Sosok Presiden Iran Ebrahim Raisi yang Meninggal dalam Kecelakaan Heli
Tanggal: 21 Mei 2024 10:46 wib.
Presiden Iran Ebrahim Raisi selalu tampak mengenakan sorban hitam dan jubah, menjadi gambaran khasnya selama menjabat dalam periode penuh gejolak konfrontasi di luar negeri dan protes massal di dalam negeri. Namun, pada hari Minggu (19/5), kehidupannya yang kontroversial berakhir tragis setelah helikopter tempatnya terbang mengalami kecelakaan di wilayah pegunungan terpencil di Iran barat saat cuaca buruk. Pada Senin (20/5), media pemerintah Iran melaporkan bahwa puing-puing helikopter tersebut telah ditemukan dan Raisi serta beberapa pejabat lainnya yang ikut dalam penerbangan itu, meninggal dunia dalam kecelakaan tersebut.
Sosok Ebrahim Raisi merupakan tokoh yang kontroversial dan berpengaruh di Iran. Mulai dari karirnya yang dimulai setelah Revolusi Islam tahun 1979, hingga kedekatannya dengan Ayatollah Ali Khamenei, pemimpin tertinggi Iran, Raisi menjadi tokoh yang dikenal di dalam maupun di luar negeri. Karir politiknya dimulai pada periode yang penuh gejolak, dan kekuasaannya diwarnai dengan ketegangan hubungan dengan Amerika Serikat dan Israel, yang dianggap sebagai musuh negara oleh Iran.
Raisi menjabat sebagai Presiden Iran setelah memenangkan pemilihan pada tahun 2021, di mana partisipasi pemilih rendah dan sejumlah tokoh politik dilarang mencalonkan diri. Hal ini menarik sorotan karena beberapa kritik menyebut adanya kekurangan dalam proses pemilihan tersebut. Dia menggantikan Hassan Rouhani, yang dikenal karena peranannya dalam perjanjian nuklir tahun 2015 dengan negara-negara besar yang memberi Iran keringanan sanksi internasional. Namun, pasca kepemimpinannya, Iran menghadapi krisis sosial dan ekonomi yang memunculkan gelombang protes nasional.
Sebagai seorang pemimpin ultrakonservatif, Raisi dengan tegas mengkritik kebijakan pendahulunya, terutama setelah Amerika Serikat keluar dari perjanjian nuklir pada tahun 2018 dan kembali memberlakukan sanksi terhadap Iran. Kebijakan ekonomi dan sosialnya yang diambil untuk mengatasi krisis, seperti langkah-langkah penghematan yang memicu kenaikan harga beberapa bahan pokok, mendapat respon beragam dari masyarakat.
Pada akhir tahun 2022, terjadi protes nasional pasca kematian Mahsa Amini dalam tahanan, yang berujung pada krisis dalam negeri. Namun, pada bulan Maret 2023, terdapat kejutan ketika Iran dan Arab Saudi mengumumkan kesepakatan untuk memulihkan hubungan diplomatik, meskipun ketegangan regional meningkat kembali di tengah perang Gaza.
Selain itu, Raisi selalu menegaskan dukungan Iran terhadap Palestina dan memperjuangkan isu tersebut di mata dunia Muslim. Namun, kecelakaan helikopter yang menimpanya pada tanggal 19 Mei 2024, menandai akhir dari perjalanan politiknya.
Ebrahim Raisi lahir pada tahun 1960 di Mashhad, timur laut Iran. Pendidikan agamanya di bawah bimbingan Ayatollah Ali Khamenei membentuk pandangan dan pemahamannya tentang Islam. Dalam kehidupan pribadinya, Raisi menikah dengan Jamileh Alamolhoda, seorang dosen ilmu pendidikan, dan memiliki dua anak perempuan.
Sejak muda, Raisi telah aktif dalam karir hukumnya, mulai dari posisi jaksa agung hingga menjadi kepala Otoritas Kehakiman Iran. Pada tahun 2016, ia ditugaskan oleh Khamenei untuk memimpin yayasan amal yang mengelola tempat suci Imam Reza di Mashhad. Kemudian, ia dipromosikan sebagai kepala Otoritas Kehakiman, serta menjadi anggota majelis ahli yang memilih pemimpin tertinggi Iran.
Walaupun memiliki keterlibatan dalam isu-isu kontroversial dan sering menjadi sasaran sanksi internasional, Raisi tetap mempertahankan politiknya dan menjadi tokoh utama dalam dinamika politik Iran.
Kecelakaan yang menimpa Ebrahim Raisi menjadi akhir yang tragis dari perjalanan politiknya. Pengaruhnya di dunia politik Iran tidak dapat dipungkiri, dan kisah hidupnya akan terus dikenang dalam sejarah politik negara tersebut. Meskipun kontroversial, kontribusinya sebagai tokoh politik kunci dalam dinamika politik Iran layak diabadikan dalam cerita sejarah Iran modern.