Sumber foto: iStock

Skandal Pura-Pura Kerja: Bank Wells Fargo Pecat Karyawan Bermodus 'Mouse Jiggler

Tanggal: 9 Jan 2025 08:24 wib.
Bank Wells Fargo baru-baru ini mengungkap perilaku pura-pura kerja yang dilakukan oleh sejumlah karyawannya. Perusahaan tersebut langsung memecat karyawan-karyawan yang terlibat dalam tindakan tersebut setelah meninjau tuduhan atas perilaku simulasi aktivitas keyboard yang menciptakan kesan kerja yang aktif. Pernyataan perusahaan terkait alasan pemecatan ini dikutip dari Quartz pada Senin (6/1/2025).

Juru bicara Wells Fargo menjelaskan bahwa pihak bank tak bisa mentoleransi perilaku pura-pura kerja dengan menggunakan alat keyboard palsu. “Wells Fargo memiliki standar tinggi untuk karyawan dan tidak mentoleransi perilaku tidak etis,” ucapnya.

Salah satu alat yang digunakan dalam pura-pura kerja ini adalah mouse jigglers, yaitu alat yang dapat membuat mouse terlihat bergerak dan menjaga komputer tetap aktif. Dengan alat ini, para karyawan dapat membuat komputer terus aktif sehingga terlihat seolah-olah mereka sedang bekerja, meskipun sebenarnya tidak melakukannya.

Menariknya, alat mirip mouse jigglers ini ternyata cukup populer di pasaran dan banyak digunakan oleh para pekerja di seluruh dunia, terutama saat melakukan kerja jarak jauh selama pandemi Covid-19. Alat seperti ini memungkinkan para pekerja untuk berpura-pura bekerja tanpa harus diawasi secara langsung oleh atasan, seperti saat bekerja di kantor.

Begitu banyaknya penggunaan alat-alat ini menunjukkan betapa maraknya transisi ke pola kerja jarak jauh, atau yang lebih dikenal dengan istilah work from home (WFH), yang terjadi selama pandemi. Meskipun WFH menjadi solusi yang baik untuk mempertahankan produktivitas perusahaan di tengah pandemi, namun hal ini juga menimbulkan sejumlah perdebatan terkait keterlibatan dan produktivitas karyawan dalam lingkungan kerja yang berbeda.

Menurut laporan dari State the Global Workplace oleh Gallup, 62% pekerja di seluruh dunia tidak terlibat sepenuhnya dalam pekerjaannya. Di antara mereka, 15% disebut tidak terlibat secara aktif karena mereka merasa memiliki manajer atau pekerjaan yang buruk, bahkan mencari kesempatan baru.

Tingginya persentase pekerja yang tidak terlibat secara aktif dalam pekerjaannya menunjukkan adanya realitas bahwa karyawan perlu didorong untuk tetap terlibat, meskipun dalam situasi WFH. Hal ini dapat dilakukan melalui pemantauan yang lebih cermat terhadap kinerja karyawan, komunikasi yang efektif antara atasan dan bawahan, serta pembentukan lingkungan kerja yang lebih kondusif untuk produktivitas.

Selain itu, perusahaan juga perlu memperketat pengawasan terhadap perilaku pura-pura kerja seperti yang terjadi di Wells Fargo. Penegakan standar etika kerja yang tinggi akan membantu mencegah terjadinya praktik-praktik tidak etis yang dapat merugikan perusahaan.

Meskipun WFH memiliki potensi yang besar untuk meningkatkan fleksibilitas dan keseimbangan kerja, namun tantangan terkait pengawasan, keterlibatan karyawan, dan etika kerja tetap menjadi hal yang perlu diperhatikan. Pihak perusahaan perlu berusaha keras untuk menemukan solusi demi memastikan bahwa karyawan tetap produktif dan bertanggung jawab, baik saat bekerja di kantor maupun dalam lingkungan kerja jarak jauh seperti saat ini.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved