Tabrakan Burung dan Pesawat: Ancaman Tersembunyi di Dunia Penerbangan
Tanggal: 3 Jan 2025 15:08 wib.
Tampang.com | Dunia penerbangan dikejutkan oleh kecelakaan tragis yang melibatkan pesawat Jeju Air di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan, pada Minggu (29/12/2024). Insiden ini menewaskan 179 dari 181 penumpang dan awak di dalamnya.
Penyebab awal yang diduga adalah tabrakan dengan burung (bird strike) yang mengakibatkan kegagalan pada roda pendaratan pesawat. Menurut laporan, enam menit sebelum kecelakaan, menara kontrol bandara mengeluarkan peringatan mengenai potensi tabrakan dengan burung.
Satu menit kemudian, pilot mengumumkan keadaan darurat (mayday) dan berupaya mendaratkan pesawat. Sayangnya, pesawat mendarat tanpa roda pendaratan yang berfungsi, keluar dari landasan pacu, dan menabrak dinding pembatas, menyebabkan ledakan dan kebakaran hebat.
Burung adalah “pemicu dari rangkaian peristiwa tragis ini,” apa yang terjadi selanjutnya masih belum jelas, kata Jeff Guzzetti, mantan kepala investigasi kecelakaan untuk Administrasi Penerbangan Federal AS, dilaporkan Bloomberg News.
Di industri penerbangan, tabrakan antara pesawat dan burung atau bird strike, merupakan salah satu ancaman signifikan, meskipun terdengar sepele. Faktor-faktor seperti lokasi bandara, migrasi burung, dan habitat burung di sekitar bandara berkontribusi pada risiko tersebut.
Tabrakan dengan pesawat dapat berdampak serius, mulai dari kerusakan struktural hingga hilangnya daya mesin. Penelitian yang dilakukan oleh National Geographic menunjukkan bahwa burung tertarik dengan habitat di sekitar bandara, seperti lapangan terbuka, lahan basah, dan badan air yang berfungsi sebagai tempat mencari makan dan bersarang.
Musim migrasi burung juga meningkatkan risiko tabrakan dengan pesawat karena jalur penerbangan burung dapat bersinggungan dengan rute lalu lintas pesawat.
Analisis dari konsultan penerbangan, Gerry Soejatman, menunjukkan bahwa bird strike seharusnya tidak sampai berujung kepada kecelakaan fatal. Menurutnya, ada langkah-langkah yang harus dilakukan kru pesawat dalam merespons efek bird strike, seperti mendiagnosa efek burung pada mesin dan mengevaluasi kelayakan mesin untuk terus beroperasi dengan aman. Meskipun demikian, tabrakan dengan pesawat memang dapat meningkatkan risiko bagi keselamatan penerbangan.
Selain kerusakan struktural, hilangnya daya mesin, dan risiko kemungkinan cedera pada pilot, tabrakan dengan pesawat juga dapat mempengaruhi sistem instrumen dan roda pendaratan pesawat.
Hal ini menciptakan risiko selama fase kritis penerbangan, seperti lepas landas dan mendarat. Bahkan, beberapa indikator statistik menyatakan bahwa kecelakaan pesawat akibat bird strike memiliki dampak yang buruk bagi industri penerbangan, terutama jika insiden-insiden tersebut terjadi dalam rentang waktu yang singkat.
Dalam konteks ini, penting bagi kru maskapai penerbangan untuk dilatih dengan lebih baik dalam merespons situasi yang tidak biasa.
Terkait dengan kecelakaan pesawat Jeju Air, insiden ini menjadi yang pertama bagi maskapai tersebut dan tercatat sebagai kecelakaan penerbangan sipil paling mematikan dalam sejarah Korea Selatan.
Dengan demikian, penting bagi industri penerbangan untuk memperhatikan upaya pencegahan dan respons terhadap ancaman seperti bird strike agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan.