Suplai Amerika Serikat Lebih dari 10 Ribu Bom ke Israel Sejak Oktober 2023
Tanggal: 11 Jul 2024 10:10 wib.
Amerika Serikat telah mengirimkan amunisi dalam volume yang signifikan ke Israel sejak pemerintahan Netanyahu menggempur warga Palestina sebagai tanggapan atas serangan Hamas pada bulan Oktober 2023. Dilaporkan oleh Reuters pada Sabtu (29/6), pengiriman amunisi tersebut mencakup lebih dari 10.000 bom dengan berat mencapai 2.000 pon atau sekitar 907,1 kilogram. Bom-bom tersebut memiliki kemampuan untuk menembus beton dan logam tebal, serta menciptakan radius ledakan yang luas.
Dalam rentang waktu sejak pergempuran memanas pada Oktober 2023 hingga beberapa hari belakangan, Amerika Serikat telah mengirimkan sedikitnya 14.000 bom MK-84 dengan berat 907,1 kg, 6.500 bom dengan berat 226,7 kg, 3.000 rudal Hellfire, serta 1.000 bunker penghancur bom. Selain itu, terdapat pula 2.600 bom berdiameter kecil yang dijatuhkan dari udara, beserta beragam jenis amunisi lainnya, menurut pengakuan para pejabat yang memilih untuk merahasiakan identitas mereka.
Meskipun rincian waktu pengiriman tidak diungkapkan, total jumlah amunisi yang terkirim menunjukkan bahwa tidak ada penurunan yang signifikan dalam dukungan militer Amerika Serikat terhadap sekutunya, Israel. Hal ini terjadi meskipun terdapat seruan internasional kepada pemerintahan Joe Biden untuk membatasi pasokan senjata, dan keputusan pemerintah baru-baru ini untuk menghentikan pengiriman senjata, termasuk bom.
Para ahli menyatakan bahwa isi kiriman tersebut tampak konsisten dengan kebutuhan Israel untuk mengisi kembali persediaan yang digunakan dalam kampanye militer intensif selama delapan bulan di Gaza. Menurut Tom Karako, seorang ahli senjata di Pusat Studi Strategis dan Internasional, "Meskipun angka-angka ini dapat dikeluarkan dengan relatif cepat dalam sebuah konflik besar, daftar ini jelas mencerminkan tingkat dukungan yang besar dari Amerika Serikat untuk sekutu Israel." Ia juga menambahkan bahwa amunisi yang terdaftar adalah jenis yang dapat digunakan oleh Israel dalam perjuangan melawan Hamas ataupun dalam situasi konflik potensial dengan Hizbullah.
Jumlah besar pengiriman tersebut membuka wawasan baru terkait ekstensifnya bantuan amunisi yang telah dikirim ke Israel sejak dimulainya perang Gaza. Meskipun Gedung Putih menolak untuk memberikan komentar mengenai hal ini, Kedutaan Besar Israel di Washington tidak memberikan tanggapan yang jelas terkait permintaan komentar.
Diketahui bahwa pengiriman-pengiriman ini merupakan bagian dari daftar senjata yang lebih besar yang telah dikirim ke Israel sejak dimulainya konflik di Gaza. Seorang pejabat senior pemerintahan Biden pada Rabu (26/6) menyatakan bahwa sejak 7 Oktober 2023, Amerika Serikat telah mengirimkan senjata senilai US$6,5 miliar ke Israel.
Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Israel, dalam beberapa pekan terakhir telah mengklaim bahwa Washington telah menahan pengiriman senjata. Namun, pernyataan tersebut terus-menerus dibantah oleh pejabat-pejabat Amerika Serikat, meskipun mereka mengakui adanya "kemacetan". Pemerintahan Biden bahkan telah menghentikan pengiriman satu jenis bom dengan alasan kekhawatiran atas dampaknya terhadap daerah padat penduduk di Gaza, namun para pejabat AS tetap menegaskan bahwa pengiriman senjata lainnya tetap berjalan sesuai rencana.
Dari semua fakta yang hadir, dapat dilihat bahwa Amerika Serikat telah memberikan dukungan yang besar terhadap Israel dalam hal persediaan amunisi, yang semakin menegaskan hubungan kemitraan yang kuat di antara kedua negara tersebut, namun juga menuai kritik dan kecaman internasional terkait dengan peran mereka dalam konflik di kawasan tersebut. Langkah-langkah apa yang akan diambil oleh pemerintah Amerika Serikat selanjutnya terkait dengan pasokan senjata ke Israel menjadi perhatian penting bagi dunia internasional. Keterbukaan dan transparansi dalam setiap pengiriman senjata perlu menjadi perhatian utama agar dampaknya dapat dinilai dan dipahami secara menyeluruh.