Sejarah Revolusi Iran: Dari Kejatuhan Shah hingga Kelahiran Republik Islam
Tanggal: 4 Jul 2024 16:03 wib.
Revolusi Iran, yang terjadi pada tahun 1979, adalah salah satu peristiwa politik paling penting dalam sejarah modern Timur Tengah. Revolusi ini tidak hanya menggulingkan monarki yang telah berkuasa selama beberapa dekade, tetapi juga mengubah struktur politik dan sosial Iran secara radikal. Dari pemerintahan sekuler yang dipimpin oleh Shah Mohammad Reza Pahlavi, Iran berubah menjadi Republik Islam yang dipimpin oleh Ayatollah Ruhollah Khomeini.
Latar Belakang
Pemerintahan Shah Mohammad Reza Pahlavi
Shah Mohammad Reza Pahlavi naik tahta pada tahun 1941 setelah penggulingan ayahnya, Reza Shah, oleh Sekutu selama Perang Dunia II. Di bawah kepemimpinannya, Iran mengalami periode modernisasi dan sekularisasi yang cepat. Program reformasi yang dikenal sebagai "Revolusi Putih" diluncurkan pada tahun 1963, mencakup berbagai perubahan sosial dan ekonomi seperti reformasi agraria, pemberian hak suara kepada perempuan, dan industrialisasi.
Namun, modernisasi yang cepat ini juga membawa masalah. Banyak rakyat Iran merasa terasing dan tertekan oleh kebijakan-kebijakan Shah yang otoriter. Selain itu, kemewahan kehidupan keluarga kerajaan dan korupsi yang meluas menimbulkan ketidakpuasan di kalangan masyarakat.
Munculnya Ketidakpuasan
Pada dekade 1970-an, ketidakpuasan terhadap pemerintahan Shah semakin meningkat. Faktor ekonomi, seperti inflasi dan pengangguran, memperburuk situasi. Pemerintahan Shah yang represif, dengan dukungan dari dinas rahasia SAVAK yang terkenal brutal, semakin menambah api pemberontakan. Para ulama konservatif, kaum nasionalis, dan kaum kiri mulai bersatu melawan Shah.
Awal Revolusi
Pada tahun 1978, serangkaian demonstrasi besar-besaran dimulai di berbagai kota di Iran. Demonstrasi ini sering kali berujung pada bentrokan dengan pasukan keamanan yang menyebabkan banyak korban jiwa. Ayatollah Khomeini, yang telah diasingkan ke Irak dan kemudian ke Prancis, menjadi simbol perlawanan terhadap Shah. Khomeini menggunakan media internasional untuk menyebarkan pesan revolusionernya, yang semakin menarik dukungan dari berbagai lapisan masyarakat Iran.
Puncak Revolusi
Pada akhir 1978, situasi semakin tidak terkendali. Shah meninggalkan Iran pada 16 Januari 1979, untuk berobat ke luar negeri, yang secara efektif menandakan berakhirnya kekuasaannya. Pada 1 Februari 1979, Ayatollah Khomeini kembali ke Iran disambut oleh jutaan pendukungnya. Pada 11 Februari 1979, pasukan yang setia kepada Shah menyerah kepada pasukan revolusioner, dan Republik Islam Iran resmi didirikan.
Kelahiran Republik Islam
Dengan kejatuhan Shah, Iran mengalami perubahan dramatis dalam struktur politik dan sosialnya. Ayatollah Khomeini menjadi pemimpin tertinggi Iran, dan konstitusi baru yang menggabungkan prinsip-prinsip Islam dengan pemerintahan republik disusun. Konstitusi ini, yang disahkan melalui referendum pada Desember 1979, memberikan kekuasaan yang besar kepada pemimpin tertinggi, yang dikenal sebagai "Rahbar", serta menetapkan dewan ulama untuk mengawasi legislatif.
Dampak dan Konsekuensi
Revolusi Iran membawa dampak yang signifikan baik di dalam negeri maupun di kancah internasional. Di dalam negeri, pemerintah baru memulai proses Islamisasi masyarakat, yang mencakup penerapan hukum syariah dan perubahan dalam sistem pendidikan serta peran perempuan dalam masyarakat. Banyak pendukung Shah dan mereka yang dianggap bersekongkol dengan kekuasaan lama diadili dan dihukum mati.
Secara internasional, Revolusi Iran mengubah dinamika politik di Timur Tengah. Iran yang sebelumnya menjadi sekutu Barat berubah menjadi salah satu penentang utama pengaruh Barat di kawasan tersebut. Hubungan Iran dengan Amerika Serikat memburuk secara drastis, terutama setelah krisis sandera di Kedutaan Besar AS di Teheran pada November 1979, di mana 52 warga Amerika disandera selama 444 hari.
Warisan Revolusi
Hingga hari ini, Revolusi Iran tetap menjadi subjek perdebatan dan analisis. Bagi sebagian orang, revolusi ini adalah kemenangan melawan tirani dan imperialisme, sementara bagi yang lain, itu adalah langkah mundur menuju konservatisme agama dan otoritarianisme. Namun, tidak dapat disangkal bahwa Revolusi Iran telah membentuk arah politik dan sosial Iran hingga sekarang.