Singapura Tidak Akan Mengajukan Penawaran untuk Menjadi Tuan Rumah Commonwealth Games 2026
Tanggal: 5 Apr 2024 18:56 wib.
Tinjauan Kelayakan Menyebabkan Singapura Menolak Menjadi Tuan Rumah Commonwealth Games 2026
Singapura telah mengikuti jejak Malaysia untuk menolak menjadi tuan rumah Commonwealth Games 2026, menambah ketidakpastian seputar masa depan acara olahraga multi-cabang tersebut.
Federasi Commonwealth Games (CGF) telah aktif mencari tuan rumah pengganti sejak negara bagian Australia, Victoria, menarik penawarannya tahun lalu karena biaya yang meningkat, yang kemudian memicu upaya mendesak untuk mencari lokasi baru penyelenggaraan acara olahraga multi-cabang tersebut.
Malaysia telah dianggap sebagai tuan rumah alternatif potensial, namun menolak peluang tersebut bulan lalu karena kekhawatiran biaya, meskipun CGF menawarkan insentif sebesar £100 juta (€116 juta).
"Dewan Commonwealth Games Singapura dan Sport Singapore telah meninjau kelayakan menjadi tuan rumah Commonwealth Games 2026 dan memutuskan untuk tidak mengajukan penawaran untuk menjadi tuan rumah," demikian pernyataan bersama kedua badan olahraga tersebut, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Pemenang pernah menjadi tuan rumah Commonwealth Games pada tahun 2010, yang berarti mereka mempunyai pengalaman dalam menyelenggarakan acara multi-cabang tersebut. Namun, ketika menghadapi kemungkinan menjadi tuan rumah kembali, Singapura menyatakan keputusan untuk menolak menawarkan diri sebagai tuan rumah, mungkin mengingat biaya yang terlibat serta dampak jangka panjang terhadap infrastruktur dan sumber daya.
Keputusan Malaysia dan Singapura untuk menolak menjadi tuan rumah meninggalkan kegaduhan di belakang masa depan Commonwealth Games 2026, menyisakan tanda tanya besar atas siapa yang akhirnya akan menggelar acara tersebut.
Selain itu, penolakan Malaysia dan Singapura tersebut menimbulkan pertanyaan tentang keberlanjutan dan relevansi Commonwealth Games di era modern ini. Dengan penarikan diri beberapa negara sebagai calon tuan rumah, kredibilitas dan daya tarik acara ini pun dapat dipertanyakan. Hal ini memicu perdebatan tentang apakah Commonwealth Games masih relevan dalam konteks olahraga global saat ini, terutama mengingat biaya penyelenggaraan yang semakin meningkat dan perhatian pada keberlanjutan lingkungan.
Seiring dengan keputusan Malaysia dan Singapura, pemerintah dan badan olahraga dari negara-negara lain yang mungkin dianggap tuan rumah potensial juga mungkin harus mempertimbangkan faktor-faktor yang sama sebelum membuat keputusan.
Meskipun kegagalan menarik minat negara-negara untuk menjadi tuan rumah, CGF dapat membuka peluang untuk mereformasi acara tersebut agar lebih sesuai dengan tuntutan zaman. Dalam menerjemahkan misi dan visi CGF, penyelenggaraan acara olahraga multi-cabang tersebut dapat diubah menjadi lebih modular, memungkinkan bagian-bagian dari acara tersebut diselenggarakan di beberapa lokasi yang berbeda untuk meminimalkan dampak keseluruhan.
Dengan demikian, penolakan Malaysia dan Singapura untuk menjadi tuan rumah Commonwealth Games 2026 tidak hanya menyoroti kesulitan dalam mencari tuan rumah baru, tetapi juga menunjukkan perlunya reformasi dalam penyelenggaraan acara olahraga multi-cabang tersebut. Dengan adanya perubahan yang mendalam, Commonwealth Games dapat tetap relevan dan berkelanjutan dalam era olahraga internasional yang terus berkembang.