Sumber foto: google

Suara Dukungan untuk Palestina di Kampus Columbia University

Tanggal: 3 Mei 2024 13:06 wib.
Columbia University dapat menjadi teladan bagi kampus lain untuk menyuarakan dukungan mereka terhadap Palestina di tengah agresi Israel di Gaza. Aksi tersebut terjadi pada pertengahan April, di mana para demonstran mendirikan tenda di kawasan kampus dan menuntut agar kampus memutus hubungan dengan lembaga-lembaga di Israel serta mendesak gencatan senjata.

Selain itu, para demonstran juga berupaya untuk menduduki Hamilton Hall, sebuah gedung yang memiliki nilai historis dalam pergerakan di kampus tersebut. Banyak pihak menilai aksi ini mirip dengan Sejarah Protes 1968.

Mark Naison, seorang profesor dari Universitas Fordham, mengatakan, "Ketika Anda ke Columbia, Anda tahu bahwa Anda pergi ke institusi yang mendapat tempat terhormat dalam sejarah protes Amerika." Dia juga menambahkan, "Kapan pun ada pergerakan, Anda tahu Columbia pasti hadir."

Namun, suasana dukungan terhadap Palestina memanas setelah polisi menangkap pengunjuk rasa di Universitas Columbia. Kejadian ini memicu aksi serupa di banyak kampus lain.

Sejarah protes di Universitas Columbia tidaklah baru. Pada April 1968, Universitas Columbia menjadi sorotan karena terjadi kerusuhan dalam demonstrasi. Ketika itu, para demonstran protes terhadap keterlibatan Amerika Serikat dalam perang Vietnam serta rencana kampus untuk membangun pusat kebugaran di dekat Morningside Height. Para mahasiswa merasa bahwa kampus mencuri lahan dan sumber daya dari kawasan West Harlem. Aksi ini dikenal sebagai "Gym Crow" dan menjadi bagian dari perjuangan kampus yang bersejarah.

Sebagai tanggapan atas kekecewaan mereka, para mahasiswa mengambil alih gedung-gedung kampus termasuk Hamilton Hall. Mereka juga membentuk barikade dan menawan penjabat dekan Henry S. Coleman di Hamilton Hall selama satu malam.

Kampus meminta bantuan polisi dan sekitar 1.000 personel pun dikerahkan, yang kemudian memicu bentrokan. Salah satu demonstran, Juan Gonzales, mengatakan, "Kami bertempur sengit dengan polisi. Ini jauh lebih kejam dari apa yang kita lihat sejauh ini dalam demonstrasi-demonstrasi sekarang."

Menurut laporan pers kampus, Columbia Spectator, hampir 700 orang ditangkap dan 100 lainnya mengalami luka-luka. Beberapa di antaranya mengalami luka parah di kepala. Media kampus itu menggambarkan tindakan polisi sebagai "unjuk kekuatan yang brutal dan berdarah."

Akibat dari insiden tersebut, kampus menghentikan pembangunan pusat olahraga di Morningside dan memutus hubungan dengan lembaga pikiran yang terkait dengan Pentagon.

Tidak hanya itu, demo terus bergema di masa-masa berikutnya. Pada 1985, mahasiswa lagi-lagi menduduki gedung kampus untuk memprotes agar sekolah melakukan divestasi dengan perusahaan yang berbisnis di Afrika Selatan sebagai bentuk penolakan terhadap aksi apartheid.

Tujuh tahun kemudian, para mahasiswa kembali merebut Hamilton Hall untuk menentang rencana kampus mengubah ballroom, tempat Malcolm X tewas, menjadi pusat penelitian biomedis.

Malcolm X merupakan aktivis kulit hitam yang memperjuangkan hak sipil dan kelompok minoritas. Aksi ini menunjukkan bahwa sejarah protes di Universitas Columbia telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan kampus itu. 

Universitas Columbia menjadi pusat perhatian dalam demonstrasi dukungan untuk Palestina di tengah agresi Israel terhadap Gaza. Demonstran menuntut gencatan senjata dan memutus hubungan dengan lembaga di Israel. Aksi ini beriringan dengan sejarah protes yang keras di kampus ini, yang mencakup demonstrasi pada tahun 1968 terkait perang Vietnam dan penentangan terhadap pembangunan gedung di kawasan Morningside Height.

Sebagai bagian dari sejarahnya dalam pergerakan, Universitas Columbia telah menjadi tempat berbagai tindakan protes. Pada 1968, mahasiswa menduduki bangunan kampus dan terlibat dalam bentrokan dengan polisi. Insiden ini juga memicu penangkapan hampir 700 orang dan melukai puluhan lainnya. Sebagai hasil dari protes tersebut, kampus menghentikan proyek pembangunan fasilitas olahraga dan memutus hubungan dengan Lembaga think tank yang berhubungan dengan Pentagon.

Jejak protes tidak berhenti di sana. Pada tahun 1985, mahasiswa kembali melakukan aksi protes untuk menuntut divestasi dengan perusahaan yang beroperasi di Afrika Selatan. Dan tujuh tahun kemudian, mereka kembali menduduki Hamilton Hall untuk menentang rencana perubahan fungsi ballroom, tempat Malcolm X tewas, menjadi pusat penelitian biomedis.

Sejarah protes ini menunjukkan bahwa Universitas Columbia telah menjadi tempat yang penting dan bersejarah dalam pergerakan-protes di Amerika.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved