Tak Ingin Jadi Medan Perang Iran dan Israel, Yordania Siap Cegat Rudal yang Melintas
Tanggal: 13 Agu 2024 07:05 wib.
Yordania telah menegaskan bahwa mereka tidak ingin terlibat dalam konflik antara Iran dan Israel. Menteri Luar Negeri Yordania, Ayman Safadi, menegaskan bahwa negaranya tidak akan membiarkan wilayah udaranya dilanggar oleh pihak manapun yang dapat membahayakan keselamatan warga. Kedekatan geografis Yordania dengan Iran dan Israel membuat negara tersebut ingin menjaga netralitasnya dalam konflik regional yang semakin memanas.
Pernyataan ini disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi pada Sabtu, 10 Agustus 2024. Yordania ingin bersiap menghadapi kemungkinan gelombang serangan baru yang dapat terjadi akibat ketegangan antara Iran dan Israel. Disinyalir bahwa pembunuhan seorang anggota senior kelompok militan Hamas dan Hizbullah minggu sebelumnya telah memicu reaksi yang mengkhawatirkan.
"Kami tidak akan menjadi medan perang bagi Iran atau Israel. Kami memberi tahu Iran dan Israel bahwa kami tidak akan membiarkan siapa pun melanggar wilayah udara kami dan membahayakan keselamatan warga negara kami," kata Menteri Luar Negeri Yordania dalam sebuah wawancara dengan TV Al Arabiya, yang dikutip dari Reuters pada Minggu, 11 Agustus 2024.
Lebih lanjut, Safadi juga menegaskan bahwa Yordania siap untuk mengambil tindakan dalam menjaga wilayah udaranya. "Kami akan mencegat apa pun yang melewati wilayah udara kami atau menganggapnya sebagai ancaman bagi kami atau warga negara kami," ungkapnya.
Pada bulan April, Yordania telah berhasil mencegat benda terbang yang memasuki wilayah udaranya ketika Iran meluncurkan pesawat nirawak peledak dan menembakkan rudal ke Israel, yang merupakan serangan balasan langsung pertama dari jenisnya. Tindakan ini menegaskan bahwa Yordania tidak akan mengizinkan dirinya disusupi oleh konflik antara negara tetangganya.
Terkait dengan hal ini, Yordania juga menerima peringatan dini dari Iran setelah serangan tersebut terjadi. Irak dan Turki juga mendapat peringatan serupa dari Iran. Perlombaan persenjataan dan eskalasi konflik regional antara Iran dan Israel menjadi ancaman serius bagi stabilitas di kawasan tersebut.
Iran telah bersikeras untuk "menghukum" Israel sejak pembunuhan Ismail Haniyeh, pemimpin politik kelompok Islam Palestina yang didukung oleh Iran, Hamas, di Teheran pada 31 Juli. Iran dan Hamas menyalahkan Israel atas pembunuhan tersebut.
Israel sendiri belum memberikan klarifikasi apakah mereka bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut. Kekhawatiran pun muncul bahwa perang antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza dapat memicu konflik yang lebih luas di Timur Tengah.
Sementara itu, konflik semakin memanas dengan terbunuhnya komandan militer tertinggi kelompok bersenjata Lebanon, Hizbullah, Fuad Shukr, dalam serangan Israel di pinggiran selatan Beirut beberapa jam sebelum pembunuhan Ismail Haniyeh. Hal ini semakin meningkatkan ketegangan di kawasan tersebut dan memicu kekhawatiran akan eskalasi konflik yang lebih luas dan lebih berbahaya.
Yordania sebagai negara yang terletak di antara Iran dan Israel benar-benar harus memperhatikan stabilitas dan keamanan wilayahnya. Negara ini telah berulang kali menegaskan netralitasnya, serta kesiapannya untuk melindungi wilayahnya dari ancaman konflik yang bisa mengancam kedamaian dan keamanan warganya. Upaya diplomasi dan keamanan menjadi kunci dalam menjaga keseimbangan di kawasan yang semakin rawan akan konflik. Yordania harus mampu menjaga ketahanan nasionalnya tanpa terjebak dalam dinamika konflik yang dapat merugikan negara dan rakyatnya.