Solidaritas Bocah Australia Demo Bela Anak-anak Palestina
Tanggal: 4 Mei 2024 22:48 wib.
Ratusan siswa berdemonstrasi di Melbourne dan Adelaide, Australia, untuk memprotes agresi Israel di Jalur Gaza serta membela anak-anak Palestina. Menurut laporan ABC News, mereka berjalan keluar dari sekolahnya di tengah hari dan berkumpul di Stasiun Flinders Street untuk menyampaikan dukungan mereka terhadap perjuangan orang Palestina.
Para siswa bersatu dalam tuntutan agar konflik di Gaza segera dihentikan, yang telah berkecamuk sejak 7 Oktober lalu. Mereka juga menyerukan agar Israel menarik diri dari daerah kantong itu dan Tepi Barat.
Para murid ini juga menekankan pentingnya mengakhiri bantuan dan dukungan dari Australia terhadap Israel, seperti yang mereka ucapkan kepada Al Jazeera.
Aksi demonstrasi yang dilakukan oleh para siswa tersebut telah mengguncang Negeri Kanguru karena banyak tokoh-tokoh senior yang merasa risau dengan keterlibatan siswa dalam aksi tersebut. Mereka khawatir bahwa demonstrasi tersebut dapat memicu perpecahan di tengah masyarakat.
Menteri Pendidikan Victoria, Ben Carroll, telah secara tegas memperingatkan para siswa untuk tidak terlibat dalam kegiatan demonstrasi. Dia menyatakan bahwa sekolah adalah tempat terbaik bagi para siswa.
Namun demikian, para siswa tetap mengabaikan himbauan tersebut. Mereka menyelenggarakan demonstrasi guna menunjukkan rasa kemanusiaan dan solidaritas terhadap warga Palestina.
Unjuk rasa ini dilaporkan berlangsung di sepanjang Swanston Street hingga Melbourne Central. Seorang siswa bernama Layla (17) menyatakan bahwa meskipun pendidikan merupakan hal yang penting, namun peristiwa yang terjadi di dunia saat ini juga memiliki dampak yang signifikan, sehingga penting bagi anak muda untuk memahami hal ini dan memiliki suara untuk menyuarakannya.
Siswa perempuan tersebut menyampaikan kekesalannya karena tidak mampu berbuat banyak atas situasi di Gaza. Ia merasa prihatin karena sementara dirinya memiliki kehidupan yang lebih baik, namun orang-orang muda di Gaza mengalami penderitaan yang tidak manusiawi.
Dia menegaskan pentingnya peran serta dirinya dalam memberikan bantuan sebisa mungkin kepada warga Palestina.
Selain Layla, seorang siswa bernama Leila juga menyatakan bahwa kaum muda memiliki hak untuk menyuarakan sikap politik. Dia menyoroti bahwa banyak sekolah di Gaza yang menjadi target serangan, sehingga para siswa di sana tidak bisa melanjutkan pendidikan mereka. Oleh karena itu, mereka merasa bahwa mereka juga tidak seharusnya bersekolah dengan kondisi yang sama seperti yang terjadi di Gaza.
Di Adelaide, sekitar 100 mahasiswa juga berkumpul di tengah hujan untuk memprotes di sekitar parlemen Australia Selatan, North Terrace. Salah seorang pengunjuk rasa, Zain Baroudi, menyatakan bahwa beberapa siswa merasa perlu untuk keluar dari kelas karena merasa tidak bisa diam menyaksikan genosida yang terjadi di Gaza.
Melak Khaleel, seorang mahasiswi yang juga turut berpartisipasi dalam demo tersebut, menekankan bahwa suara para mahasiswa juga memiliki bobot yang sama pentingnya dengan suara orang dewasa. Dia menegaskan bahwa penting bagi mereka untuk turun ke jalan demi menyuarakan ketidaksetujuan mereka terhadap kekerasan yang sedang terjadi di Gaza.
Bibi Sediqi, seorang siswa kelas 11, juga menyampaikan bahwa meskipun mereka masih di bawah umur, namun mereka sepenuhnya menyadari apa yang sedang terjadi di Gaza. Dia menyatakan bahwa kedatangannya ke demo tersebut bukan semata-mata untuk menyuarakan hak mereka, melainkan juga sebagai representasi dari suara orang-orang Gaza yang tidak dapat menyuarakan hak-hak mereka.
Aksi solidaritas ini diadakan di tengah eskalasi kekerasan yang terjadi di Gaza sejak 7 Oktober. Hingga kini, Israel terus melakukan serangan udara di Gaza, termasuk menyerang fasilitas publik seperti kamp pengungsian, sekolah, tempat ibadah, dan rumah sakit.
Dampak dari serangan Israel terhadap Gaza sangat merugikan, dengan jumlah korban tewas yang mencapai lebih dari 14.500 orang, di mana lebih dari 6.000 di antaranya adalah anak-anak.
Berdasarkan informasi pada Rabu (22/11), Israel dan Hamas sebenarnya telah mencapai kesepakatan gencatan senjata sebagai bagian dari pertukaran sandera. Namun, belum diketahui kapan gencatan senjata tersebut akan mulai berlaku. Sementara pembebasan para sandera direncanakan akan dilaksanakan pada Jumat (24/11) esok.
Keputusan para siswa untuk berdemo menunjukkan bahwa mereka sangat peduli dengan kondisi di Gaza dan merasa perlu untuk mengambil sikap, meskipun para tokoh senior meminta mereka untuk tidak ikut terlibat dalam aksi demonstrasi. Mereka merasa bahwa kepedulian mereka terhadap konflik di Gaza merupakan bagian dari tanggung jawab kemanusiaan yang mereka emban sebagai kaum muda. Aksi solidaritas ini juga merupakan wujud nyata dari kepedulian global terhadap konflik di Timur Tengah. Semoga para pemimpin dunia dapat menemukan solusi yang adil dan perdamaian yang berkelanjutan bagi Palestina dan Israel. Semoga juga aksi solidaritas yang dilakukan oleh para siswa ini dapat menginspirasi perubahan positif dalam penyelesaian konflik di Gaza dan menunjukkan kepada dunia bahwa rasa kemanusiaan tidak mengenal batas usia.