Starbase: Kota Rahasia Elon Musk yang Bikin Geger Texas—Inovasi Luar Angkasa atau Ambisi Pribadi?
Tanggal: 7 Mei 2025 20:47 wib.
Tampang.com | Starbase, wilayah yang dulunya hanya dikenal sebagai lokasi markas besar SpaceX, kini telah berubah status menjadi sebuah kota mandiri. Keputusan kontroversial ini disahkan lewat pemungutan suara pada Sabtu (3 Mei 2025) dan menandai langkah baru dalam ekspansi ambisius Elon Musk di sektor teknologi luar angkasa. Lokasi Starbase sendiri berada di ujung selatan negara bagian Texas, Amerika Serikat, dekat dengan perbatasan Meksiko.
Proses legal pembentukan kota ini melibatkan 283 pemilih yang memenuhi syarat, mayoritas merupakan karyawan SpaceX yang tinggal di kawasan tersebut. Hasil pemungutan suara menunjukkan bahwa 212 orang menyatakan setuju terhadap pendirian kota Starbase, sementara hanya enam orang yang menolak. Angka ini menunjukkan dominasi penuh pihak pendukung, khususnya dari dalam lingkup perusahaan Musk sendiri.
Dengan luas wilayah sekitar 3,9 kilometer persegi, Starbase resmi menjadi kota kecil yang sarat dengan visi futuristik. Kota ini diproyeksikan menjadi pusat peluncuran roket utama bagi misi luar angkasa SpaceX, termasuk rencana mengirim manusia kembali ke Bulan, bahkan melangkah lebih jauh ke Mars. Ini menjadi bukti bahwa Elon Musk tidak hanya membangun bisnis, tetapi juga infrastruktur kota demi mewujudkan ambisi eksplorasi antariksa.
Menanggapi keberhasilan ini, Elon Musk melalui akun media sosial X menyatakan kebanggaannya. Ia menyebut Starbase kini sudah bisa disebut sebagai “kota sungguhan.” Pernyataan tersebut menggambarkan euforia pribadi Musk, terutama di tengah turunnya pamor dirinya belakangan ini dan performa Tesla yang tidak setangguh dulu.
Namun, status baru ini tidak lepas dari sorotan tajam dan kritik publik. Banyak pihak menilai pembentukan kota Starbase bisa memperluas kontrol pribadi Elon Musk atas wilayah tersebut. Kekhawatiran utamanya berkisar pada akses publik terhadap pantai dan taman negara bagian, yang selama ini menjadi hak umum. Sejumlah warga lokal mengeluhkan bahwa peluncuran roket SpaceX sudah sering kali membatasi akses mereka ke tempat-tempat tersebut.
Kritik makin menguat karena ada rancangan undang-undang di legislatif negara bagian Texas yang sedang dibahas. Salah satu isi usulannya adalah memindahkan kewenangan atas pengelolaan akses pantai dari pemerintah daerah ke pemerintah kota Starbase—yang berarti lebih dekat ke kendali Musk secara tidak langsung. Jika ini disahkan, maka kemungkinan masyarakat kehilangan akses penuh ke area publik akan semakin besar.
Sementara itu, SpaceX sendiri diketahui tengah mengajukan izin kepada otoritas federal agar bisa meningkatkan jumlah peluncuran roket dari lima kali menjadi 25 kali per tahun. Jika disetujui, Starbase akan menjadi salah satu situs peluncuran roket tersibuk di dunia, sekaligus memperkuat posisinya sebagai pusat kegiatan luar angkasa komersial terbesar milik swasta.
Meski pihak SpaceX belum merilis pernyataan resmi mengenai hasil pemungutan suara ini, dokumen internal dari tahun sebelumnya menunjukkan arah yang jelas. Dalam surat tersebut, Manajer Umum Starbase, Kathryn Lueders, menyampaikan bahwa mereka membutuhkan otonomi penuh untuk mengembangkan kota Starbase secara terintegrasi. Termasuk di dalamnya pembangunan jalan, penyediaan layanan utilitas, sekolah, hingga layanan kesehatan.
Dengan ambisi mengembangkan komunitas kota luar angkasa yang futuristik, Starbase mulai menjelma menjadi eksperimen urban yang mengaburkan batas antara bisnis teknologi dan sistem pemerintahan lokal. Namun, tidak semua warga menyambut perkembangan ini dengan suka cita.
Salah satu warga sekitar, Josette Hinojosa, mengaku khawatir terhadap masa depan komunitasnya. Ia menyoroti pembatasan akses ke pantai yang sudah menjadi bagian dari kehidupan keluarganya selama beberapa generasi. Ia menyatakan bahwa kadang-kadang pantai ditutup sepenuhnya, dan di hari lain pengunjung ditolak masuk tanpa penjelasan yang jelas.
“Dulu kami bisa bebas menikmati pantai. Sekarang, akses kami tergantung jadwal peluncuran,” ungkapnya dengan nada kecewa.
Situasi ini memunculkan pertanyaan besar: apakah Starbase benar-benar kota masa depan, atau hanya menjadi simbol dominasi korporasi terhadap ruang publik? Bagi sebagian orang, ini merupakan lompatan besar menuju kemajuan peradaban manusia di luar bumi, sementara bagi yang lain, ini adalah bentuk privatisasi wilayah secara ekstrem yang bisa menjadi preseden buruk.
Kemenangan pembentukan kota ini, di tengah gempuran kritik terhadap Musk dan performa bisnisnya, bisa disebut sebagai pencapaian pribadi yang besar. Ia kini tidak hanya memimpin perusahaan teknologi luar angkasa terbesar di dunia, tetapi juga secara de facto memimpin sebuah kota. Dengan kontrol penuh atas infrastruktur dan kebijakan lokal, Elon Musk tampaknya membangun Starbase bukan hanya sebagai tempat peluncuran, tetapi juga sebagai fondasi untuk koloni masa depan manusia di planet lain.