Tantangan Pengelola Masjid di Amerika Serikat: Mengatasi Perlawanan Lingkungan
Tanggal: 11 Apr 2024 19:54 wib.
Survei terbaru menunjukkan bahwa jumlah masjid di Amerika Serikat (AS) terus bertambah, meskipun terdapat perlawanan dari lingkungan sekitar atau dewan kota ketika pihak pengelola berupaya mendapatkan izin untuk membangun atau memperluas area masjid. Meskipun demikian, pengelola masjid tanpa kenal lelah melakukan beragam langkah untuk dapat diterima oleh masyarakat sekitar.
Menurut laporan VOA Indonesia pada Kamis (11/4/2024), hasil survei Institute for Social Policy and Understanding (ISPU) di Dearborn, Michigan, mengungkapkan bahwa jumlah masjid di AS meningkat menjadi 2.769 masjid pada tahun 2023, dari sebelumnya hanya 2.106 masjid pada tahun 2010.
Meskipun pertumbuhan jumlah masjid cukup signifikan, survei ini juga mencatat bahwa 35 persen masjid di AS menghadapi perlawanan yang cukup besar dari lingkungan sekitar atau dewan kota ketika akan mendapatkan izin untuk membangun atau memperluas area masjid. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan periode 1980 hingga 2009 yang hanya mencapai 25 persen.
Perlawanan dari lingkungan sekitar atau dewan kota ini menjadi salah satu tantangan utama bagi pengelola masjid di AS. Dalam menghadapi perlawanan tersebut, pengelola masjid perlu mengambil langkah-langkah konkret agar dapat tetap berkembang dan diterima oleh masyarakat sekitar.
Pengelola masjid melakukan berbagai upaya agar tetap dapat menjalankan perannya sebagai pusat ibadah serta pusat kegiatan keagamaan dan sosial. Salah satu langkah yang diambil adalah dengan terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial yang melibatkan warga sekitar. Misalnya, melakukan kerjasama dengan masyarakat untuk menyelenggarakan kegiatan amal, kebersihan lingkungan, atau menyediakan bantuan bagi warga yang membutuhkan.
Tak hanya itu, pengelola masjid juga terus melakukan pendekatan komunikasi yang baik dengan pihak lingkungan sekitar maupun dewan kota. Hal ini dilakukan agar dapat menjalin hubungan yang harmonis dan saling mendukung antara masjid dan komunitas sekitar. Selain itu, pengelola juga gencar memberikan sosialisasi dan edukasi tentang Islam dan aktivitas masjid kepada masyarakat sekitar, agar tercipta pemahaman yang lebih baik.
Di samping itu, keterlibatan masjid dalam kegiatan-kegiatan sosial dan juga pendidikan bagi masyarakat sekitar menjadi satu langkah strategis dalam memperoleh dukungan dan penerimaan dari lingkungan sekitar. Dengan melibatkan masyarakat dalam kegiatan tersebut, diharapkan dapat membuka ruang dialog yang positif antara masjid dan warga sekitar.
Selain itu, penting bagi pengelola masjid untuk terus menggalang dukungan dari masyarakat luas, termasuk non-muslim, dengan cara merangkul keragaman keagamaan dan budaya. Dengan demikian, masjid dapat menjadi tempat yang tidak hanya dipandang sebagai pusat ibadah bagi umat Islam, tetapi juga sebagai tempat dialog antarumat beragama dan pusat kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
Meningkatnya jumlah masjid di AS yang berdiri di komunitas non-Muslim juga menunjukkan pentingnya peran masjid dalam membangun toleransi dan kerukunan antarumat beragama. Masjid yang mampu mengakomodir kebutuhan serta berperan sebagai bagian dari masyarakat pluralis dapat menjadi model inspiratif dalam membangun harmoni sosial.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa meskipun pengelola masjid di AS menghadapi berbagai tantangan, termasuk perlawanan dari lingkungan sekitar atau dewan kota, mereka terus berupaya untuk dapat diterima dan diintegrasikan dalam komunitas sekitar. Langkah-langkah konkret yang diambil, seperti terlibat dalam kegiatan sosial dan pendidikan, serta menjalin komunikasi yang baik dengan pihak lingkungan, menjadi kunci utama dalam mengatasi perlawanan tersebut.
Pentingnya peran masjid dalam memperkuat kerukunan antarumat beragama juga menjadi fokus utama bagi pengelola masjid, sehingga masjid bukan hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga menjadi pusat aktivitas yang mampu menyatukan dan memperkaya kehidupan bersama dalam masyarakat pluralis.