secara menyeluruh atas seluruh barang impornya.
Kebijakan ini menjadi angin segar bagi perusahaan teknologi besar seperti Apple, yang diketahui memproduksi sebagian besar perangkatnya di China. Menurut laporan dari analis Evercore ISI, sekitar 80% unit iPad dan lebih dari 50% komputer Mac berasal dari pabrik di China. Tanpa adanya pengecualian ini, harga produk Apple seperti iPhone diprediksi bisa meroket hingga mencapai angka USD 3.500 di pasar konsumen Amerika.
Wakil Sekretaris Pers Gedung Putih, Kush Desai, menyatakan bahwa kebijakan ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang Presiden Trump untuk mengurangi ketergantungan pada China dalam rantai pasokan teknologi penting. Dalam pernyataannya yang dirilis Sabtu (12 April 2025), Desai menyebutkan bahwa presiden ingin memaksa perusahaan-perusahaan teknologi untuk memindahkan basis produksinya kembali ke dalam negeri, khususnya untuk produk krusial seperti semikonduktor, chip, smartphone, dan laptop.
Langkah Trump untuk memberlakukan tarif tinggi hingga 145% sebelumnya telah menimbulkan kekhawatiran besar, tidak hanya di kalangan pelaku industri tetapi juga di pasar finansial. Kebijakan ini dipandang sebagai ancaman serius terhadap stabilitas rantai pasok global, khususnya dalam sektor teknologi. Reaksi cepat datang dari berbagai pihak, termasuk para eksekutif perusahaan teknologi besar dan para analis keuangan, yang menyuarakan kekhawatiran mendalam mengenai dampak jangka panjang tarif tersebut terhadap harga konsumen dan daya saing industri teknologi Amerika.
Akibat kebijakan awal tersebut, nilai kapitalisasi pasar Apple tercatat anjlok lebih dari USD 640 miliar. Saham-saham teknologi besar ikut tertekan, sementara indeks pasar seperti S&P 500 mengalami penurunan lebih dari 5% hanya dalam beberapa hari setelah pengumuman. Tidak hanya itu, lonjakan imbal hasil obligasi Treasury 10 tahun sebesar 50 basis poin dalam seminggu menjadi salah satu yang terbesar dalam sejarah baru-baru ini — mengindikasikan tingginya volatilitas pasar dan kekhawatiran mendalam para investor terhadap arah kebijakan perdagangan AS ke depan.
Menanggapi situasi tersebut, Gedung Putih akhirnya memutuskan untuk menyesuaikan kebijakannya. Selain pengecualian terhadap produk teknologi, pemerintah juga dikabarkan tengah mempertimbangkan penangguhan sementara tarif untuk sebagian besar negara selama 90 hari, sembari tetap mempertahankan tarif tinggi terhadap China. Langkah ini dipandang sebagai bentuk kompromi, yang bertujuan menenangkan pasar sekaligus menjaga tekanan politik terhadap Beijing.
Dan Ives, Kepala Riset Teknologi Global di Wedbush Securities, menggambarkan keputusan pengecualian tarif ini sebagai “game changer”. Menurutnya, ini merupakan skenario terbaik yang bisa diharapkan oleh investor di sektor teknologi. Ives bahkan menyebut bahwa sebelumnya, tarif tinggi tersebut ibarat "awan hitam" yang menggantung di atas industri teknologi, dan bila diterapkan sepenuhnya, bisa menjadi bencana besar yang memukul keras perusahaan-perusahaan teknologi raksasa.
Ia juga menambahkan bahwa para CEO dari perusahaan besar telah menyampaikan kekhawatiran mereka secara langsung kepada pemerintah, dan akhirnya, suara mereka didengar. "Jika tarif itu diterapkan tanpa kompromi, maka kita akan melihat kehancuran besar-besaran di sektor teknologi," tegas Ives.
Sementara itu, CBP juga menyampaikan bahwa pengecualian tarif ini berlaku secara retroaktif untuk produk-produk yang telah dikirim dari gudang sejak 5 April 2025. Hal ini memberikan kejelasan hukum dan kelegaan finansial bagi para importir di Amerika, yang sebelumnya khawatir harus menanggung beban tarif tinggi setelah barang mereka tiba di pelabuhan dan diproses oleh pihak bea cukai.
Kebijakan baru ini membawa harapan bahwa pemerintahan Trump akan tetap mempertimbangkan dampak nyata di lapangan sebelum menerapkan langkah-langkah ekonomi besar yang bisa memicu instabilitas. Meski begitu, sorotan tetap tajam tertuju pada langkah selanjutnya yang akan diambil Gedung Putih, apakah pengecualian ini akan menjadi permanen, atau hanya menjadi jeda taktis di tengah strategi negosiasi dagang yang lebih luas terhadap China.
Dengan ketegangan perdagangan yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda, keputusan ini hanya menjadi satu bab dari drama panjang antara dua raksasa ekonomi dunia. Namun satu hal jelas — teknologi adalah medan pertempuran utama, dan nasibnya kini sedang dipertaruhkan.