Serangan Rusia kepada Ibu Kota Ukraina dengan 67 Drone Buatan Iran
Tanggal: 8 Sep 2024 15:34 wib.
Pada tanggal 7 September 2024, Angkatan Udara Ukraina melaporkan bahwa Rusia melancarkan serangan menggunakan 67 drone Shahed ke Ibu Kota Kiev. Dari jumlah tersebut, Ukraina mengklaim bahwa sebanyak 57 drone berhasil dicegat, sebagaimana disampaikan dalam pernyataan yang disebar melalui aplikasi pesan Telegram. Puing-puing drone terlihat berserakan di sekitar gedung parlemen di Kiev, seperti yang diungkapkan oleh seorang legislator Ukraina.
Serangan langsung ke pusat Ibu Kota Kiev tergolong jarang terjadi karena jaraknya yang cukup jauh dari wilayah pendudukan Rusia. Kota tersebut dilindungi oleh jaringan pertahanan era Soviet dan senjata yang diberikan oleh negara-negara Barat. Bangunan pemerintahan pusat kota juga dianggap sebagai tempat pertahanan terbaik di Ukraina karena lokasinya yang juga menjadi tempat tinggal presiden, kabinet, dan bank sentral.
Berdasarkan pesan yang diunggah melalui Telegram, terdapat paling tidak 4 kepingan bekas drone di sekitar gedung parlemen. Salah satunya terlihat di pintu masuk utama gedung, sedangkan yang lain berupa lempengan besi. Koresponden Reuters di Kiev melaporkan bahwa serangkaian ledakan terdengar pada pukul 3 pagi waktu setempat, yang mengakibatkan penghuni kota terbangun.
Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, Moskow telah meluncurkan lebih dari 1.000 misil dan drone Shahed ke Ukraina. Drone Shahed yang didesain oleh Iran telah digunakan Rusia sejak bulan September 2022, karena harganya yang lebih terjangkau dibandingkan dengan misil yang lebih mahal dan sulit diproduksi.
Drone Shahed ini didukung oleh mesin baling-baling yang mampu terbang dengan kecepatan mencapai 200 kilometer per jam. Selain itu, pesawat nirawak ini sulit dideteksi radar karena mampu terbang rendah dan hanya menciptakan sedikit jejak panas. Kiev juga menyebut bahwa drone-drone tersebut diluncurkan baik dari dua wilayah perbatasan dengan Rusia maupun dari wilayah yang dikuasai seperti tanjung Krimea.
Dalam konteks pertahanan, Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Lloyd Austin menolak permintaan Ukraina untuk menggunakan senjata jarak jauh milik AS dalam menghadapi Rusia. Austin menyatakan bahwa hal ini sebagai tanggapan terhadap desakan Presiden Ukraina, Zelensky, yang meminta bantuan misil dari negara-negara Barat untuk menggempur Rusia. Meskipun demikian, Austin menegaskan bahwa AS akan tetap memberikan dukungan penuh kepada Ukraina dalam perlawanan mereka melawan Rusia, termasuk dengan pemberian bantuan tambahan senilai US$250 juta.
Menurut Austin, penggunaan senjata jarak jauh tidak akan terlalu memengaruhi perkembangan perang. Dia menegaskan bahwa Ukraina memiliki kemampuan dalam senjata jarak jauh sendiri seperti drone dan misil untuk melakukan serangan langsung ke Rusia, mengingat banyaknya target yang ada di negara yang amat luas tersebut.
Dengan serangan ini, serangan drone Shahed menggambarkan ancaman baru dalam perkembangan taktik dan teknologi dalam konflik militer. Penggunaan drone tersebut memberikan konteks tentang bagaimana inovasi dalam perang modern semakin memperluas wilayah servis dan konflik bersenjata. Disamping itu, penolakan AS untuk memberikan bantuan jarak jauh menunjukkan bahwa Ukraina dipandang mampu melawan Rusia menggunakan peralatan militer yang mereka miliki.
Serangan ini memperlihatkan bahwa perlindungan wilayah udara Ibu Kota Kiev tidak lagi cukup hanya melalui pertahanan konvensional, melainkan perlu dipersiapkan terkait dengan ancaman baru melalui drone. Oleh karena itu, Ukraina perlu memperkuat sistem pertahanan udara mereka secara komprehensif agar dapat mengantisipasi serangan-serangan serupa di masadepan.